Stefan jatuh cinta pada Olivia lebih dulu. Otomatis cintanya jauh lebih dalam dibandingkan Olivia. Akan tetapi Olivia baru saja melangkahkan kakinya, dia kembali menarik kembali langkahnya.Stefan terdiam mendengar ucapan sang nenek. Mereka berdua memang mudah terpancing emosi dan berantem. Selain karena hubungan mereka kurang dalam, sifat mereka dan kebiasaan keduanya juga berbeda.Tidak begitu memungkinkan mengharapkan Olivia berubah demi dirinya. Perempuan itu bukan merupakan orang yang bersedia mengandalkan lelaki sepenuhnya. Semua masalah yang bisa dia selesaikan sendiri tidak akan memberi tahu Stefan. Oleh karena itu, sekarang hanya bisa Stefan yang berubah demi Olivia.“Kenapa diam? Setiap Nenek mengajarimu cara mengejar istrimu dan membangun hubungan dengan Olivia, kamu selalu diam saja.”“Aku nggak tahu harus ngomong apa,” ujar Stefan dengan jujur.“Kenapa Nenek bisa ada cucu yang kaku seperti kamu? Kalau adik-adikmu sama sepertimu, Nenek rela pergi menyusul kakekmu lebih awal
Odelina terlalu gemuk sehingga dia tidak mengenakan gaun pesta. Sebenarnya dia tidak memiliki gaun yang cocok di tubuhnya. Jika harus dibuat dan dijahit ulang, waktunya sudah tidak mencukupi. Akan tetapi ketika perempuan itu mengenakan baju baru dan sedikit berdandan ditambah mengenakan perhiasan milik Yuna, Odelina terlihat sangat elegan sekali.Russel mengenakan jas anak-anak yang membuatnya tampak tampan. Setiap perempuan yang melihat Russel pasti tidak tahan untuk tidak menggendong bocah itu. Russel mulai menjadi pusat perhatian orang-orang di acara. Asalkan ada yang memujinya tampan, dia akan mengucapkan terima kasih.“Bu, Bu Yanti dan Den Daniel sudah datang.”Orang-orang penting yang hadir pasti akan disambut oleh Yuna dengan membawa putri dan juga keponakannya. Yuna langsung menggandeng Odelina sambil berkata, “Odelina, ikut Tante buat sambut Bu Yanti.”“Beliau adalah ibunya Daniel yang pernah membantu kamu,” jelas Yuna dengan singkat.Odelina tersenyum dan menganggukkan kepala
Russel segera mundur ke belakang ibunya.Odelina berbalik badan, memeluk putranya dan berkata kepada, “Russel, ini Om Daniel. Kamu pernah bertemu dengan Om ini sebelumnya.”Russel memandang Daniel. Dia, yang biasa sangat sopan, tetap tidak menyapa Daniel.“Anak ini lucu sekali,” puji Yanti.Dia berpikir, keponakan perempuan Nenek Yuna terlalu gemuk, tapi putranya sangat lucu.“Daniel, wajahmu terlalu menyeramkan, jadi anak ini takut. Dia nggak mau kamu sentuh,” Yanti menjahili putra bungsunya.Dulu waktu Daniel mengalami kecelakaan dan wajahnya terluka, Yanti sudah mencoba untuk membujuk putranya itu untuk menjalani operasi plastik untuk menghilangkan bekas luka di wajah, supaya ketampanannya bisa kembali.Namun, putranya ini tidak mau mendengar. Dia tidak tahu dia menangis berapa kali waktu itu. Jantungnya seolah mau copot ketika mengetahui putranya ini mengalami kecelakaan. Namun, putranya masih tidak mau mendengar nasihatnya dan tidak bersedia melakukan operasi plastik.Bertahun-tah
“Jangan khawatir. Kakak nggak akan membiarkan diri sendiri dipersulit Tante Yanti. Kamu jangan kesal.”“Kak Odelina, Kakak terlalu sabar dan murah hati. Kalau aku, aku mungkin akan mencabik-cabik orang yang berani menatapku begitu.”Odelina tertawa.Bagaimana mungkin dia bisa dibandingkan dengan Amelia?Amelia adalah putri orang kaya.Sementara dirinya hanyalah seorang yatim piatu yang orang tuanya sudah meninggal.“Pokoknya, mulai sekarang aku akan melindungi Kakak. Kalau ada yang berani menatap Kakak seperti itu dan menindas Kakak, bilang padaku. Aku akan memberi pelajaran pada mereka.”“Julia sudah datang,” ujar Odelina ketika melihat Junia dan adiknya, yang berhasil mengalihkan perhatian Amelia.Junia lagi-lagi memaksa adiknya untuk ikut datang. Adiknya dijadikan sopir gratis, supaya dia bisa makan sepuas-puasnya di pesta ini.Sayangnya, Olivia sedang tidak berada di Mambera.“Junia.” Amelia dan Odelina pergi menyambut Junia.“Junia, kenapa kamu baru datang sekarang?” Amelia meraih
Odelina merasa defensif.Dia bertanya dengan dingin, “Kamu dengar dari siapa aku dapat uang sebanyak itu? Aku nggak bekerja setelah menikah, nggak punya penghasilan sedikit pun ….”“Mama mertuamu yang bilang. Odelina, bisnisku sedang nggak berjalan dengan baik. Rugi besar. Semua keuntungan yang aku dapatkan dulu habis, nggak ada uang untuk putar bisnisnya. Kamu pinjamkan aku dua miliar untuk memutar bisnisnya.”Odelina tertawa kesal.Orang-orang itu benar-benar tidak tahu malu.Mereka terus-terusan mengganggu dia dan adiknya.“Yoga, kamu nggak pernah berkaca di cermin, ya? Memangnya kamu siapa? Kalian memperlakukan aku dan adikku dengan seperti itu, lalu sekarang masih ada muka untuk meminjam uang denganku? Benar, aku memang punya dua miliar lebih, tapi aku nggak akan meminjamkannya untukmu!”“Odelina, jangan begitu, dong. Bagaimanapun juga, kami ini masih saudaramu. Waktu itu, kamu dan adikmu yang terlalu keras kepala, nggak minta keluarga suamimu untuk memberi uang mahar. Mereka jadi
Kemudian, apa pun pertanyaan yang ditanyakan Bobby, tidak ada yang mau memberitahunya, selain Sanjaya Group, siapa orang yang sedang membalas dendam padanya dan menyebabkan dia tidak direkrut.Bobby tahu, orang itu pasti adalah orang yang mendukung Olivia dari belakang. Dia awalnya mengira orang itu adalah Amelia Sanjaya. Namun, setelah dipikir-pikir, selain Amelia, ternyata masih ada orang yang lebih kuat yang mendukung Amelia dan kakaknya.Siapa orang itu? Bisa-bisanya orang itu mencegahnya mendapatkan pekerjaan di Mambera.Bobby sangat terkejut hingga kehilangan kepercayaan diri. Dia memutuskan untuk membawa kakek neneknya kembali ke desa setelah neneknya keluar dari rumah sakit, lalu membuat rencana lagi setelah tahun baru.“Lalu, apa yang harus kita lakukan?” ujar Surya Hermanus dengan khawatir. “Mengapa orang yang mendukung Olivia dan Odelina dari belakang itu begitu kuat? Bisa-bisanya orang itu membuat kalian kehilangan pekerjaan, membuat bisnis kalian merugi. Bisnis kalian kan
Amelia mendengar seluruh percakapan antara Odelina dan Yoga di telepon itu. Dia berkata dengan marah, “Mereka masih berani mengganggumu dan meminta uang.”“Dia ingin meminjam uang padaku. Dia bilang bisnisnya lagi nggak lancar dan merugi besar. Jadi, dia mau pinjam dua miliar agar bisnisnya bisa berjalan lagi.”“Nggak tahu malu sekali dia. Aku selalu mengira akulah orang yang paling nggak tahu malu di Mambera. Semua orang mengatakan seperti itu. Mereka bilang aku nggak tahu malu, mengejar tuan muda keluarga Adhitama sampai seperti itu. Tapi, kalau dibandingkan dengan keluarga-keluargamu itu, aku rasanya masih jauh tahu malu.”Gantian malah Odelina yang menenangkan Amelia. “Amelia, nggak perlu menghabiskan tenaga untuk marah pada orang-orang itu. Kakak dan Olivia nggak mungkin akan berdamai dengan mereka seumur hidup ini. Aku nggak peduli mereka mau seperti apa.”Hidup sanak keluarganya dan Olivia di desa sedang tidak baik sekarang. Mereka sedang mendapat karma.“Ayo, kita pergi makan.
Dia berkata kepada Yuna. “Tante, aku dan Oliv masih muda. Tangan dan kaki kami masih sehat, jadi kami nggak membutuhkan bantuan Tante. Tante nggak perlu mengkhawatirkan kami. Aku yakin kami bisa sukses dengan usaha kami sendiri.”“Aku juga ingin menanyakan satu hal lagi pada Tante. Aku harap jangan sampai seluruh kota tahu kalau aku dan Olivia adalah keponakan tante. Aku dan Olivia sudah mengalami banyak hal selama ini. Aku takut, orang lain akan menggunakan kami berdua untuk merugikan Sanjaya Group dan Tante.”Setelah merenung sejenak, Yuna berkata, “Odelina, Tante senang kamu bisa berpikir seperti itu. Kalian berdua sama kuatnya dengan Tante. Kalau kalian memang nggak memerlukan bantuan Tante, Tante nggak akan bantu. Tapi, kalau kalian mengalami kesulitan nanti, kalian harus bilang pada Tante.”“Nggak masalah apakah orang lain tahu tentang hubungan kita, tapi keluargamu di desa harus tahu. Jangan sampai mereka terus mengganggu dan meminta uang pada mereka berdua.”Nama Sanjaya Group
Tidak … baku tembak tidak mungkin karena Odelina dan yang lain tidak memiliki senjata api, kecuali jika dia terlibat baku tembak dengan polisi. Mungkinkah rencana mereka terbongkar, dan Odelina melaporkannya ke pihak kepolisian?Patricia coba menghubungi Dikta sekali lagi, dan kali ini akhirnya Dikta mengangkatnya.“Dikta, ada apa?” tanya Patricia.“Nggak ada apa-apa, Bu Patricia,” jawab Dikta.“Terus kenapa tadi aku telepon nggak diangkat? Kenapa nggak berjalan sesuai rencana kita?” Patricia masih tidak memercayai alasan Dikta dan terus menanyaianya.Dikta pun menjelaskan situasinya, “Tadi aku lagi menyuruh yang lain untuk mundur, jadi nggak sempat mengangkat telepon. Mereka sepertinya sudah mengetahui rencana kita dan menyusun taktik untuk membalas. Kalau kita tetap melancarkan rencana awal, nggak cuma gagal, tapi kita akan berada di posisi yang nggak menguntungkan kalau sampai termakan oleh taktik mereka.”“Maksud kamu, mereka juga menaruh anak buah di pemakaman dan lagi menunggu ki
Setya dan Yuna tidak mungkin mengeluarkan bukti bahwa Patricia yang membunuh kakaknya di saat dan di tempat seperti ini. Tujuan mereka datang ke sini bukan cuma untuk mencari keadilan untuk keluarga, tetapi juga membuat semua penduduk di Cianter seperti apa wajah asli Patricia agar reputasinya hancur.Sekarang hanya dengan orang yang sedikit, mereka belum bisa membuat perubahan. Mereka juga harus mengambil antisipasi apabila Patricia berusaha untuk menghancurkan bukti-bukti tersebut.Yuna bersama dengan suaminya membantu Setya berdiri. Kemudian Yuna berkata kepada Patricia dengan nada agresif, “Tenang saja, kami punya semua bukti apa saja yang sudah kamu lakukan di masa lalu. Kami juga punya saksi yang akan memperkuat bukti kalau kamu bersalah. Dokter Kellin, ayo kita ke hotel dulu. Odelina dan yang lain sudah menunggu kita untuk makan bersama.”Kellin mengiyakan anjuran Yuna untuk kembali ke hotel terlebih dahulu. Saat melewati Patricia, Setya berhenti sejenak dan menatapnya dengan ma
Dia hanya tahu di hatinya terdapat perasaan pahit yang sangat mendalam. Bagi Patricia, kakaknya selamanya tetaplah kakaknya.Tadi saat Setya melewati Patricia yang sedang mengejang di lantai pun, dia tidak sedikit pun meliriknya. Sebenarnya apa yang dimiliki Sofia sampai Setya begitu setia, sementara Patricia tidak pernah dianggap olehnya?Setya meluangkan waktu cukup lama untuk mengobrol dengan mendiang majikannya, setelah itu baru di kembali berdiri. Begitu turun dari pesawat, mereka semua langsung bergegas menuju ke pemakaman tanpa makan terlebih dahulu, jadi sekarang mereka semua kelaparan.“Bu Sofia, aku mau mengantar Bu Yuna makan dulu. Kami baru dari penerbangan selama berjam-jam dan langsung datang ke tempat ini. Kami kelaparan. Oh ya, Kellin juga datang. Bu Sofia mungkin nggak tahu siapa dia. Dia adalah muridku, tapi bukan yang aku terima secara resmi. Dia secara resmi adalah muridnya Dokter Panca, aku nggak mau merebut murid orang lain, jadi aku cuma kasih sedikit arahan di w
Kellin benar-benar memberikan obat sesuai urutan antrean. Setelah mendapatkan obat, para pengawal keluarga Gatara ragu-ragu, tidak tahu apakah mereka harus meminumnya atau tidak. Kellin berkata, "Kalian semua sudah terkena racun, apa lagi yang kalian takutkan dari obat ini? Ini adalah obat penawar. Setelah meminumnya, kalian bisa sedikit mengurangi mati rasa di tubuh kalian." "Bukankah kalian merasa kesemutan dan sangat nggak nyaman?" Para pengawal saling berpandangan. Setelah mereka berhenti kejang-kejang, memang masih terasa kesemutan di tubuh mereka. Namun, karena mereka kalah dalam keterampilan, mereka tidak berani berbuat apa pun terhadap Kellin. Terutama setelah mengetahui identitasnya. Ternyata, wanita muda ini adalah murid dari Dokter Panca dan juga menantu dari keluarga Junaidi. Mereka belum pernah mendengar tentang Dokter Panca, tetapi mereka tahu tentang Keluarga Junaidi. Saat insiden keluarga Lambana di Kota Dawan, Kellin juga ikut membantu di sana. Keluarga Junaid
Orang ini masih bisa disebut dokter? Lebih tepatnya disebut dokter racun. Kellin melihat bahwa mereka semua sudah tidak lagi kejang-kejang. Sebelum mereka bisa bangkit, dia buru-buru maju untuk mengambil kembali jarum-jarumnya. Jarum sekecil itu, hanya dengan sedikit racun, sudah bisa membuat mereka seperti orang yang terkena epilepsi. "Obat penawar!" Setelah Kellin mengambil kembali jarumnya dari tubuh Patricia, perempuan itu langsung menangkap pergelangan tangannya. Patricia menatapnya dengan marah, menggertakkan giginya, dan berkata, "Dokter Dharma, berikan aku obat penawar!" Rasa sakit dan rasa malu tadi terlalu menyiksa. Patricia tidak ingin mengalaminya lagi. Yang dia inginkan hanyalah segera meminum obat penawar dan menghilangkan racun dari tubuhnya. Kellin menepis tangannya dan berkata, "Antre di sana. Dari yang termuda sampai yang tertua. Kamu sudah setua ini, jadi antre di bagian paling belakang. Nggak ada yang boleh memotong antrean atau berbohong soal umur. Kal
Yuna bertanya pelan kepada Kellin, "Mereka nggak akan mati, 'kan?" Meskipun Patricia memang menyebalkan, tetapi membiarkannya mati begitu saja terlalu mudah untuknya. Dia harus dipermalukan habis-habisan, bahkan setelah mati pun masih harus dicaci maki orang. Kellin menjawab, "Sekitar sepuluh menit lagi, mereka akan pulih dengan sendirinya. Tapi mereka tetap perlu meminum obat penawar yang aku buat. Kalau nggak, racunnya akan tetap berdampak pada tubuh mereka." "Aku nggak akan membiarkan mereka mati. Aku nggak mau menanggung tuduhan sebagai pembunuh." Dia melirik Patricia dan orang-orangnya, lalu menambahkan, "Mereka nggak pantas untuk itu." Dia sangat puas dengan kehidupannya saat ini. Tidak ada alasan baginya untuk mengorbankan masa depannya demi orang-orang seperti mereka. Yuna mengangguk, "Baguslah, memang nggak pantas." Dia kemudian meletakkan bunga di depan makam ibunya. Setelah itu, bunga dan buah-buahan yang dibawa Patricia langsung dibuangnya ke samping. "Ma, ora
Kellin langsung menerjang ke depan. Beberapa pengawal yang tersisa melihat rekan-rekan mereka dengan mudah dijatuhkan oleh wanita muda ini. Mereka tadi juga menyaksikan kejadian itu, tetapi tidak melihat bagaimana dia bergerak. Tiba-tiba saja, rekan-rekan mereka sudah terkapar di tanah, tidak bisa bangun. Apakah wanita ini seorang ahli bela diri tingkat tinggi? Melihat Kellin menyerbu ke arah mereka, mereka tidak lagi memikirkan aturan pertarungan. Mereka semua maju sekaligus. Namun, sebelum mereka sempat mendekatinya, tiba-tiba mereka merasakan beberapa titik di tubuh mereka terasa sakit dan mati rasa. Dalam hitungan detik, mereka pun roboh ke tanah. Sama seperti rekan-rekan mereka sebelumnya, tubuh mereka bergetar hebat dan terus kejang-kejang. Kini, yang tersisa hanyalah Patricia dan dua pengawal pribadinya. Kellin pun tidak memberi Patricia kesempatan. Saat dua pengawal pribadinya berbalik dan hendak menyerang, dia segera melemparkan jarum beracunnya. Mereka pun tumbang sat
Saat Yuna dan rombongannya tiba, para pengawal Patricia segera mengulurkan tangan untuk menghalangi mereka. Wajah Yuna langsung berubah dingin, lalu membentak dengan suara tegas,"Kalian ini siapa? Nggak tahu siapa saya? Saya datang untuk menemui mama saya, berani-beraninya kalian menghalangi jalan saya! Menyingkir!" Para pengawal merasa sedikit gentar setelah dibentak seperti itu. Wanita di depan mereka ini adalah putri sulung dari kepala keluarga sebelumnya. Jika saja kepala keluarga sebelumnya tidak mengalami musibah, yang akan menduduki posisi kepala keluarga sekarang pasti adalah wanita anggun dan berwibawa ini. Meskipun usia Yuna hampir enam puluh tahun, dia merawat dirinya dengan sangat baik. Penampilannya masih seperti wanita berusia empat puluhan. Dia pernah mengendalikan Sanjaya Group dan merupakan sosok berpengaruh di dunia bisnis. Wibawanya sangat besar. Para pengawal merasa bahwa Yuna bahkan lebih menakutkan dibandingkan kepala keluarga mereka sendiri. Namun, mengi
Saat masih muda, dia mampu menjatuhkan penjaga makam. Namun kini, usianya sudah tua. Meskipun dulunya dia adalah seorang ahli, dia sudah tidak memiliki tenaga untuk menjatuhkan para penjaga makam ini lagi. "Aku ingin segera melihat kepala keluarga." Sudah puluhan tahun dia tidak kembali ke sini. "Selama puluhan tahun ini, keyakinan inilah yang membuatku bertahan." Setya berjalan dengan sedikit terengah-engah. Yuna dan suaminya khawatir dia kelelahan, jadi mereka berhenti sejenak untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan. Namun, Setya tidak mau beristirahat. Dia berkata, "Nggak jauh lagi, aku bahkan sudah bisa melihat para pengawal Patricia. Kita hanya perlu berjalan beberapa menit lagi." Dia memang merasa lelah, tetapi tidak ingin berhenti. Berhenti justru akan membuatnya makin lelah dan makin tidak ingin berjalan. Yuna memandang ke depan. Memang, dari sini mereka sudah bisa melihat para pengawal Patricia. Hari ini, Patricia keluar rumah dengan membawa sepuluh penga