“Ma.”Begitu Roni datang, dia langsung melihat ibunya jatuh dari kursi. Dia segera menghampiri sang ibu dan membantunya berdiri. Namun, ibunya tidak bisa berdiri tegak. Kedua kakinya gemetar tanpa henti.“Ma, ada apa dengan Mama?”Roni mendirikan kursi yang tumbang, lalu dia membantu ibunya duduk kembali di kursi. Setelah itu, dia mendapati ibunya sedang menatap Odelina dengan tatapan yang rumit dan tidak bisa dimengerti. Roni juga melihat ekspresi kakaknya yang tercengang, lalu wajah kakaknya menjadi semakin pucat.“Tante baik-baik saja?” tanya Yenny. Roni tidak datang sendiri, ada Yenny yang menemaninya. Perempuan itu segera bertanya pada Rita dengan penuh perhatian.Kemudian, Yenny menatap Odelina. Awalnya dia ingin bicara dengan Odelina. Meskipun Odelina dan Roni sudah bercerai, tidak seharusnya Odelina menakuit mantan ibu mertuanya seperti ini. Namun, mata Yenny tiba-tiba menangkap sosok Amelia di sana. Dia spontan terkejut. Dia bahkan mengira matanya yang salah lihat.Yenny tidak
Baru saja Roni membantu ibunya berdiri, kini giliran kakaknya yang mau berlutut. Oleh karena itu, dia pergi menarik kakaknya lagi. Masalah ini membuatnya sangat pusing.Padahal Roni sudah bilang jangan cari masalah dengan Odelina lagi. Namun, ibu dan kakaknya tidak mau mendengarkan perkataannya. Mereka bersikeras pergi ribut dengan Odelina dan membuat Roni sakit kepala. Apakah keluarganya tidak bisa membiarkannya hidup dengan tenang?Sekarang Roni mengalami masalah dalam pekerjaannya. Dia sendiri sudah sangat sibuk. Namun, dia malah meninggalkan pekerjaannya dan pergi ke kantor polisi. Roni bahkan tidak berani melihat wajah bosnya lagi.Roni merasa kalau keluarganya terus membuat masalah ini, pada akhirnya dia juga akan kehilangan pekerjaan yang telah dia pertahankan dengan memberi uang sebanyak dua miliar kepada Odelina.Russel mungkin ketakutan dengan keributan seperti ini. Anak itu memeluk erat leher ibunya dengan kedua tangan kecilnya. Dia sama sekali tidak mau melihat nenek dan ta
Pada pukul 10.30 malam, Olivia baru meninggalkan rumah kakaknya dan kembali ke rumahnya sendiri. Begitu dia membuka pintu, ruang tamu dalam kondisi gelap gulita. Apakah nenek Stefan tidak ada di rumah? Atau sudah tidur?Setelah masuk ke dalam rumah, Olivia menyalakan lampu. Kemudian, dia menutup pintu dan menguncinya. Namun, setelah berpikir sejenak, dia membuka pintu lagi. Kemudian, dia mengambil sandal Stefan dan meletakkannya di depan pintu. Dengan begitu orang lain tahu ada pria di rumahnya. Dia pun merasa lebih aman.“Non Oliv sudah pulang.” Bi Lesti keluar dari kamar saat mendengar suara di depan pintu.Olivia bergumam pelan, lalu bertanya, “Nenek sudah tidur ya, Bi?”“Nyonya sudah pulang, Non. Dia dijemput Den Calvin. Nyonya kira Non nggak pulang malam ini. Jadi Nyonya minta aku bilang ke Non besok.”Olivia sangat terkejut, “Nenek sudah pulang?”“Nyonya bilang dia pindah ke sini karena berantem sama papa mertua Non. Sekarang mereka sudah baikan. Jadi Nyonya pindah kembali ke san
Bi Lesti cepat-cepat berkata, “Non Oliv, aku memang belum lama kerja di sini. Tapi penilaian aku terhadap orang sangat akurat. Den Stefan dan mantan kakak iparnya Non bukan orang yang sama. Den Stefan memiliki rasa tanggung jawab yang kuat. Kalau dia sudah menikahi Non, dia akan bertanggung jawab terhadap Non selamanya.”“Aku lihat Den Stefan juga nggak mengerti bagaimana mengambil hati perempuan. Dia juga nggak suka perempuan lain dekat-dekat dengannya. Non lihat saja, dia paling hanya mengangguk pada Non Junia, jarang bicara. Meski dia pria yang hebat, dia sangat setia dalam hal perasaan. Non jangan terpengaruh sama pernikahan kakak Non yang gagal.”“Cinta itu sangat indah. Banyak pernikahan yang berakhir bahagia juga, kok. Nggak semua pernikahan akan jadi seperti pernikahan Non Odelina. Aku dulu pernah jadi pengasuh adik bungsu Den Stefan. Aku kerja di sana bertahun-tahun. Hubungan keluarganya benar-benar sangat baik.”“Orang tua Den Stefan dan saudara-saudaranya juga memperlakukan
Olivia langsung mengangkat telepon dari Stefan.“Aku bukan kantong air panas!” Begitu Stefan berbicara, dia spontan mengoreksi panggilan dari Olivia untuknya.Olivia tertawa pelan, “Aku lagi kedinginan sekarang, jadi aku teringat sama kamu. Kamu lebih hangat dari kantong air panas.”Suara Stefan menjadi semakin berat, “Kalau kamu nggak kedinginan, kamu nggak akan teringat sama aku?”Olivia pun mengakuinya dengan jujur, “Kalau aku nggak kedinginan, aku mungkin sudah langsung tidur. Oh, aku tetap akan kirimkan foto “selamat malam”.”Raut wajah Stefan seketika menjadi muram.“Kamu sudah selesai kerja, belum? Kalau belum, kamu lanjut kerja saja. Aku mau tidur.” Usai berkata, Olivia hendak menutup telepon.“Olivia.” Stefan memanggilnya dengan suara berat, “Hasil tes DNA kamu dan Bu Yuna sudah keluar, belum?”“Sudah, ternyata Bu Yuna benar-benar tanteku. Aku punya hubungan darah dengannya.”Jantung Stefan langsung mencelos, hanya saja tidak terlihat dari wajahnya. Nada bicaranya juga masih s
Sedangkan Stefan semakin lama semakin tergila-gila pada Olivia. Semakin lama dia terjatuh semakin dalam perasaan cinta ini.Tring ....Ponsel Stefan berdering lagi. Dia mengira itu telepon dari Olivia. Namun, begitu melihat nama si penelepon, ternyata dari Daniel.“Halo, Dan.”Stefan bersandar di kursi kerjanya yang berwarna hitam. Setelah mengangkat telepon, dia pun bertanya dengan santai, “Tumben malam-malam begini telepon aku. Ada apa?”“Ada masalah besar yang ingin aku bicarakan denganmu. Kamu sudah tahu belum kalau istrimu punya tante? Ternyata adik yang Bu Yuna cari selama ini adalah mama mertua kamu.”Daniel tidak seperti Reiki yang suka bergosip, suka menertawakan dan suka bersenang-senang di atas penderitaan orang alias temannya. Daniel hanya merasa dia harus memberi tahu Stefan tentang hal itu.“Sanjaya Group dan perusahaan kalian selalu bersaing. Kamu nggak akan datang ke tempat yang ada Aksa. Hubungan kalian berdua sangat kaku. Tunggu, aku tiba-tiba ingat sesuatu.”Daniel t
“Stefan, Olivia nggak kasih tahu kamu, mungkin karena dia nggak ingin kamu khawatir.”Daniel merasa dirinya telah membuat masalah, oleh karena itu dia segera memberi penjelasan. Namun, Stefan sudah menutup telepon.“Gawat, kalau sampai mereka bertengkar, aku harus bagaimana?” gumam Daniel.Orang seperti Stefan begitu peduli pada seseorang, dia akan berharap orang itu akan selalu mengutamakannya. Pada akhirnya, pria itu memang terlalu mendominasi. Sikap mendominasinya itu terkadang membuat orang merasa kalau Stefan sangat peduli padanya, terkadang membuat orang merasa sesak dan kehabisan napas.Yang lebih parah lagi, Stefan tidak akan merasa dirinya salah. Seperti yang dia lakukan pada Olivia. Dia merasa telah jatuh cinta dengan Olivia. Dia sangat bersedia membantu Olivia dalam segala hal. Namun, Olivia orang yang terlalu mandiri. Perempuan itu tidak mungkin menceritakan semua masalah pada Stefan dan meminta bantuan darinya. Stefan pun akan merasa Olivia tidak cukup memercayainya dan ti
Setelah menyaksikan bagaimana kakaknya dan Roni berkenalan, jatuh cinta, menikah, dan akhirnya bercerai sampai bertengkar hebat, Olivia merasa lebih baik mengandalkan diri sendiri daripada mengandalkan orang lain. Sekalipun orang itu adalah suaminya sendiri. Dia tidak bisa sepenuhnya mengandalkan Stefan. Karena suaminya bisa menjadi suami orang lain kapan saja.“Maksudmu, aku orang yang berpikiran sempit?”Suara Stefan terdengar begitu dingin seperti gunung es. Stefan peduli pada Olivia, makanya dia ingin tahu segalanya tentang perempuan itu. Olivia tidak berinisiatif memberitahunya, bahkan mengatakan kalau Stefan berpikiran sempit dan selalu marah dengan hal-hal sepele.Apakah itu hal sepele? Daniel saja tahu. Namun, Stefan baru tahu ketika Daniel memberitahunya. Kalau Daniel tidak memberitahunya, Stefan juga tidak bertanya pada Olivia, mungkin Olivia tidak akan pernah memberitahunya.Stefan peduli pada Olivia, tapi Olivia tidak tersentuh. Sebaliknya perempuan itu berkata padanya kal
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa
Orang lain tidak pernah ada yang mengatakannya terang-terangan, dan Olivia juga anggap saja tida tahu apa-apa. Toh makin bahagia hidupnya, orang lain yang makin iri padanya.“... Sayang, sudah malam, nih. Kamu cepat tidur, deh. Kamu mungkin belum mau tidur, tapi anak kita sudah mau,” kata Stefan. Dia buru-buru mengganti topik obrolan dan membujuk istrinya untuk segera tidur. Namun di satu sisi, dia belum ingin menyudahi percakapannya dengan istri tercinta. Namun akhirnya Olivia-lah yang mengakhiri pembicaraan mereka.Setelah meletakkan ponselnya, Olivia mengelus perutnya sambil berkata kepada anak yang masih di dalam perutnya itu, “Sayang, Papa nggak mau jujur sama Mama. Walaupun maksudnya baik, dia tetap saja berbohong.”Setelah keheningan sesaat, Olivia berkata lagi, “Tapi kita nggak boleh nyalahin Papa. Dia berbohong demi kebaikan kita. Sekarang Mama nggak boleh gegabah karena harus menjaga kamu. Semua orang yang sayang sama kamu nggak mau Mama kenapa-napa. Sayang, menurut kamu, Pap
Sementara itu di kamar sebelah, setelah Russel pergi, sekarang giliran Olivia yang mengobrol dengan Stefan.“Sayang, kamu bawa Russel main di rumahnya keluarga Junaidi saja. Biar dia main di sana sampai puas tanpa perlu mikir apa-apa. Kalau aku sudah selesai, aku jemput kalian di sana,” kata Stefan.“Muka kamu kelihatannya capek banget. Kamu yang lebih butuh istirahat dari aku. Tugas yang bisa dioper ke orang lain dioper saja, nggak perlu semuanya kamu yang kerjain sendiri,” ujar Olivia membalas. “Kalau semuanya kamu yang kerjain sendiri pasti capek banget. Jangan pikir mentang-mentang masih muda jadi boleh bergadang. Kebanyakan bergadang nanti jadi cepat tua dan malah kasih dampak buruk ke badan kamu. Risiko meninggal tiba-tiba juga jadi meningkat. Stefan, kamu harus ingat, sekarang kamu nggak sendiri lagi. Kamu punya istri dan sebentar lagi punya anak. Aku dan anak kita menunggu kamu pulang.”“Iya, Sayang. Tenang saja. Aku selalu ingat kamu waktu mengerjakan apa pun. Aku bisa melindu