“....”“Ada apa dengan kalian berdua? Jelas-jelas hubungan kalian sudah membaik, sering pamer kemesraan pula. Tiba-tiba kalian bertengkar lagi. Pantas saja istrimu pergi ke bar. Gara-gara kamu, sih,” kata Reiki.“Kamu bantu aku cari tahu dulu mereka pergi ke bar mana, sudah berapa lama mereka di sana, mereka mabuk, nggak. Kalau sudah tahu, cepat kabari aku.”“Oke, aku segera periksa.”Reiki langsung menutup telepon. Kemudian, dia menyuruh seseorang untuk mencari tahu ke mana dua perempuan itu.Sambil menunggu balasan dari Reiki, Stefan menghubungi kru jet pribadinya dan memberi perintah, “Kalian segera bersiap untuk perjalanan pulang. Aku akan kembali ke Kota Mambera dalam sepuluh menit.”Stefan tidak membiarkan Olivia mengantarnya ke bandara ketika akan melakukan perjalanan bisnis. Pertama, karena dia harus kembali ke perusahaan terlebih dahulu. Kedua, sebenarnya Stefan tidak memesan tiket karena dia pergi dengan jet pribadi.Anggota kru yang telah menerima pemberitahuan dari Stefan s
Pada akhirnya, Stefan menyerah untuk menelepon lagi. Untung saja, ada panggilan masuk dari Reiki.“Reiki, mereka lagi di bar mana?” Begitu mengangkat telepon, Stefan langsung bertanya dengan panik.Reiki pun mengambil kesempatan untuk mengoloknya ketika mendengar nada bicara Stefan yang panik, “Kamu panik? Panik sampai ingin lompat tembok? Panik sampai ingin segera kembali ke sini?”“Reiki!”Di saat seperti ini, Reiki masih bisa mengolok-oloknya. Stefan memang panik, sangat panik hingga dia berharap bisa menjadi manusia super yang bisa segera kembali ke Kota Mambera.Reiki tertawa cekikikan, “Jarang-jarang bisa lihat kamu begini. Hanya istrimu yang punya kemampuan bisa buat kamu panik tapi nggak berdaya.”Apa pun yang terjadi, Stefan selalu bersikap tenang. Benar-benar kesempatan langka bisa melihatnya tergesa-gesa seperti ini.“Mereka ada di No Limit. Mereka sampai di sana setengah jam yang lalu. Selain Junia, ada adik laki-laki Junia juga.”Begitu mendengar kabar itu, Stefan langsung
“Aku masih sangat sadar sekarang. Minum dua gelas lagi juga nggak akan mabuk,” kata Olivia.“Jangan minum lagi,” kata Junia, “kita datang ke sini hanya untuk minum dua gelas. Kalau minum terlalu banyak akan merusak badan.”Olivia menatap Junia dengan mata kabur. Setelah diam sejenak, Junia berdiri dan pergi. Tidak lupa dia mengingatkan adiknya untuk mengawasi Olivia. Sesaat kemudian, Junia kembali ke tempat duduknya. Dia mengambil pensil dan beberapa lembar kertas, serta segelas minuman.“Habis satu gelas ini jangan minum lagi. Aku minta beberapa lembar kertas biar kamu bisa gambar.”“Kak, Kak Olivia sudah mabuk begini. Memangnya dia masih bisa menggambar?”Olivia berkata kalau dia tidak mabuk. Namun sebenarnya, perempuan itu sudah mabuk. Junia sendiri tidak menjawab pertanyaan adiknya. Dia langsung menyerahkan pensil dan kertas kepada Olivia. Olivia mengambil barang-barang itu. Dia bahkan tidak minum lagi. Dia hanya fokus menggambar di atas kertas.Pertama-tama, Olivia menggambar sebu
“Junia?”Tiba-tiba terdengar suara yang menyebut nama Junia. Junia dan Alex serempak menoleh ke arah datangnya suara. Sedangkan Olivia masih minum dengan tenang. Seolah-olah dia tidak melihat Reiki.“Pak Reiki?” Junia sangat terkejut bisa bertemu Reiki di tempat ini.Reiki segera memberi penjelasan, “Akhir pekan biasanya aku ajak teman-teman datang ke sini untuk bersantai. Aku nggak menyangka bisa bertemu kamu di sini. Boleh aku duduk di sini?”Junia tertawa dan berkata, “Lagian kamu juga sudah duduk. Temanmu masih belum datang?”Junia hanya melihat Reiki seorang. Setelah duduk, Reiki menyapa Olivia. Olivia hanya mengangguk pelan, itu sudah termasuk menanggapi sapaannya.“Teman-temanku sudah pergi.”Reiki tiba-tiba melihat lukisan yang dilukis Olivia dan bertanya pada Junia, “Siapa yang lukis? Boleh aku lihat sebentar?”Junia melihat ke arah Olivia. Reiki langsung tahu kalau itu adalah lukisan Olivia. Olivia masih sibuk minum sendiri, dia sama sekali tidak bicara. Reiki mengira Olivia
“Oliv.” Junia bergegas memapah Olivia.“Aku masih bisa minum ....”Setelah Junia memapahnya, Olivia masih berkata kalau dia masih sanggup minum dua gelas lagi. Reiki spontan berpikir ketika melihat penampilan Olivia yang seperti itu. Dia ingin mengeluarkan ponselnya untuk merekam video, tapi merasa tidak enak hati. Akan tetapi, tempat ini ada kamera CCTV. Dia bisa mengambil rekaman CCTV dan memperlihatkannya kepada Stefan.Setelah akhirnya mendapatkan istri yang memuaskan, Stefan malah tidak menghargainya baik-baik. Dia selalu bertengkar dan perang dingin dengan istrinya, membuat orang-orang disekitarnya juga ikut kesusahan.“Olivia, kamu sudah mabuk. Aku antar kamu pulang.”Junia berdiri, lalu meminta maaf kepada Reiki, “Maaf, Pak Reiki. Olivia sudah mabuk. Aku antar dia pulang dulu.”“Kamu tadi juga minum, nggak boleh bawa mobil. Aku nggak minum, biar aku yang antar kalian saja.”Reiki datang ke sini memang demi Junia. Oleh karena itu, dia sama sekali tidak minum alkohol, agar mendap
Stefan memegang lembaran kertas itu. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Namun, begitu melihat seringai di wajah Reiki, Stefan bisa menebak kalau lukisan itu ada hubungannya dengannya.Stefan pernah melihat lukisan Olivia. Karena Olivia harus membuat barang kerajinan tangan setiap hari, perempuan itu sering kali harus menggambar sampel. Oleh karena itu, hasil gambarnya sangat bagus.“Ste ... fan.”Olivia bersandar di dada Stefan. Mulutnya masih bergumam tidak jelas. Stefan membawanya ke dalam mobil dengan hati-hati. Dia menurunkan Olivia dan membiarkannya duduk bersandar di kursi. Kemudian, Stefan juga masuk ke dalam mobil. Dia duduk di samping Olivia, lalu merangkul tubuh Olivia yang hampir jatuh. Dia pun membiarkan perempuan itu bersandar padanya lagi.“Aku di sini.” Stefan berbisik di telinga Olivia, “Oliv, aku di sini.”Namun, Olivia tidak tahu. Perempuan itu sudah mabuk total. Dia bahkan tidak membuka matanya, membiarkan Stefan memeluknya dengan erat. Di dalam pelukan pria itu
Alex memiliki kesan yang sangat baik terhadap Reiki. Jika dia menghubungi Reiki secara pribadi, mungkin saja dia akan mengkhianati kakaknya sendiri.Reiki segera mengeluarkan ponselnya dengan wajah penuh senyum, “Kamu yang lebih bijak. Kita tambahkan nomor Whatsapp saja. Pertama kali bertemu, aku langsung merasa akrab denganmu. Kapan-kapan ada waktu kita makan bareng.”Alex mengeluarkan ponselnya sambil terkekeh. Dia bertukar nomor dengan Reiki, lalu berkata pada pria itu, “Kalau begitu kami pergi dulu, Pak Reiki.”“Sampai jumpa, lain kali aku traktir kamu makan.”“Oke.”Alex senang bukan main. Begitu sadar kakaknya sedang memelototinya, dia menggosok hidungnya lagi. Kemudian, dia cepat-cepat naik ke mobil. Reiki tetap berdiri di tempat, memperhatikan Alex dan Junia pergi. Setelah mobil meninggalkan bar, Junia berkata pada adiknya, “Kamu tahu siapa Reiki? Kamu masih saja sok dekat sama dia, tukar nomor Whatsapp lagi.”“Aku nggak peduli siapa dia. Yang penting dia pernah kencan buta sa
Begitu sampai di Lotus Residence, Stefan menggendong Olivia turun dari mobil dengan gerakan selembut mungkin.“Pak Stefan, Bi Lesti ada di rumah kakaknya Bu Olivia,” kata Dimas.Stefan berkata dengan suara pelan, “Aku nggak butuh Bi Lesti. Aku akan rawat dia sendiri.”Usai berkata, Stefan membawa Olivia ke dalam gedung. Dimas melihat Stefan masuk. Sampai sosok pria itu hilang dari pandangannya, Dimas baru kembali ke mobilnya dan pergi.Setelah sampai di rumahnya sendiri, Stefan melihat sandalnya ditaruh di depan pintu rumah. Sorot matanya seketika menjadi dalam. Dia ingat Olivia melakukan hal yang sama ketika mereka baru menikah. Olivia bilang dengan begitu orang lain tahu kalau ada pria di rumah. Dengan begitu, rasanya akan sedikit lebih aman.Padahal dengan kemampuan bela diri Olivia, preman biasa bukanlah tandingannya. Akan tetapi, lebih baik tetap berhati-hati.“Oliv, kamu berdiri dulu. Aku mau ambil kunci untuk buka pintu.”Stefan menurunkan Olivia, tapi Olivia sudah terlalu mabuk
Meski perjamuan malam ini menyimpan bahaya yang tersembunyi, Cakra tetap akan menemani Patricia terjun ke dalam jurang.“Tapi acara malam ini pasti bakal jadi pertumpahan darah. Kalian harus ikuti terus Felicia, biar aku yang jagain kalian,” kata Cakra. “Mama kalian nggak bakal membiarkan anak putri satu-satunya celaka. Makanya dia pasti sudah menyiapkan jalan keluar untuk Felicia. Kalian awasi terus Felicia, dijamin kalian pasti selamat.”“Pa, itu kan cuma dugaan saja. Kita ini juga anak kandung Mama. Kalau ada bahaya, masa iya Mama bakal sengaja minta kita datang ke sini? Papa mikirnya jangan terlalu mengada-ada.Mendengar itu, Cakra langsung memelototi anak sulungnya. “Kamu ini selalu saja membantah. Kalau saja kalain menurut apa kataku, malam ini kita semua sudah ada di kampung halamanku. Aku juga nggak perlu khawatir. Sekarang dinasihati baik-baik malah melawan. Mama kamu itu benci aku dan nggak pernah mau lihat wajahku, tapi tiba-tiba aku dipanggil untuk menginap di sini. Kamu pi
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa
Orang lain tidak pernah ada yang mengatakannya terang-terangan, dan Olivia juga anggap saja tida tahu apa-apa. Toh makin bahagia hidupnya, orang lain yang makin iri padanya.“... Sayang, sudah malam, nih. Kamu cepat tidur, deh. Kamu mungkin belum mau tidur, tapi anak kita sudah mau,” kata Stefan. Dia buru-buru mengganti topik obrolan dan membujuk istrinya untuk segera tidur. Namun di satu sisi, dia belum ingin menyudahi percakapannya dengan istri tercinta. Namun akhirnya Olivia-lah yang mengakhiri pembicaraan mereka.Setelah meletakkan ponselnya, Olivia mengelus perutnya sambil berkata kepada anak yang masih di dalam perutnya itu, “Sayang, Papa nggak mau jujur sama Mama. Walaupun maksudnya baik, dia tetap saja berbohong.”Setelah keheningan sesaat, Olivia berkata lagi, “Tapi kita nggak boleh nyalahin Papa. Dia berbohong demi kebaikan kita. Sekarang Mama nggak boleh gegabah karena harus menjaga kamu. Semua orang yang sayang sama kamu nggak mau Mama kenapa-napa. Sayang, menurut kamu, Pap