“Stefan, Olivia nggak kasih tahu kamu, mungkin karena dia nggak ingin kamu khawatir.”Daniel merasa dirinya telah membuat masalah, oleh karena itu dia segera memberi penjelasan. Namun, Stefan sudah menutup telepon.“Gawat, kalau sampai mereka bertengkar, aku harus bagaimana?” gumam Daniel.Orang seperti Stefan begitu peduli pada seseorang, dia akan berharap orang itu akan selalu mengutamakannya. Pada akhirnya, pria itu memang terlalu mendominasi. Sikap mendominasinya itu terkadang membuat orang merasa kalau Stefan sangat peduli padanya, terkadang membuat orang merasa sesak dan kehabisan napas.Yang lebih parah lagi, Stefan tidak akan merasa dirinya salah. Seperti yang dia lakukan pada Olivia. Dia merasa telah jatuh cinta dengan Olivia. Dia sangat bersedia membantu Olivia dalam segala hal. Namun, Olivia orang yang terlalu mandiri. Perempuan itu tidak mungkin menceritakan semua masalah pada Stefan dan meminta bantuan darinya. Stefan pun akan merasa Olivia tidak cukup memercayainya dan ti
Setelah menyaksikan bagaimana kakaknya dan Roni berkenalan, jatuh cinta, menikah, dan akhirnya bercerai sampai bertengkar hebat, Olivia merasa lebih baik mengandalkan diri sendiri daripada mengandalkan orang lain. Sekalipun orang itu adalah suaminya sendiri. Dia tidak bisa sepenuhnya mengandalkan Stefan. Karena suaminya bisa menjadi suami orang lain kapan saja.“Maksudmu, aku orang yang berpikiran sempit?”Suara Stefan terdengar begitu dingin seperti gunung es. Stefan peduli pada Olivia, makanya dia ingin tahu segalanya tentang perempuan itu. Olivia tidak berinisiatif memberitahunya, bahkan mengatakan kalau Stefan berpikiran sempit dan selalu marah dengan hal-hal sepele.Apakah itu hal sepele? Daniel saja tahu. Namun, Stefan baru tahu ketika Daniel memberitahunya. Kalau Daniel tidak memberitahunya, Stefan juga tidak bertanya pada Olivia, mungkin Olivia tidak akan pernah memberitahunya.Stefan peduli pada Olivia, tapi Olivia tidak tersentuh. Sebaliknya perempuan itu berkata padanya kal
Beberapa menit kemudian, Olivia bangun dan duduk di tempat tidur. Setelah berpikir sejenak, dia pun turun dari tempat tidur. Kemudian, dia mulai mengemasi barang keperluannya sehari-hari lalu membawa semua barang itu kembali ke kamarnya.Olivia tidak ingin tidur di kamar dan tempat tidur Stefan lagi. Begitu, Olivia marah, dia pun pindah kembali ke kamarnya sendiri. Sedangkan Stefan yang di sana juga masih merajuk. Setelah menerima pesan dari Olivia, dia hanya membaca pesan itu. Dia tidak membalas, malah langsung menghapusnya.Hanya ada satu hal dalam pikiran Stefan saat ini. Olivia menyalahkannya karena berpikiran sempit. Perempuan itu tidak menganggapnya sebagai keluarga.Stefan meletakkan ponselnya di atas meja. Dia berdiri lalu berjalan mondar-mandir di dalam kantornya. Dia terlihat sangat kesal. Pada akhirnya, dia pergi membuat secangkir kopi untuk dirinya sendiri.Setelah minum kopi, Stefan memaksakan diri untuk tenang dan mulai bekerja lagi. Dia berencana untuk bekerja sepanjang
“Non Oliv nggak usah terburu-buru. Sarapan saja dulu. Non Odelina baru saja telepon dan bilang sama aku kalau dia sudah antar Russel ke toko. Non Junia ada di toko. Nanti kita langsung ke toko saja. Nggak usah pergi jemput Russel lagi.”Olivia spontan menghela naaps. Dia pun berjalan ke meja makan dan duduk. Bi Lesti membuat pangsit dengan berbagai isian untuknya hari ini. Selain itu ada bubur dan sawi asin.Sawi asin ....Olivia mengeluarkan ponselnya dan mengambil foto sawi asin di piring kecil. Kemudian, dia mengirim foto itu kepada Stefan. Tentu saja, pria itu tidak membalasnya. Olivia pun menggerutu pelan.“Non, pangsitnya nggak enak, ya?”Bi Lesti mendengar Olivia sedang menggerutu. Dia mengira pangsit buatannya tidak enak. Karena itu dia bertanya, “Non suka pangsit dengan isian apa bilang saja sama aku. Aku akan buatkan untuk Non besok.”“Aku nggak pilih-pilih, Bi. Aku suka makan apa saja,” kata Olivia. “Bi Lesti duduk juga sini. Kita makan sambil ngobrol.”Stefan tidak ada di r
“Semua itu karena Stefan belum sepenuhnya anggap aku sebagai keluarganya. Dia saja nggak bisa, atas dasar apa dia tuntut aku harus bisa? Dia itu benar-benar seenaknya saja. Pokoknya dia harus selalu diutamakan. Kalau nggak, dia akan marah dan bilang aku nggak anggap dia sebagai keluarga.”“Aku juga marah, dong. Aku bilang dia egois, berpikiran sempit. Habis itu, dia langsung tutup telepon. Aku kirim pesan ke dia, dia sama sekali nggak balas. Dia selalu seperti ini. Begitu marah langsung nggak mau balas pesan, nggak mau angkat telepon. Kayak perempuan saja.”Bi Lesti, “....”Stefan memang benar seperti itu. Olivia sama sekali tidak salah. Sejak kecil, Stefan sudah dibesarkan sebagai seorang penerus. Semua adik-adiknya menghormatinya, mendahulukannya dalam segala hal. Setelah Stefan mengambil alih Adhitama Group, baik nenek maupun orang tuanya semua lepas tangan. Mereka membiarkan Stefan menjadi pemimpin Adhitama Group yang sebenarnya. Di Adhitama Group, keputusan tertinggi ada di tanga
Olivia melihat Bi Lesti masih bersih-bersih, karena itu dia tidak terlalu memikirkannya. Dia pun pergi lebih dulu.Bi Lesti mengantar Olivia sampai ke depan pintu. Setelah melihat Olivia masuk ke dalam lift, Bi Lesti baru kembali ke rumah. Dia bergegas mengambil ponselnya untuk menelepon Stefan.Awalnya, Stefan tidak mengangkat telepon. Bi Lesti berulang kali meneleponnya, dia tetap tidak mengangkat. Bi Lesti tidak punya pilihan selain mengiriminya pesan.“Den Stefan, Non Oliv minum obat.”Kemudian, kurang dari satu menit, Stefan menelepon Bi Lesti lebih dulu.“Oliv minum obat apa, Bi?”Suara Stefan terdengar sama seperti biasanya, berat dan dingin. Bi Lesti sudah mengenalnya dengan baik. Bi Lesti tahu kalau Stefan sedang tegang dari kata-katanya.“Non Oliv bilang dia nggak bisa tidur nyenyak. Sakit kepala, sakit mata. Dia minum obat pereda sakit tadi.”Stefan seketika diam seribu bahasa. Buat dia kaget saja. Bi Lesti juga tidak berkata dengan jelas, hanya bilang Olivia minum obat. Ste
Pada saat Olivia tiba di toko, dia kebetulan melihat Reiki keluar dari toko. Pria itu berjalan sambil menoleh ke belakang dan melambaikan tangannya. Olivia tahu kalau Reiki sedang bicara dengan Junia tanpa perlu ditanya.Begitu melihat Olivia, Reiki spontan menyapanya dengan sopan. Olivia membalasnya dengan senyum sopan. Dia tidak terlalu akrab dengan Reiki, tapi dia tahu identitas asli Reiki. Oleh karena itu, dia sedikit berhati-hati ketika dekat dengan Reiki.Reiki dan Olivia juga tidak memiliki topik pembicaraan. Lagi pula, Olivia adalah istri temannya. Di saat Stefan sedang tidak ada, dia tidak boleh terlalu banyak melakukan kontak dengan Olivia.“Bu Olivia, aku kembali ke kantor dulu.”“Hati-hati di jalan, Pak Reiki.”Reiki tersenyum, lalu masuk ke mobil. Kemudian, dia bergegas pergi dari sana. Setelah itu, Olivia baru masuk ke dalam toko. Begitu masuk ke dalam toko, Olivia melihat buket mawar besar di meja kasir.Kalau dilihat sekilas, ada 99 tangkai bunga mawar. Selain bunga maw
Pada akhirnya, Junia memberanikan diri untuk bertanya kepada Amelia tentang Reiki. Dia pun mengetahui kalau Reiki benar-benar ingin menghukum seseorang, hidup orang itu akan lebih buruk daripada kematian.Reiki paling suka menghukum orang dengan cara membuat orang itu kehilangan semua yang dia miliki sedikit demi sedikit. Reiki itu akan membuat orang itu merasa putus asa. Cara seperti itu sangat menyiksa.Oleh karena itu, Junia khawatir kalau dia langsung menolak Reiki, pria itu akan tersinggung. Kemudian, pria itu akan menghukum Stefan.“Aku coba jalani dulu. Tenang saja, aku nggak akan memaksakan diri,” kata Junia.Junia masih khawatir. Namun, kalau dia benar-benar tidak akan memaksakan dirinya untuk bersama dengan orang yang tidak disukainya.“Oliv, kalian nggak jadi pergi ke rumah tantemu tadi malam? Waktu kakakmu antar Russel ke sini, aku kaget saat lihat wajahnya.”Olivia langsung terlihat marah ketika masalah itu diungkit kembali. Dia pun memaki semua anggota keluarga Pamungkas.