Junia selalu berkata kalau dia tidak ingin menikah dengan pria dari keluarga kaya. Namun pada kenyataannya, keluarganya sendiri termasuk keluarga kaya. Hanya saja keluarga Santoso rendah hati dan kaya raya. Mereka tetap menjalani kehidupan seperti orang biasa meski mereka kaya raya.“Orang tuaku sudah tidur. Aku nggak ajak Pak Reiki masuk ke rumah dulu, ya.”Reiki tersenyum, “Sudah malam, aku juga nggak bawa apa-apa. Nggak enak masuk ke dalam ganggu Om dan Tante. Lain kali kalau aku sudah siapkan hadiah, aku pasti akan mengunjungi Om dan Tante.”Junia mengutuk dalam hati, “Baru saja kasih aku bunga dan mulai kejar aku. Sekarang malah ingin bertemu dengan orang tuaku.”“Pak Stefan pulang dengan tergesa-gesa. Apa dia akan melanjutkan perjalanan bisnisnya besok?” tanya Junia tiba-tiba.Reiki berpikir sejenak, lalu menjawab, “Aku rasa dia harus cepat-cepat kembali ke sana besok. Dia yang bertanggung jawab atas urusan di sana. Kalau ada masalah, dia harus pergi ke sana untuk menyelesaikanny
Setelah keluar dari rumah Stefan, Reiki bergumam pada dirinya sendiri, “Setelah dimuntahi begitu, orang yang fobia kotor seperti Stefan nggak langsung mendorong istrinya pergi. Dia pasti sangat mencintai istrinya sampai bisa sesabar itu.”Reiki tidak berkata apa-apa lagi. Dia masih menjadi penggemar setia istri CEO-nya itu. Reiki benar-benar salut dan kagum dengan Olivia.Sementara itu, Stefan yang berada di dalam rumah melepas mantelnya dulu dan membuang ke lantai. Kemudian, dia melepas mantel Olivia dan membuangnya ke lantai juga. Dia akan membersihkannya nanti. Dia mau membawa perempuan yang sudah mabuk total itu kembali ke kamar dulu.“Stefan ....”Olivia yang sudah muntah entah sudah sadar atau sudah merasa lebih baik. Mulutnya pun mulai bergumam lagi. Begitu Stefan menggendongnya, dia tiba-tiba memanggil Stefan dengan suara keras.“Aku di sini.”Stefan menjawab dengan saura lembut. Dia menggendong Olivia ke kamarnya. Namun, begitu masuk ke kamar, dia menyadari ada sesuatu yang be
“Setelah menikah, aku masih terus waspada dan curiga sama kamu. Nggak hanya itu, aku bahkan suruh kamu tanda tangan perjanjian setengah tahun. Perjanjian itu beri banyak kamu kekangan. Aku akui aku br*ngsek. Aku hanya pertimbangkan kepentinganku sendiri. aku nggak pernah pertimbangkan kepentinganmu.”“Kamu nggak salah marah aku br*ngsek. Aku benar-benar pria br*ngsek. Maaf, Oliv.”Stefan mengecup lembut bibir Olivia. Wajah tampannya penuh dengan penyesalan. “Oliv, aku janji nggak akan begini lagi. Aku akan belajar pahami kamu, belajar komunikasi denganmu dan belajar untuk percaya denganmu. Kamu pertama kali jadi istri orang, aku juga pertama kali jadi suami orang. Kita sama-sama nggak berpengalaman. Jadi ayo kita belajar bersama. Kita berusaha dan jalani bersama, oke?”Stefan bicara panjang lebar di samping telinga Olivia. Kemudian, dia pun tertidur di samping Olivia. Kali ini, mereka berdua sama-sama tersiksa. Olivia pergi ke bar dan minum sampai mabuk. Stefan bekerja sepanjang malam,
Stefan melihat lukisan itu sejenak. Sorot matanya semakin lama menjadi semakin serius. Olivia menggambarnya dengan sangat baik. Hanya saja, Olivia sengaja menggambar hatinya di luar, bahkan menggambar hatinya dengan sangat kecil. Apakah maksudnya Stefan berhati sempit? Picik, berpikiran sempit?Di belakang gambar Stefan ada air. Apakah itu danau atau kolam? Selain itu, apa arti lingkarang di atas permukaan air? Di bawah air tidak ada gambar ikan. Kalau ada gambar ikan, bisa jadi artinya ikan sedang mengeluarkan gelembung. Di belakang kolam ada gambar sebuah hati.Stefan yang tak kunjung mengerti berjalan sambil memegang lukisan itu. Dia terus mengamati dan berpikir. Apa maksud Olivia melukis seperti ini? Sosok pria di dalam lukisan adalah “Stefan”. Kalau begitu, apa arti air dan lingkaran?Dimas sedang menunggu Stefan di bawah. Begitu melihat pria itu datang, dia segera menyapa, “Pak Stefan.”“Hmm.”Stefan hanya bergumam pelan. Pada detik berikutnya, dia menyadari Dimas sedang melihat
Stefan berkata dengan ketus, “Kamu harap aku pasang wajah cemberut? Untuk apa aku cemberut? Sekalipun Olivia marah secara langsung di depanku juga nggak apa-apa. Memukul adalah bentuk rasa sayang. Memarahi adalah bentuk rasa cinta. Dia mencintaiku, makanya dia marahi aku. Kalau dia nggak ada perasaan apa pun padaku, lihat aku saja terasa buang-buang waktunya saja. Dia nggak akan marahi aku.”“Istriku pertama kali lukis aku. Bagaimana aku bisa robek lukisannya? Aku akan bingkai lukisan itu dan simpan baik-baik. Tunggu aku tua nanti, aku akan keluarkan lukisan itu dan terus melihatnya. Betapa indahnya.”“Kalau kamu benar-benar bingkai lukisan itu, kamu benar-benar nggak tahu malu,” kata Reiki.“Aku nggak hanya akan bingkai lukisan itu. Aku juga akan menggantungnya di kamarku dan Olivia. Biar pagi dan malam aku bisa lihat lukisan itu,” kata Stefan dengan suara berat.Lukisan itu akan mengingatkan Stefan agar jangan selalu berhati sempit. Jangan bertengkar dengan Olivia hanya karena masala
Olivia juga bermimpi Stefan mengatakan banyak hal padanya. Namun, dia sama sekali tidak mendengar apa yang pria itu katakan. Dalam mimpinya, Olivia menyuruh Stefan untuk bicara lebih keras, karena dia tidak dapat mendengar suara Stefan. Akan tetapi, Stefan hanya membuka dan menutup mulutnya berulang kali. Olivia tidak dapat memahami sepatah kata pun. Hal itu membuatnya sangat risau.Bi Lesti menoleh dan menatap Olivia sebentar. Kemudian, dia berbalik dan terus melakukan pekerjaannya.“Kemarin sore, aku antar kakak Non dan Russel pulang ke rumah. Tadi malam aku juga menginap di sana. Aku benar-benar nggak tahu Den Stefan pulang atau nggak.”Olivia menepuk dahinya sendiri, “Oh iya, ya. Bi Lesti nggak pulang. Aduh, kepalaku sakit banget. Bi, bantu aku buatkan sup untuk meredakan pengar boleh, nggak? Nggak, deh. Aku ambil obat pereda sakit saja. Nggak tahan lagi sakitnya.”Olivia bergegas keluar dari dapur. Kemudian, dia pergi ke kamar tamu seolah tidak terjadi apa-apa. Dia mengambil kota
Odelina melirik adiknya, “Memangnya bajunya bisa jalan sendiri, jemur sendiri di sini? Lagi pula, ini masih basah. Seharusnya baru dicuci semalam atau pagi ini.”“Jangan-jangan ... dia benar-benar pulang semalam?” gumam Olivia.“Apa katamu?”“Nggak apa-apa. Kak, lihat bunga yang aku tanam. Cakep, nggak? Kakak lihat bunga saja dulu. Aku mau habiskan makananku dulu.”Olivia kembali ke meja makan sambil membawa mangkuknya. Kemudian, dia segera mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Junia dan bertanya padanya, “Junia, kapan aku mabuk tadi malam? Habis mabuk, kalian berdua yang antar aku pulang, bukan? Kenapa sepanjang malam aku mimpi Stefan pulang ke rumah, ya? Aku nggak kangen sama dia, kok.”“Ada bajunya dijemur di balkon rumahku. Bajunya masih basah. Jangan-jangan, aku nggak mimpi. Dia benar-benar pulang? Balas pesanku saja. Jangan telepon. Kakakku ada di sini. Kalau dia dengar dan tahu aku bertengkar dengan Stefan, dia pasti khawatir lagi.”Sejak Odelina bercerai, hal yang palin
Tringgg ....Ponsel Olivia berdering, telepon dari Amelia. Olivia berhenti mengobrol dengan Junia. Dia mengangkat telepon dari Amelia terlebih dahulu.“Olivia, kamu tinggal di mana?”“Lotus Residence.”“Oke, aku ke sana sekarang juga. Aku lagi di depan tokomu, tapi hari ini kamu nggak buka.”“Oke, aku bagikan titik lokasi rumahku. Aku dan kakakku juga sudah siap pergi.”Amelia menjawab dengan gumaman pelan. Setelah Olivia mengirimkan titik lokasinya, Amelia menggunakan ponselnya sebagai navigasi. Kemudian, dia pergi ke Lotus Residence.Amelia selalu mengemudikan mobil dengan sangat cepat. Pada saat dia berada di persimpangan dan hendak masuk ke jalan raya, dia hampir menabrak sebuah mobil Maybach. Kedua mobil mengerem tiba-tiba.Amelia menurunkan jendela mobilnya. Sopir mobil lainnya juga menurunkan jendela mobil. Kemudian, Amelia memberi isyarat agar orang itu mundur dulu. Supaya Amelia bisa belok dulu.Namun, sopir itu tidak langsung menanggapi Amelia. Sopir itu malah menoleh untuk m
Sepasang ibu dan anak yang belum tidur semalaman itu sedang menikmati waktu sunyi berdua dengan berjalan santai di halaman rumah. Meski di luar udara sangat dingin, mereka berdua terlihat seperti tidak terpengaruh. Tidak ada pula dendam atau kebencian yang tersirat dari obrolan mereka. Mereka berdua mengobrol hal-hal biasa seperti tidak terjadi apa-apa. Di momen itu mereka hanyalah ibu dan anak biasa.Entah berapa lama kemudian, Patricia berkata, “Felicia, ayo duduk. Aku sudah tua, nggak bisa jalan terlalu jauh.”Patricia berkata sembari duduk di kursi panjang yang terbuat dari batu. Felicia pun ikut duduk di kursi itu bersama ibunya.“Langitnya sudah mau terang,” ucap Patricia mendongak ke angkasa. “Di musim dingin, malam lebih panjang dari siang. Kalau di musim panas, jam segini langit pasti sudah terang.”Dia menarik jaketnya dan bertanya, “Felicia, kamu kedinginan, nggak?”“Iya. Suhu udara di luar rumah lumayan dingin.”“Kamu pakai jaket terlalu tipis. Seharusnya kamu pakai jaket y
Meski perjamuan malam ini menyimpan bahaya yang tersembunyi, Cakra tetap akan menemani Patricia terjun ke dalam jurang.“Tapi acara malam ini pasti bakal jadi pertumpahan darah. Kalian harus ikuti terus Felicia, biar aku yang jagain kalian,” kata Cakra. “Mama kalian nggak bakal membiarkan anak putri satu-satunya celaka. Makanya dia pasti sudah menyiapkan jalan keluar untuk Felicia. Kalian awasi terus Felicia, dijamin kalian pasti selamat.”“Pa, itu kan cuma dugaan saja. Kita ini juga anak kandung Mama. Kalau ada bahaya, masa iya Mama bakal sengaja minta kita datang ke sini? Papa mikirnya jangan terlalu mengada-ada.Mendengar itu, Cakra langsung memelototi anak sulungnya. “Kamu ini selalu saja membantah. Kalau saja kalain menurut apa kataku, malam ini kita semua sudah ada di kampung halamanku. Aku juga nggak perlu khawatir. Sekarang dinasihati baik-baik malah melawan. Mama kamu itu benci aku dan nggak pernah mau lihat wajahku, tapi tiba-tiba aku dipanggil untuk menginap di sini. Kamu pi
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa