Pada akhirnya, Stefan menyerah untuk menelepon lagi. Untung saja, ada panggilan masuk dari Reiki.“Reiki, mereka lagi di bar mana?” Begitu mengangkat telepon, Stefan langsung bertanya dengan panik.Reiki pun mengambil kesempatan untuk mengoloknya ketika mendengar nada bicara Stefan yang panik, “Kamu panik? Panik sampai ingin lompat tembok? Panik sampai ingin segera kembali ke sini?”“Reiki!”Di saat seperti ini, Reiki masih bisa mengolok-oloknya. Stefan memang panik, sangat panik hingga dia berharap bisa menjadi manusia super yang bisa segera kembali ke Kota Mambera.Reiki tertawa cekikikan, “Jarang-jarang bisa lihat kamu begini. Hanya istrimu yang punya kemampuan bisa buat kamu panik tapi nggak berdaya.”Apa pun yang terjadi, Stefan selalu bersikap tenang. Benar-benar kesempatan langka bisa melihatnya tergesa-gesa seperti ini.“Mereka ada di No Limit. Mereka sampai di sana setengah jam yang lalu. Selain Junia, ada adik laki-laki Junia juga.”Begitu mendengar kabar itu, Stefan langsung
“Aku masih sangat sadar sekarang. Minum dua gelas lagi juga nggak akan mabuk,” kata Olivia.“Jangan minum lagi,” kata Junia, “kita datang ke sini hanya untuk minum dua gelas. Kalau minum terlalu banyak akan merusak badan.”Olivia menatap Junia dengan mata kabur. Setelah diam sejenak, Junia berdiri dan pergi. Tidak lupa dia mengingatkan adiknya untuk mengawasi Olivia. Sesaat kemudian, Junia kembali ke tempat duduknya. Dia mengambil pensil dan beberapa lembar kertas, serta segelas minuman.“Habis satu gelas ini jangan minum lagi. Aku minta beberapa lembar kertas biar kamu bisa gambar.”“Kak, Kak Olivia sudah mabuk begini. Memangnya dia masih bisa menggambar?”Olivia berkata kalau dia tidak mabuk. Namun sebenarnya, perempuan itu sudah mabuk. Junia sendiri tidak menjawab pertanyaan adiknya. Dia langsung menyerahkan pensil dan kertas kepada Olivia. Olivia mengambil barang-barang itu. Dia bahkan tidak minum lagi. Dia hanya fokus menggambar di atas kertas.Pertama-tama, Olivia menggambar sebu
“Junia?”Tiba-tiba terdengar suara yang menyebut nama Junia. Junia dan Alex serempak menoleh ke arah datangnya suara. Sedangkan Olivia masih minum dengan tenang. Seolah-olah dia tidak melihat Reiki.“Pak Reiki?” Junia sangat terkejut bisa bertemu Reiki di tempat ini.Reiki segera memberi penjelasan, “Akhir pekan biasanya aku ajak teman-teman datang ke sini untuk bersantai. Aku nggak menyangka bisa bertemu kamu di sini. Boleh aku duduk di sini?”Junia tertawa dan berkata, “Lagian kamu juga sudah duduk. Temanmu masih belum datang?”Junia hanya melihat Reiki seorang. Setelah duduk, Reiki menyapa Olivia. Olivia hanya mengangguk pelan, itu sudah termasuk menanggapi sapaannya.“Teman-temanku sudah pergi.”Reiki tiba-tiba melihat lukisan yang dilukis Olivia dan bertanya pada Junia, “Siapa yang lukis? Boleh aku lihat sebentar?”Junia melihat ke arah Olivia. Reiki langsung tahu kalau itu adalah lukisan Olivia. Olivia masih sibuk minum sendiri, dia sama sekali tidak bicara. Reiki mengira Olivia
“Oliv.” Junia bergegas memapah Olivia.“Aku masih bisa minum ....”Setelah Junia memapahnya, Olivia masih berkata kalau dia masih sanggup minum dua gelas lagi. Reiki spontan berpikir ketika melihat penampilan Olivia yang seperti itu. Dia ingin mengeluarkan ponselnya untuk merekam video, tapi merasa tidak enak hati. Akan tetapi, tempat ini ada kamera CCTV. Dia bisa mengambil rekaman CCTV dan memperlihatkannya kepada Stefan.Setelah akhirnya mendapatkan istri yang memuaskan, Stefan malah tidak menghargainya baik-baik. Dia selalu bertengkar dan perang dingin dengan istrinya, membuat orang-orang disekitarnya juga ikut kesusahan.“Olivia, kamu sudah mabuk. Aku antar kamu pulang.”Junia berdiri, lalu meminta maaf kepada Reiki, “Maaf, Pak Reiki. Olivia sudah mabuk. Aku antar dia pulang dulu.”“Kamu tadi juga minum, nggak boleh bawa mobil. Aku nggak minum, biar aku yang antar kalian saja.”Reiki datang ke sini memang demi Junia. Oleh karena itu, dia sama sekali tidak minum alkohol, agar mendap
Stefan memegang lembaran kertas itu. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Namun, begitu melihat seringai di wajah Reiki, Stefan bisa menebak kalau lukisan itu ada hubungannya dengannya.Stefan pernah melihat lukisan Olivia. Karena Olivia harus membuat barang kerajinan tangan setiap hari, perempuan itu sering kali harus menggambar sampel. Oleh karena itu, hasil gambarnya sangat bagus.“Ste ... fan.”Olivia bersandar di dada Stefan. Mulutnya masih bergumam tidak jelas. Stefan membawanya ke dalam mobil dengan hati-hati. Dia menurunkan Olivia dan membiarkannya duduk bersandar di kursi. Kemudian, Stefan juga masuk ke dalam mobil. Dia duduk di samping Olivia, lalu merangkul tubuh Olivia yang hampir jatuh. Dia pun membiarkan perempuan itu bersandar padanya lagi.“Aku di sini.” Stefan berbisik di telinga Olivia, “Oliv, aku di sini.”Namun, Olivia tidak tahu. Perempuan itu sudah mabuk total. Dia bahkan tidak membuka matanya, membiarkan Stefan memeluknya dengan erat. Di dalam pelukan pria itu
Alex memiliki kesan yang sangat baik terhadap Reiki. Jika dia menghubungi Reiki secara pribadi, mungkin saja dia akan mengkhianati kakaknya sendiri.Reiki segera mengeluarkan ponselnya dengan wajah penuh senyum, “Kamu yang lebih bijak. Kita tambahkan nomor Whatsapp saja. Pertama kali bertemu, aku langsung merasa akrab denganmu. Kapan-kapan ada waktu kita makan bareng.”Alex mengeluarkan ponselnya sambil terkekeh. Dia bertukar nomor dengan Reiki, lalu berkata pada pria itu, “Kalau begitu kami pergi dulu, Pak Reiki.”“Sampai jumpa, lain kali aku traktir kamu makan.”“Oke.”Alex senang bukan main. Begitu sadar kakaknya sedang memelototinya, dia menggosok hidungnya lagi. Kemudian, dia cepat-cepat naik ke mobil. Reiki tetap berdiri di tempat, memperhatikan Alex dan Junia pergi. Setelah mobil meninggalkan bar, Junia berkata pada adiknya, “Kamu tahu siapa Reiki? Kamu masih saja sok dekat sama dia, tukar nomor Whatsapp lagi.”“Aku nggak peduli siapa dia. Yang penting dia pernah kencan buta sa
Begitu sampai di Lotus Residence, Stefan menggendong Olivia turun dari mobil dengan gerakan selembut mungkin.“Pak Stefan, Bi Lesti ada di rumah kakaknya Bu Olivia,” kata Dimas.Stefan berkata dengan suara pelan, “Aku nggak butuh Bi Lesti. Aku akan rawat dia sendiri.”Usai berkata, Stefan membawa Olivia ke dalam gedung. Dimas melihat Stefan masuk. Sampai sosok pria itu hilang dari pandangannya, Dimas baru kembali ke mobilnya dan pergi.Setelah sampai di rumahnya sendiri, Stefan melihat sandalnya ditaruh di depan pintu rumah. Sorot matanya seketika menjadi dalam. Dia ingat Olivia melakukan hal yang sama ketika mereka baru menikah. Olivia bilang dengan begitu orang lain tahu kalau ada pria di rumah. Dengan begitu, rasanya akan sedikit lebih aman.Padahal dengan kemampuan bela diri Olivia, preman biasa bukanlah tandingannya. Akan tetapi, lebih baik tetap berhati-hati.“Oliv, kamu berdiri dulu. Aku mau ambil kunci untuk buka pintu.”Stefan menurunkan Olivia, tapi Olivia sudah terlalu mabuk
Junia selalu berkata kalau dia tidak ingin menikah dengan pria dari keluarga kaya. Namun pada kenyataannya, keluarganya sendiri termasuk keluarga kaya. Hanya saja keluarga Santoso rendah hati dan kaya raya. Mereka tetap menjalani kehidupan seperti orang biasa meski mereka kaya raya.“Orang tuaku sudah tidur. Aku nggak ajak Pak Reiki masuk ke rumah dulu, ya.”Reiki tersenyum, “Sudah malam, aku juga nggak bawa apa-apa. Nggak enak masuk ke dalam ganggu Om dan Tante. Lain kali kalau aku sudah siapkan hadiah, aku pasti akan mengunjungi Om dan Tante.”Junia mengutuk dalam hati, “Baru saja kasih aku bunga dan mulai kejar aku. Sekarang malah ingin bertemu dengan orang tuaku.”“Pak Stefan pulang dengan tergesa-gesa. Apa dia akan melanjutkan perjalanan bisnisnya besok?” tanya Junia tiba-tiba.Reiki berpikir sejenak, lalu menjawab, “Aku rasa dia harus cepat-cepat kembali ke sana besok. Dia yang bertanggung jawab atas urusan di sana. Kalau ada masalah, dia harus pergi ke sana untuk menyelesaikanny