Kemudian, apa pun pertanyaan yang ditanyakan Bobby, tidak ada yang mau memberitahunya, selain Sanjaya Group, siapa orang yang sedang membalas dendam padanya dan menyebabkan dia tidak direkrut.Bobby tahu, orang itu pasti adalah orang yang mendukung Olivia dari belakang. Dia awalnya mengira orang itu adalah Amelia Sanjaya. Namun, setelah dipikir-pikir, selain Amelia, ternyata masih ada orang yang lebih kuat yang mendukung Amelia dan kakaknya.Siapa orang itu? Bisa-bisanya orang itu mencegahnya mendapatkan pekerjaan di Mambera.Bobby sangat terkejut hingga kehilangan kepercayaan diri. Dia memutuskan untuk membawa kakek neneknya kembali ke desa setelah neneknya keluar dari rumah sakit, lalu membuat rencana lagi setelah tahun baru.“Lalu, apa yang harus kita lakukan?” ujar Surya Hermanus dengan khawatir. “Mengapa orang yang mendukung Olivia dan Odelina dari belakang itu begitu kuat? Bisa-bisanya orang itu membuat kalian kehilangan pekerjaan, membuat bisnis kalian merugi. Bisnis kalian kan
Amelia mendengar seluruh percakapan antara Odelina dan Yoga di telepon itu. Dia berkata dengan marah, “Mereka masih berani mengganggumu dan meminta uang.”“Dia ingin meminjam uang padaku. Dia bilang bisnisnya lagi nggak lancar dan merugi besar. Jadi, dia mau pinjam dua miliar agar bisnisnya bisa berjalan lagi.”“Nggak tahu malu sekali dia. Aku selalu mengira akulah orang yang paling nggak tahu malu di Mambera. Semua orang mengatakan seperti itu. Mereka bilang aku nggak tahu malu, mengejar tuan muda keluarga Adhitama sampai seperti itu. Tapi, kalau dibandingkan dengan keluarga-keluargamu itu, aku rasanya masih jauh tahu malu.”Gantian malah Odelina yang menenangkan Amelia. “Amelia, nggak perlu menghabiskan tenaga untuk marah pada orang-orang itu. Kakak dan Olivia nggak mungkin akan berdamai dengan mereka seumur hidup ini. Aku nggak peduli mereka mau seperti apa.”Hidup sanak keluarganya dan Olivia di desa sedang tidak baik sekarang. Mereka sedang mendapat karma.“Ayo, kita pergi makan.
Dia berkata kepada Yuna. “Tante, aku dan Oliv masih muda. Tangan dan kaki kami masih sehat, jadi kami nggak membutuhkan bantuan Tante. Tante nggak perlu mengkhawatirkan kami. Aku yakin kami bisa sukses dengan usaha kami sendiri.”“Aku juga ingin menanyakan satu hal lagi pada Tante. Aku harap jangan sampai seluruh kota tahu kalau aku dan Olivia adalah keponakan tante. Aku dan Olivia sudah mengalami banyak hal selama ini. Aku takut, orang lain akan menggunakan kami berdua untuk merugikan Sanjaya Group dan Tante.”Setelah merenung sejenak, Yuna berkata, “Odelina, Tante senang kamu bisa berpikir seperti itu. Kalian berdua sama kuatnya dengan Tante. Kalau kalian memang nggak memerlukan bantuan Tante, Tante nggak akan bantu. Tapi, kalau kalian mengalami kesulitan nanti, kalian harus bilang pada Tante.”“Nggak masalah apakah orang lain tahu tentang hubungan kita, tapi keluargamu di desa harus tahu. Jangan sampai mereka terus mengganggu dan meminta uang pada mereka berdua.”Nama Sanjaya Group
Wanita yang disukainya, yang juga merupakan istri sahnya, setiap hari mondar-mandir di depannya. Namun, dia tidak bisa mencium wanita ini.Stefan kesulitan menahannya.Sekaran, setelah “bebas dari penjara”, dia langsung mencium Olivia dengan dominan, tanpa sungkan lagi.Setelah sekian lama, Olivia bersandar di dadanya untuk mengatur napasnya.“Oliv.”Oliv menatap Stefan. Melihat ekspresi pria itu yang serius, dia mengerjapkan matanya. Orang ini cepat sekali berubah suasana hatinya. Dia bertanya, “Ada apa? Wajahmu ini sudah berubah jadi wajah guru galak lagi.”“Aku masih ingat pertama kali kamu membantu di tokoku, murid-murid takut masuk ke toko untuk membeli barang ketika mereka melihatmu.”Stefan meraih wajah Olivia dan mengelusnya berulang kali menggunakan jempolnya. Dia tersenyum kecil dan berkata, “Waktu itu, kamu menyuruhku pulang ke kantor. Aku kesal sekali. Padahal aku mau membantu, kamu bukan hanya nggak menghargainya, bahkan menyuruhku pergi.”Dia yang dulu memang sangat angku
Stefan ternyata punya vila di sana. Vila di puncak gunung dengan pemandangan bagus.Olivia memasukkan ponselnya kembali ke saku mantelnya, Olivia berbalik badan dan duduk di sofa, lalu menatap lurus ke arah Stefan.Stefan juga menatapnya.Dia tidak tahu wanita itu sedang marah atau terkejut?Mungkin bukan terkejut.“Oliv, kita ini termasuk yang baru kenal langsung nikah. Aku ….”Stefan berjalan menghampiri Olivia dan duduk di sebelahnya. Begitu dia duduk, Olivia bergeser ke samping dan menjauhkan diri, lalu berkata, “Kamu duduk di sana saja. Jangan terlalu dekat denganku.”Dengan wajah cemberut, dia berkata dengan marah, “Aku tahu kenapa kamu menyembunyikannya dariku. Apa lagi kalau bukan karena kamu takut kalau aku tahu kamu punya vila, aku akan mengejar uangmu.”“Sebagai seorang petinggi di Adhitama Group, berapa gaji tahunanmu? Beberapa miliar, ‘kan? Kerjaanmu biasanya sibuk, kalau nggak harus lembur, pasti harus menemani klien. Semua pengeluarannya diganti oleh perusahaan, ‘kan? L
Setelah hening sejenak, Stefan berkata, “Setelah membeli vila dan rumah di Lotus Residence, tabunganku nggak banyak lagi. Mobil hanyalah alat transportasi. Asal bisa dipakai, ya sudah. Nggak perlu mobil mewah.”Setelah mengatakan itu, Stefan rasanya ingin menyeka keringat dinginnya. Sampai saat ini, dia masih harus berbohong untuk melengkapi kebohongan yang sebelumnya.Olivia mendorongnya lagi dan berkata, “Kamu lepaskan aku dulu.”“Kamu nggak boleh lari, ya?”“Aku bisa ke mana? Kalau aku mau lari, aku nggak akan bilang-bilang lagi, langsung membereskan barang dan pergi. Aku beri tahu kamu, kalau orang bilang mau pergi, itu hanya mengancam. Yang benaran mau pergi akan pergi dengan diam-diam dan tanpa ragu lagi, sampai kamu nggak bisa menemukannya.”Jantung Stefan berdegup kencang mendengarnya. Dia bertanya dengan hati-hati, “Oliv, dalam keadaan seperti apa kamu akan meninggalkanku?”“Kamu pasti telah melakukan sesuatu yang besar yang bisa membuatku marah, makanya jadi takut, ‘kan? Samp
“Bohong,” ujar Stefan.Dia pun pergi membereskan kopernya.Olivia duduk dan terus menghitung uangnya.Adhitama Group memang merupakan grup terbesar di Mambera, dengan kemampuan finansial yang kuat. Bahkan, anak perusahaannya saja sangat bermurah hati dalam mengeluarkan uang. Mereka memberi Olivia beberapa juta karena Olivia merawat Stefan selama beberapa hari.Setelah menghitung uang, Olivia berdiri dan mengambil dompet yang biasanya sering dia bawa saat keluar rumah. Dompet itu terbuat dari kain dan sangat murah. Kalau dia join purchase dengan orang lain di internet, paling-paling hanya bayar beberapa puluh ribu. Namun, dompet itu sangat berguna dan bisa menampung beberapa juta di dalamnya.Dia memasukkan uang-uang itu ke dalam dompet, lalu mengamati Stefan membereskan kopernya. Barang pria itu tidak banyak. Semuanya barang yang dia kemaskan untuk pria itu sebelum pergi business trip.Dia sendiri datang dengan terburu-buru kemarin, jadi dia hanya membawa dua pasang baju ganti. Barang-
Semenjak liburan sekolah dimulai, Junia mulai bersantai di rumah. Selain makan dan tidur, dia juga membaca novel di ponselnya.Terkadang, adiknya mendapat telepon dari Reizi yang mau mentraktir makan. Dia takut adiknya “disuap” oleh pria itu, lalu tidak tahu malu dan ikut pergi numpang makan. Waktunya untuk keluar itu nggak banyak.Dia mendapat pesan dari sahabatnya. Setelah mengetahui Olivia sudah kembali, dia segera mengirim voice note.“Kalau begitu, mau makan hot pot bersama nggak malam ini? Sebelumnya, Pak Reiki bilang mau mentraktir kita makan hot pot. Restoran hot pot yang waktu itu lumayan enak. Jadi, aku menunggumu pulang, supaya kita bisa makan ke sana. Kamu nggak tahu, kalau aku ikut makan dengan adikku dan teman-temannya, aku jadi nggak enak mau makan banyak, karena porsi makanku lebih banyak daripada mereka yang pria.”Olivia tersenyum dan menjawab Junia, “Aku nggak bisa malam ini. Aku dan Stefan baru pulang, jadi mau istirahat dulu. Besok saja, ajak Kak Odelina dan Amelia
Ternyata Yohanna mau keluar kota. Ronny pun menjawab dengan hormat, “Baik, Bu.”Saat ini, Jaka tiba-tiba bertanya, “Bu Yohanna mau keluar kota, nggak bawa Ronny?”Yohanna begitu pilih-pilih makanan. Saat berada di luar kota, sulit baginya untuk menemukan makanan yang bisa dia makan. Lebih baik kalau dia membawa koki pribadinya. Dulu, Yohanna jarang dinas ke luar kota.Yohanna terdiam. Sementara itu, Ronny membersihkan meja tanpa bersuara. Dalam hati justru berkata, “Dia begitu pemilih. Kalau bepergian jauh, dia pasti kelaparan terus.”Setelah berpikir selama beberapa menit dan mempertimbangkan perutnya, Yohanna baru berkata dengan suara pelan, “Kalau begitu, Ronny, kamu pulang dan siap-siap. Jam lima sore kamu datang ke sini lagi. Ikut aku ke luar kota. Pak Jaka, jangan beritahu siapa pun selain keluargaku soal Ronny ikut aku keluar kota.”Yohanna takut kalau orang lain tahu dia ke luar kota dengan membawa koki pribadi muda, mereka akan bicara ini-itu dan membuat segala macam rumor. Se
Dulu Fendi sering menindas Dira, sehingga Dira sering berkelahi dengannya. Setelah dewasa, meskipun tidak berkelahi lagi, Dira sebisa mungkin menghindar jika seseorang membahas Fendi.Dira benar-benar membenci mata Fendi. Pria itu selalu menatap Dira sambil tersenyum. Bagi yang tidak tahu akan mengira Fendi menyukainya.“Baiklah,” kata Dira dengan enggan.“Balik ke kantormu sana. Istirahat dulu, nanti sore ada rapat.”Yohanna mengambil kotak dessert dan menjejalkannya ke tangan Dira, lalu berkata, “Kalau Fendi berani ganggu kamu, tunggu aku pulang, aku akan bantu kamu balas dia.”“Sekarang dia nggak akan kelahi denganku. Sekalipun dia main tangan, aku juga nggak takut. Aku nggak pernah kalah saat kelahi dengannya.”Begitu teringat Dira yang dulu suka menggila, Yohanna sengaja memasang raut wajah cemas. “Kamu tangguh begitu, gimana mau nikah? Bikin orang cemas saja.”Dira spontan memasang wajah cemberut. “Aku hanya tangguh di depan Fendi. Di depan orang lain, aku tetap perempuan yang ba
Apalagi Ronny sudah bilang kalau dia memiliki bisnisnya sendiri. Ronny punya beberapa perusahaan. Ditambah lagi auranya, penampilannya, tutur katanya membuat orang langsung tahu kalau Ronny bukan dari keluarga biasa. Wajar saja kalau orang tua Yohanna berpikir macam-macam.Orang tua Yohanna tidak ingin Yohanna menikah dengan pria dari kota lain dan pindah ke tempat yang jauh dari rumah. Yohanna sendiri juga tidak mau. Namun dalam kondisi terdesak, bisa saja orang tua Yohanna akan meminta Ronny untuk pindah ke Kota Aldimo.“Nggak. Mana mungkin Om dan Tante suruh aku ngomong begini? Ronny baru kerja dua hari. Semua orang belum terlalu kenal dia,” jawab Dira sambil tertawa pelan. “Malam hari kalau lagi nggak bisa tidur, biasanya aku baca novel. Makanya aku jadi lebih sensitif. Aku sering bayangkan diri sendiri masuk ke dalam alur novel.”“Kamu nggak bisa tidur? Itu artinya kamu kurang sibuk. Kamu follow up proyek dengan Banjaya saja,” kata Yohanna.“Kak, aku nggak mau proyek itu. Penanggu
“Kak Yohanna bahkan nggak perlu olahraga. Bentuk badanmu tetap standar model, karena kurang makan.”Kalau Yohanna merasa makanan itu tidak enak, dia lebih memilih kelaparan. Dia sering tidak makan, tekanan pekerjaan juga besar. Tidak heran kalau dia tidak bisa gemuk.“Ronny buat Kakak makan dengan nyaman. Bukankah itu perhatian? Aku nggak bisa bilang dessert yang dia siapkan adalah dessert kesukaan Kakak. Itu karena Kakak nggak ada dessert favorit. Tapi yang dia siapkan adalah makanan yang bisa Kakak makan.”“Aku sudah bandingkan. Dessert untuk aku ini kesannya lebih asal-asalan. Tentu saja, makanan yang dia buat sangat cantik dan rasanya juga enak. Tapi tetap saja bisa dilihat mana yang benar-benar dia siapkan dengan sepenuh hati. Selama dua hari ini, kita jadi punya lebih banyak waktu untuk istirahat. Sore Kakak jadi nggak perlu minum terlalu banyak kopi.”“Dira, aku benar-benar curiga kamu sudah disuap Ronny. Apa motifnya dengan suruh kamu ngomong hal-hal baik tentangnya di depanku?
“Bu Dira.”Ronny dan Jaka berdiri di depan pintu kantor. Begitu pintu terbuka, kedua orang itu menyapa Dira dengan hormat. Saat ini, baru waktunya pulang kerja. Sekretaris juga siap-siap turun untuk makan malam.Ronni meminjam dapur perusahaan untuk menyiapkan makan siang untuk Yohanna. Ronny juga mengontrol waktunya dengan baik. Beberapa menit sebelum jam pulang kerja, dia sudah mengantar makanan buatannya ke lantai atas. Dengan begitu, dia bisa menghindari karyawan lainnya dengan sempurna. Selain itu, dia juga tidak akan menyita waktu kerja Yohanna.Butuh beberapa menit bagi Ronny dan Jaka untuk pergi dari kantin perusahaan ke gedung kantor, lalu naik lift menuju lantai paling atas.“Pak Jaka, Ronny, kalian sudah datang.”Dira minggir ke samping agar kedua pria itu bisa masuk. “Kami baru saja pulang kerja,” kata Dira.Jaka dan Ronny masuk ke kantor. “Bu Yohanna.”Keduanya menyapa Yohanna dengan sopan, lalu berjalan ke sofa dan meletakkan kotak bekal di atas meja. Kemudian, mereka mem
Melihat sang kakak tersenyum seperti itu, Dira pun tahu kalau Yohanna salah paham padanya lagi. Dira bahkan sudah malas mau menjelaskan. Dira sudah bilang kalau dia hanya menyukai makanan yang dibuat Ronny, baik itu makanan berat maupun makanan ringan seperti dessert. Semuanya sangat sesuai dengan selera Dira.Tidak hanya Dira yang merasa enak. Yohanna juga tidak pernah mengomentari makanan buatan Ronny. Pokoknya selama dua hari sejak Ronny yang memasak, Yohanna tidak menemukan kekurangan apa pun pada masakan Ronny.“Masakan yang dibuat Ronny nggak berubah, tapi rasa masakannya begitu sempurna, buat orang nggak bisa cari kekurangannya. Dia seumuran aku, tapi dia punya pencapaian luar biasa dalam memasak. Harus kuakui, dia memang berbakat. Selain itu, dia juga sangat niat mempelajari resep.”Yohanna yang jarang memberikan pujian kini memuji Ronny dan mengakui keterampilan memasak pria itu.“Pak Jaka bilang koper yang dibawa Ronny hanya isi sedikit pakaian. Sisanya buku resep berbagai ma
Benar saja, bakat dan hobi itu sangat penting. Ronny terjun ke industri kuliner, penjualannya pasti sangat bagus. Untungnya, bisnis Ronny berada di Kota Mambera, sangat jauh dari mereka sehingga tidak memengaruhi bisnis keluarga mereka.Jika tidak, dengan pesaing kuat seperti Ronny, keluarga Pangestu yang juga berkecimpung di industri kuliner pasti akan gagal. “Mau turunkan badan susah, kalau mau gemuk sangat gampang.”Yohanna melihat jam. Memang sudah waktunya pulang kerja. Dia pun mematikan komputer dan berkata kepada Dira, “Semakin lama kamu semakin jadi seperti tukang makan.”“Yang penting bisa makan makanan terenak di dunia setiap hari. Mau sebut aku tukang makan juga nggak apa-apa. Setiap orang perlu makan. Manusia mana yang nggak makan? Orang yang nggak makan dan nggak minum baru bukan tukang makan.”Dira bicara sambil melihat jam. “Pak Jaka dan Ronny sebentar lagi sampai.”Yohanna tidak pulang saat makan siang, karena waktu terlalu mepet. Kadang-kadang dia pergi hotel keluarga
“Kamu nggak beritahu aku kalau kamu pulang lebih awal. Kalau aku nggak datang ke sin, aku bahkan nggak tahu kamu sudah pergi,” ujar Olivia.Katarina tertawa pelan. “Aku yang salah. Aku pikir kamu pasti sangat sibuk. Hari ini suhu Kota Mambera turun drastis. Ditambah hujan pula. Aku nggak mau buat kamu bolak-balik ke sana-sini.”Katarina melihat perut Olivia. Olivia memakai mantel tebal, tidak terlihat perutnya yang sudah membuncit.“Apalagi kamu lagi hamil.”“Tunggu aku sudah melahirkan, aku akan pergi ke Kota Harsa cari kamu.”“Oke, nanti aku akan traktir kamu semua makanan khas Kota Harsa. Nggak kalah dari makanan khas Kota Mambera, loh.”“Janji, ya. Kamu lagi buru-buru? Aku bawa sedikit barang untuk kamu. Sebenarnya bukan dari aku. Samuel yang minta aku antar ke sini. Dia siapkan banyak barang khas Kota Mambera untuk kamu. Katanya sebagai permintaan maaf padamu,” kata Olivia.Katarina terdiam sejenak. “Barangnya banyak?”“Lumayan banyak. Kamu mungkin nggak sanggup bawa sendiri. Kala
Olivia makan seadanya. Setelah itu dia pergi dengan mobil menuju ke perusahaan. Sampai di perusahaan dan masuk ke kantornya, Olivia pun melihat banyak hadiah.“Pak Samuel bilang dia belikan semuanya untuk Bu Katarina dan minta Bu Olivia bantu serahkan ke Bu Katarina. Anggap saja ini permintaan maaf darinya kepada Bu Katarina,” kata Devina.Devina sangat penasaran, ingin tahu gosip tentang Samuel. Namun, kalau Olivia tidak beritahu, dia juga tidak akan bertanya.“Kenapa dia nggak kasih sendiri?”Olivia melihat sekilas tumpukan hadiah di depannya. Banyak di antaranya merupakan produk khas Kota mambera. Semua barang yang ingin Olivia belikan untuk Katarina sudah dibelikan Samuel. Dengan begitu, Olivia pun tidak perlu repot-repot lagi.“Pak Samuel nggak bilang.”“Oke, aku mengerti. Kamu lanjut kerja saja.”Olivia berjalan ke mejanya, lalu mengeluarkan ponsel dari tasnya untuk menelepon Samuel. Samuel mengangkat telepon dengan cepat. Di telepon, pria itu kembali meminta tolong pada kakak ip