“Kalian pukul keponakanku sampai jadi seperti ini. Kalian ingin masalah selesai begitu saja hanya dengan satu kata maaf? Kami nggak terima permintaan maaf. Kalian sudah keterlaluan!” tukas Yuna dengan dingin.Kemudian, Yuna berkata pada polisi, “Pak Polisi, kami nggak terima permintaan maaf. Kami mau selesaikan masalah ini sesuai aturan. Tapi kami mau ganti rugi.”Rita dan Shella ditahan dan didenda. Mereka juga harus memberi kompensasi kepada Odelina berupa biaya pengobatan dan biaya untuk luka mental yang dialami Odelina.Rita dan Shella memukul dan menghina Odelina di depan begitu banyak orang. Mereka juga merusak reputasi Odelina. Oleh karena itu, mereka harus memberi kompensasi untuk luka mental tersebut.Daniel seketika menatap Yuna dengan heran ketika dia mendengar Yuna berkata kalau Odelina adalah keponakannya.Rita juga menatap Yuna dengan kebingungan, “Kamu tantenya Odelina? Sejak kapan Odelina punya tante?”Rita tahu keluarga ibunya Odelina bukan keluarga kandung. Mereka sud
“Ma.”Begitu Roni datang, dia langsung melihat ibunya jatuh dari kursi. Dia segera menghampiri sang ibu dan membantunya berdiri. Namun, ibunya tidak bisa berdiri tegak. Kedua kakinya gemetar tanpa henti.“Ma, ada apa dengan Mama?”Roni mendirikan kursi yang tumbang, lalu dia membantu ibunya duduk kembali di kursi. Setelah itu, dia mendapati ibunya sedang menatap Odelina dengan tatapan yang rumit dan tidak bisa dimengerti. Roni juga melihat ekspresi kakaknya yang tercengang, lalu wajah kakaknya menjadi semakin pucat.“Tante baik-baik saja?” tanya Yenny. Roni tidak datang sendiri, ada Yenny yang menemaninya. Perempuan itu segera bertanya pada Rita dengan penuh perhatian.Kemudian, Yenny menatap Odelina. Awalnya dia ingin bicara dengan Odelina. Meskipun Odelina dan Roni sudah bercerai, tidak seharusnya Odelina menakuit mantan ibu mertuanya seperti ini. Namun, mata Yenny tiba-tiba menangkap sosok Amelia di sana. Dia spontan terkejut. Dia bahkan mengira matanya yang salah lihat.Yenny tidak
Baru saja Roni membantu ibunya berdiri, kini giliran kakaknya yang mau berlutut. Oleh karena itu, dia pergi menarik kakaknya lagi. Masalah ini membuatnya sangat pusing.Padahal Roni sudah bilang jangan cari masalah dengan Odelina lagi. Namun, ibu dan kakaknya tidak mau mendengarkan perkataannya. Mereka bersikeras pergi ribut dengan Odelina dan membuat Roni sakit kepala. Apakah keluarganya tidak bisa membiarkannya hidup dengan tenang?Sekarang Roni mengalami masalah dalam pekerjaannya. Dia sendiri sudah sangat sibuk. Namun, dia malah meninggalkan pekerjaannya dan pergi ke kantor polisi. Roni bahkan tidak berani melihat wajah bosnya lagi.Roni merasa kalau keluarganya terus membuat masalah ini, pada akhirnya dia juga akan kehilangan pekerjaan yang telah dia pertahankan dengan memberi uang sebanyak dua miliar kepada Odelina.Russel mungkin ketakutan dengan keributan seperti ini. Anak itu memeluk erat leher ibunya dengan kedua tangan kecilnya. Dia sama sekali tidak mau melihat nenek dan ta
Pada pukul 10.30 malam, Olivia baru meninggalkan rumah kakaknya dan kembali ke rumahnya sendiri. Begitu dia membuka pintu, ruang tamu dalam kondisi gelap gulita. Apakah nenek Stefan tidak ada di rumah? Atau sudah tidur?Setelah masuk ke dalam rumah, Olivia menyalakan lampu. Kemudian, dia menutup pintu dan menguncinya. Namun, setelah berpikir sejenak, dia membuka pintu lagi. Kemudian, dia mengambil sandal Stefan dan meletakkannya di depan pintu. Dengan begitu orang lain tahu ada pria di rumahnya. Dia pun merasa lebih aman.“Non Oliv sudah pulang.” Bi Lesti keluar dari kamar saat mendengar suara di depan pintu.Olivia bergumam pelan, lalu bertanya, “Nenek sudah tidur ya, Bi?”“Nyonya sudah pulang, Non. Dia dijemput Den Calvin. Nyonya kira Non nggak pulang malam ini. Jadi Nyonya minta aku bilang ke Non besok.”Olivia sangat terkejut, “Nenek sudah pulang?”“Nyonya bilang dia pindah ke sini karena berantem sama papa mertua Non. Sekarang mereka sudah baikan. Jadi Nyonya pindah kembali ke san
Bi Lesti cepat-cepat berkata, “Non Oliv, aku memang belum lama kerja di sini. Tapi penilaian aku terhadap orang sangat akurat. Den Stefan dan mantan kakak iparnya Non bukan orang yang sama. Den Stefan memiliki rasa tanggung jawab yang kuat. Kalau dia sudah menikahi Non, dia akan bertanggung jawab terhadap Non selamanya.”“Aku lihat Den Stefan juga nggak mengerti bagaimana mengambil hati perempuan. Dia juga nggak suka perempuan lain dekat-dekat dengannya. Non lihat saja, dia paling hanya mengangguk pada Non Junia, jarang bicara. Meski dia pria yang hebat, dia sangat setia dalam hal perasaan. Non jangan terpengaruh sama pernikahan kakak Non yang gagal.”“Cinta itu sangat indah. Banyak pernikahan yang berakhir bahagia juga, kok. Nggak semua pernikahan akan jadi seperti pernikahan Non Odelina. Aku dulu pernah jadi pengasuh adik bungsu Den Stefan. Aku kerja di sana bertahun-tahun. Hubungan keluarganya benar-benar sangat baik.”“Orang tua Den Stefan dan saudara-saudaranya juga memperlakukan
Olivia langsung mengangkat telepon dari Stefan.“Aku bukan kantong air panas!” Begitu Stefan berbicara, dia spontan mengoreksi panggilan dari Olivia untuknya.Olivia tertawa pelan, “Aku lagi kedinginan sekarang, jadi aku teringat sama kamu. Kamu lebih hangat dari kantong air panas.”Suara Stefan menjadi semakin berat, “Kalau kamu nggak kedinginan, kamu nggak akan teringat sama aku?”Olivia pun mengakuinya dengan jujur, “Kalau aku nggak kedinginan, aku mungkin sudah langsung tidur. Oh, aku tetap akan kirimkan foto “selamat malam”.”Raut wajah Stefan seketika menjadi muram.“Kamu sudah selesai kerja, belum? Kalau belum, kamu lanjut kerja saja. Aku mau tidur.” Usai berkata, Olivia hendak menutup telepon.“Olivia.” Stefan memanggilnya dengan suara berat, “Hasil tes DNA kamu dan Bu Yuna sudah keluar, belum?”“Sudah, ternyata Bu Yuna benar-benar tanteku. Aku punya hubungan darah dengannya.”Jantung Stefan langsung mencelos, hanya saja tidak terlihat dari wajahnya. Nada bicaranya juga masih s
Sedangkan Stefan semakin lama semakin tergila-gila pada Olivia. Semakin lama dia terjatuh semakin dalam perasaan cinta ini.Tring ....Ponsel Stefan berdering lagi. Dia mengira itu telepon dari Olivia. Namun, begitu melihat nama si penelepon, ternyata dari Daniel.“Halo, Dan.”Stefan bersandar di kursi kerjanya yang berwarna hitam. Setelah mengangkat telepon, dia pun bertanya dengan santai, “Tumben malam-malam begini telepon aku. Ada apa?”“Ada masalah besar yang ingin aku bicarakan denganmu. Kamu sudah tahu belum kalau istrimu punya tante? Ternyata adik yang Bu Yuna cari selama ini adalah mama mertua kamu.”Daniel tidak seperti Reiki yang suka bergosip, suka menertawakan dan suka bersenang-senang di atas penderitaan orang alias temannya. Daniel hanya merasa dia harus memberi tahu Stefan tentang hal itu.“Sanjaya Group dan perusahaan kalian selalu bersaing. Kamu nggak akan datang ke tempat yang ada Aksa. Hubungan kalian berdua sangat kaku. Tunggu, aku tiba-tiba ingat sesuatu.”Daniel t
“Stefan, Olivia nggak kasih tahu kamu, mungkin karena dia nggak ingin kamu khawatir.”Daniel merasa dirinya telah membuat masalah, oleh karena itu dia segera memberi penjelasan. Namun, Stefan sudah menutup telepon.“Gawat, kalau sampai mereka bertengkar, aku harus bagaimana?” gumam Daniel.Orang seperti Stefan begitu peduli pada seseorang, dia akan berharap orang itu akan selalu mengutamakannya. Pada akhirnya, pria itu memang terlalu mendominasi. Sikap mendominasinya itu terkadang membuat orang merasa kalau Stefan sangat peduli padanya, terkadang membuat orang merasa sesak dan kehabisan napas.Yang lebih parah lagi, Stefan tidak akan merasa dirinya salah. Seperti yang dia lakukan pada Olivia. Dia merasa telah jatuh cinta dengan Olivia. Dia sangat bersedia membantu Olivia dalam segala hal. Namun, Olivia orang yang terlalu mandiri. Perempuan itu tidak mungkin menceritakan semua masalah pada Stefan dan meminta bantuan darinya. Stefan pun akan merasa Olivia tidak cukup memercayainya dan ti
Olivia makan seadanya. Setelah itu dia pergi dengan mobil menuju ke perusahaan. Sampai di perusahaan dan masuk ke kantornya, Olivia pun melihat banyak hadiah.“Pak Samuel bilang dia belikan semuanya untuk Bu Katarina dan minta Bu Olivia bantu serahkan ke Bu Katarina. Anggap saja ini permintaan maaf darinya kepada Bu Katarina,” kata Devina.Devina sangat penasaran, ingin tahu gosip tentang Samuel. Namun, kalau Olivia tidak beritahu, dia juga tidak akan bertanya.“Kenapa dia nggak kasih sendiri?”Olivia melihat sekilas tumpukan hadiah di depannya. Banyak di antaranya merupakan produk khas Kota mambera. Semua barang yang ingin Olivia belikan untuk Katarina sudah dibelikan Samuel. Dengan begitu, Olivia pun tidak perlu repot-repot lagi.“Pak Samuel nggak bilang.”“Oke, aku mengerti. Kamu lanjut kerja saja.”Olivia berjalan ke mejanya, lalu mengeluarkan ponsel dari tasnya untuk menelepon Samuel. Samuel mengangkat telepon dengan cepat. Di telepon, pria itu kembali meminta tolong pada kakak ip
Giselle sedikit marah, tapi dia masih bisa menahan amarahnya. “Sudah jauh lebih baik. Seenggaknya aku berani sapa dia. Terakhir kali aku lihat Stefan, aku akan gemetaran. Nggak berani tatap dia secara langsung, apalagi bicara dengannya,” kata Giselle.Kali ini, Giselle tidak hanya berani memanggil Stefan, bahkan berani bicara dengan pria itu. Giselle memang tidak terlihat sangat tenang, tapi setidaknya sudah jauh lebih tenang. Itu sebuah kemajuan besar.Hanya dalam waktu sebulan. Giselle sudah berubah menjadi seperti ini. Masih tidak cukup baguskah? Asal tahu saja. Dulu, hanya dengan mendengar nama Stefan saja bisa membuatnya gemetaran. Si pengawal pun tidak bicara lagi.“Mulai sekarang, kalian nggak usah minta aku ini itu. Aku butuh waktu untuk belajar. Apalagi dalam setengah bulan ini. Pak Lota sudah bilang, aku libur setengah bulan. Aku baru saja gugurkan anak demi bos kalian,” kata Giselle dengan wajah cemberut.Ini pertama kalinya Giselle hamil. Baru saja tahu dia hamil, dia langs
“Terima kasih atas perhatian Bu Lisa. Istriku baik-baik saja, sangat sehat.”“Kalau begitu, kenapa hari ini bukan dia yang antar keponakannya ke sekolah?”“Hari ini hujan, cuaca lebih dingin. Aku suruh dia tidur lebih lama. Memangnya nggak boleh? Ada aturan harus dia yang antar Russel ke sekolah?” tukas Stefan dengan dingin.Giselle langsung terdiam. Stefan pun berkata lagi, “Aku dengar dari istriku kalau Bu Lisa antar adik iparnya ke sekolah setiap hari. Keluarga suami Bu Lisa tetap suruh Bu Lisa antar adik ipar ke sekolah dalam cuaca seperti ini. Mereka pasti nggak sayang Bu Lisa.”Usai berkata, Stefan langsung membuang muka dan pergi, tidak ingin bicara lebih lama dengan Giselle. Jika tidak membahas Olivia, dia bahkan tidak mau bicara.Giselle, “....”Giselle sadar kalau identitasnya yang sekarang adalah identitas palsu. Dia bukan Lisa yang asli. Dia juga tidak memiliki adik ipar yang masih sekolah. Meskipun begitu, kata-kata Stefan membuat Giselle spontan membandingkan dirinya deng
Stefan menoleh ke arah suara panggilan tersebut, dan melihat seorang wanita muda yang tidak dikenalnya. Dia tidak punya ingatan apapun tentang wanita itu. Wanita muda itu juga diikuti oleh dua pria yang terlihat seperti pengawal, dia mengenakan pakaian tebal dan mengenakan topi di kepalanya, sementara pengawal memayunginya. Sebelum Stefan sempat bertanya, wanita itu sudah memperkenalkan dirinya. “Pak Stefan, aku adalah Lisa. Aku sering bertemu dengan istrimu di depan sekolah. Hari ini, kenapa aku nggak melihat istrimu mengantar keponakanmu?” Perempuan itu adalah Giselle. Dia terlalu bosan berada di rumah selama masa nifas. Oleh karena itu, dia memaksakan diri untuk keluar dan mencari udara segar. Tidak ada yang bisa mengaturnya dan peduli karena tubuh Giselle adalah milik perempuan itu.Di mata kedua pengawal tersebut, Giselle hanyalah wanita simpanan saja, bukan istri sah dari majikannya. Majikan mereka sudah mengatur semuanya untuk Giselle dengan sangat baik, tetapi dia masih i
Russel merasa lega dan berkata, “Kalau begitu aku bisa bilang ke teman itu, tanteku nggak akan seperti mamanya.” “Om, aku juga sayang kamu.” Stefan tersenyum dan berkata, “Om juga sayang kamu.” Anak kecil ini begitu manis, siapa yang tidak sayang dengannya? Sesampainya di depan pintu sekolah, Stefan tidak menyerahkan Russel kepada pengawal, tetapi dia sendiri turun dari mobil dan menggenggam tangan kecil Russel untuk masuk ke dalam sekolah. Setelah melihat gurunya, Stefan menyerahkan Russel kepada guru tersebut.Bocah itu melambaikan tangan dan mengucapkan selamat tinggal. Stefan tetap berdiri di situ dan memandangnya hingga sosok kecil Russel makin jauh dan tidak lagi menoleh ke belakang barulah Stefan berbalik pergi.Semua orang di sekolah tahu bahwa Stefan adalah paman dari Russel. Mereka biasanya merasa bahwa Stefan jauh dari mereka, tetapi sejak Russel masuk sekolah, mereka sering melihat sosok Stefan dan juga Daniel.Dua orang penting tersebut terlihat sangat sayang dengan Ru
Setelah sarapan, Russel membawa tasnya keluar dengan digandeng oleh pamannya. Hujan masih belum berhenti. Begitu keluar rumah, bocah itu langsung menggigil dan berkata, “Om, hari ini benar-benar dingin sekali.”“Suhunya baru mulai turun.”Stefan membungkuk dan menggendong bocah itu dengan sebelah tangannya. Sebelah tangan yang lain memegang payung sambil berjalan menuruni tangga. Mobil mereka sudah terparkir di depan pintu.“Bukannya kamu pernah lihat salju, bahkan main perang salju, kenapa sekarang cuma dingin sedikit kamu sudah menggigil?” "Waktu aku ke rumah Mama, Tante kasih baju tebal sekali, tapi baju yang pamannya pakaikan hari ini nggak seberapa tebal," jawab RusselSupir sudah membuka pintu mobil dan menunggu. Stefan memasukkan Russel ke dalam mobil, kemudian menutup payung dan ikut masuk. “Om sudah udah cek ramalan cuaca hari ini di ponsel. Hari ini suhunya nggak akan terlalu dingin, cukup pakai baju hangat aja.” Musim dingin di utara biasanya ada pemanas ruangan, sementa
“Mambera nggak akan turun salju.” “Kenapa?” “Karena memang nggak akan turun salju, jadi ya nggak turun salju.” Bocah itu terdiam karena dia masih belum mengerti kenapa Mambera tidak akan turun salju. Russel yang sering tidak ingin pergi ke sekolah, akhirnya tetap dibawa keluar dari kamar oleh pamannya. “Hari ini Om yang antar kamu ke sekolah.” “Tante di mana?"Stefan menjawab, “Aku biarkan tantemu tidur lebih lama. Nggak bangun terlalu pagi dan bisa lebih lama tidur sebelum berangkat kerja.” Russel langsung cemberut dan berkata, “Om pilih kasih, nggak biarkan aku tidur lebih lama, tapi Tante bisa tidur lebih lama, nggak perlu bangun pagi, nggak pergi kerja, sementara aku harus pergi ke sekolah.”“Memang, Om pilih kasih dan lebih sayang sama tante kamu, karena tante kamu itu orang yang akan hidup seumur hidup sama Om. Kamu nanti kalau sudah besar akan jadi laki-laki orang lain karena mendapatkan sayur milik orang lain, benar?” “Kamu bilang, kalau kamu nggak bisa hidup seumur hid
Olivia terbangun pada waktu yang biasa. Ini sudah menjadi kebiasaan hidupnya. "Sayang, tidurlah lagi, hari ini aku antar Russel ke sekolah." Stefan tidak tega istrinya bangun pagi untuk mengantar keponakannya. Selama hujan turun dan suhu sedikit menurun, dia ingin istrinya tidur lebih lama. Olivia yang baru saja terbangun, kembali berbaring di tempat tidur dan menarik selimut sambal berkata,"Selimut ini lebih hangat. Baiklah, kamu antar Russel saja, aku tidur lebih lama. Kamu ke kamar sebelah, bangunkan dia dan bantu pakaikan jaket." "Oke." Stefan mencium wajahnya, "Aku akan bangunkan Russel." Olivia membalas ciumannya dan mengangguk. Tidak lama kemudian, Stefan mengganti pakaian dan keluar dari kamar menuju kamar sebelah. Dia melihat bocah itu belum bangun. Anak kecil itu tidur nyenyak. Stefan baru sampai di sisi tempat tidur ketika dia mendengar tawa Russel, dia kira bocah itu sudah bangun dan berkata, "Russel, bangunlah." Ternyata Russel hanya tertidur sambil tersenyum dalam
Jordy langsung bertanya. Dia tidak mungkin salah mencium. Pasti Samuel membawa seorang wanita pulang. "Apakah wanita itu calon kakak iparku? Dia sudah pergi?" tanya Jordy.Samuel tidak bisa menahan diri untuk menjawab, "Kamu ini hidung apa, dia sudah pergi lama, kamu masih bisa mencium sedikit aromanya." "Apakah dia calon kakak iparmu, aku juga nggak bisa memastikan. Dia bukan orang yang sudah dipilihkan oleh Nenek. Sekarang aku bahkan nggak tahu namanya." Jordy tertawa, "Nggak tahu Namanya tapi Kak Samel sudah bawa dia pulang?" Beberapa kakaknya jika sudah membawa seorang gadis pulang, pasti gadis itu akan menjadi saudara perempuan mereka. Samuel merasa malu untuk mengatakan alasan sebenarnya, dia berkata, "Ini masalah pribadiku, aku menolak untuk menjawab. Nanti kalau sudah waktunya, kalian akan tahu." Jordy tertawa licik dan menyahut, "Aku tahu, Kak Samuel tiba-tiba telepon mengajak kita makan malam, sebenarnya itu untuk mengundang gadis itu makan, 'kan? Dia sudah pergi, baru K