Bi Lesti cepat-cepat berkata, “Non Oliv, aku memang belum lama kerja di sini. Tapi penilaian aku terhadap orang sangat akurat. Den Stefan dan mantan kakak iparnya Non bukan orang yang sama. Den Stefan memiliki rasa tanggung jawab yang kuat. Kalau dia sudah menikahi Non, dia akan bertanggung jawab terhadap Non selamanya.”“Aku lihat Den Stefan juga nggak mengerti bagaimana mengambil hati perempuan. Dia juga nggak suka perempuan lain dekat-dekat dengannya. Non lihat saja, dia paling hanya mengangguk pada Non Junia, jarang bicara. Meski dia pria yang hebat, dia sangat setia dalam hal perasaan. Non jangan terpengaruh sama pernikahan kakak Non yang gagal.”“Cinta itu sangat indah. Banyak pernikahan yang berakhir bahagia juga, kok. Nggak semua pernikahan akan jadi seperti pernikahan Non Odelina. Aku dulu pernah jadi pengasuh adik bungsu Den Stefan. Aku kerja di sana bertahun-tahun. Hubungan keluarganya benar-benar sangat baik.”“Orang tua Den Stefan dan saudara-saudaranya juga memperlakukan
Olivia langsung mengangkat telepon dari Stefan.“Aku bukan kantong air panas!” Begitu Stefan berbicara, dia spontan mengoreksi panggilan dari Olivia untuknya.Olivia tertawa pelan, “Aku lagi kedinginan sekarang, jadi aku teringat sama kamu. Kamu lebih hangat dari kantong air panas.”Suara Stefan menjadi semakin berat, “Kalau kamu nggak kedinginan, kamu nggak akan teringat sama aku?”Olivia pun mengakuinya dengan jujur, “Kalau aku nggak kedinginan, aku mungkin sudah langsung tidur. Oh, aku tetap akan kirimkan foto “selamat malam”.”Raut wajah Stefan seketika menjadi muram.“Kamu sudah selesai kerja, belum? Kalau belum, kamu lanjut kerja saja. Aku mau tidur.” Usai berkata, Olivia hendak menutup telepon.“Olivia.” Stefan memanggilnya dengan suara berat, “Hasil tes DNA kamu dan Bu Yuna sudah keluar, belum?”“Sudah, ternyata Bu Yuna benar-benar tanteku. Aku punya hubungan darah dengannya.”Jantung Stefan langsung mencelos, hanya saja tidak terlihat dari wajahnya. Nada bicaranya juga masih s
Sedangkan Stefan semakin lama semakin tergila-gila pada Olivia. Semakin lama dia terjatuh semakin dalam perasaan cinta ini.Tring ....Ponsel Stefan berdering lagi. Dia mengira itu telepon dari Olivia. Namun, begitu melihat nama si penelepon, ternyata dari Daniel.“Halo, Dan.”Stefan bersandar di kursi kerjanya yang berwarna hitam. Setelah mengangkat telepon, dia pun bertanya dengan santai, “Tumben malam-malam begini telepon aku. Ada apa?”“Ada masalah besar yang ingin aku bicarakan denganmu. Kamu sudah tahu belum kalau istrimu punya tante? Ternyata adik yang Bu Yuna cari selama ini adalah mama mertua kamu.”Daniel tidak seperti Reiki yang suka bergosip, suka menertawakan dan suka bersenang-senang di atas penderitaan orang alias temannya. Daniel hanya merasa dia harus memberi tahu Stefan tentang hal itu.“Sanjaya Group dan perusahaan kalian selalu bersaing. Kamu nggak akan datang ke tempat yang ada Aksa. Hubungan kalian berdua sangat kaku. Tunggu, aku tiba-tiba ingat sesuatu.”Daniel t
“Stefan, Olivia nggak kasih tahu kamu, mungkin karena dia nggak ingin kamu khawatir.”Daniel merasa dirinya telah membuat masalah, oleh karena itu dia segera memberi penjelasan. Namun, Stefan sudah menutup telepon.“Gawat, kalau sampai mereka bertengkar, aku harus bagaimana?” gumam Daniel.Orang seperti Stefan begitu peduli pada seseorang, dia akan berharap orang itu akan selalu mengutamakannya. Pada akhirnya, pria itu memang terlalu mendominasi. Sikap mendominasinya itu terkadang membuat orang merasa kalau Stefan sangat peduli padanya, terkadang membuat orang merasa sesak dan kehabisan napas.Yang lebih parah lagi, Stefan tidak akan merasa dirinya salah. Seperti yang dia lakukan pada Olivia. Dia merasa telah jatuh cinta dengan Olivia. Dia sangat bersedia membantu Olivia dalam segala hal. Namun, Olivia orang yang terlalu mandiri. Perempuan itu tidak mungkin menceritakan semua masalah pada Stefan dan meminta bantuan darinya. Stefan pun akan merasa Olivia tidak cukup memercayainya dan ti
Setelah menyaksikan bagaimana kakaknya dan Roni berkenalan, jatuh cinta, menikah, dan akhirnya bercerai sampai bertengkar hebat, Olivia merasa lebih baik mengandalkan diri sendiri daripada mengandalkan orang lain. Sekalipun orang itu adalah suaminya sendiri. Dia tidak bisa sepenuhnya mengandalkan Stefan. Karena suaminya bisa menjadi suami orang lain kapan saja.“Maksudmu, aku orang yang berpikiran sempit?”Suara Stefan terdengar begitu dingin seperti gunung es. Stefan peduli pada Olivia, makanya dia ingin tahu segalanya tentang perempuan itu. Olivia tidak berinisiatif memberitahunya, bahkan mengatakan kalau Stefan berpikiran sempit dan selalu marah dengan hal-hal sepele.Apakah itu hal sepele? Daniel saja tahu. Namun, Stefan baru tahu ketika Daniel memberitahunya. Kalau Daniel tidak memberitahunya, Stefan juga tidak bertanya pada Olivia, mungkin Olivia tidak akan pernah memberitahunya.Stefan peduli pada Olivia, tapi Olivia tidak tersentuh. Sebaliknya perempuan itu berkata padanya kal
Beberapa menit kemudian, Olivia bangun dan duduk di tempat tidur. Setelah berpikir sejenak, dia pun turun dari tempat tidur. Kemudian, dia mulai mengemasi barang keperluannya sehari-hari lalu membawa semua barang itu kembali ke kamarnya.Olivia tidak ingin tidur di kamar dan tempat tidur Stefan lagi. Begitu, Olivia marah, dia pun pindah kembali ke kamarnya sendiri. Sedangkan Stefan yang di sana juga masih merajuk. Setelah menerima pesan dari Olivia, dia hanya membaca pesan itu. Dia tidak membalas, malah langsung menghapusnya.Hanya ada satu hal dalam pikiran Stefan saat ini. Olivia menyalahkannya karena berpikiran sempit. Perempuan itu tidak menganggapnya sebagai keluarga.Stefan meletakkan ponselnya di atas meja. Dia berdiri lalu berjalan mondar-mandir di dalam kantornya. Dia terlihat sangat kesal. Pada akhirnya, dia pergi membuat secangkir kopi untuk dirinya sendiri.Setelah minum kopi, Stefan memaksakan diri untuk tenang dan mulai bekerja lagi. Dia berencana untuk bekerja sepanjang
“Non Oliv nggak usah terburu-buru. Sarapan saja dulu. Non Odelina baru saja telepon dan bilang sama aku kalau dia sudah antar Russel ke toko. Non Junia ada di toko. Nanti kita langsung ke toko saja. Nggak usah pergi jemput Russel lagi.”Olivia spontan menghela naaps. Dia pun berjalan ke meja makan dan duduk. Bi Lesti membuat pangsit dengan berbagai isian untuknya hari ini. Selain itu ada bubur dan sawi asin.Sawi asin ....Olivia mengeluarkan ponselnya dan mengambil foto sawi asin di piring kecil. Kemudian, dia mengirim foto itu kepada Stefan. Tentu saja, pria itu tidak membalasnya. Olivia pun menggerutu pelan.“Non, pangsitnya nggak enak, ya?”Bi Lesti mendengar Olivia sedang menggerutu. Dia mengira pangsit buatannya tidak enak. Karena itu dia bertanya, “Non suka pangsit dengan isian apa bilang saja sama aku. Aku akan buatkan untuk Non besok.”“Aku nggak pilih-pilih, Bi. Aku suka makan apa saja,” kata Olivia. “Bi Lesti duduk juga sini. Kita makan sambil ngobrol.”Stefan tidak ada di r
“Semua itu karena Stefan belum sepenuhnya anggap aku sebagai keluarganya. Dia saja nggak bisa, atas dasar apa dia tuntut aku harus bisa? Dia itu benar-benar seenaknya saja. Pokoknya dia harus selalu diutamakan. Kalau nggak, dia akan marah dan bilang aku nggak anggap dia sebagai keluarga.”“Aku juga marah, dong. Aku bilang dia egois, berpikiran sempit. Habis itu, dia langsung tutup telepon. Aku kirim pesan ke dia, dia sama sekali nggak balas. Dia selalu seperti ini. Begitu marah langsung nggak mau balas pesan, nggak mau angkat telepon. Kayak perempuan saja.”Bi Lesti, “....”Stefan memang benar seperti itu. Olivia sama sekali tidak salah. Sejak kecil, Stefan sudah dibesarkan sebagai seorang penerus. Semua adik-adiknya menghormatinya, mendahulukannya dalam segala hal. Setelah Stefan mengambil alih Adhitama Group, baik nenek maupun orang tuanya semua lepas tangan. Mereka membiarkan Stefan menjadi pemimpin Adhitama Group yang sebenarnya. Di Adhitama Group, keputusan tertinggi ada di tanga