Setelah seharian dibuat penasaran dengan status menikah Tuan Muda Adhitama serta predikat penyayang istri, Olivia duduk di depan meja rias sambil sibuk memasang masker di wajahnya dan berkata pada Stefan,“Hari ini kami semua gosipin bos kamu seharian.”Stefan hanya membulatkan mulutnya dan bertanya, “Gosip apa?”“Kamu nggak tahu?”Olivia menoleh ke arah lelaki itu dan melanjutkan kalimatnya, “Bos kamu mengumumkan sudah menikah tapi nggak ada yang tahu siapa istrinya. Kata Amelia, hal ini sudah membuat gempar di kalangan atas.”“Stefan, kamu kan kerja di Adhitama Group, pasti tahu beritanya duluan, kan? Siapa istri bos kamu? Katanya wartawan sudah menunggu di depan kantor kalian lama sekali, tapi nggak ada yang bisa dapat informasi apa pun. Mereka hanya bisa meninggalkan kantor dengan pasrah.”Stefan menarik sebuah kursi dan duduk di sisi istrinya, dia memandangi Olivia yang sedang menggunakan masker. Dia melihat bungkusan masker dan melihat merknya. Masker yang sedang digunakan istrin
“Olivia, apa hasil tes DNA kamu dengan mamanya Amelia?” tanya Stefan yang mengalihkan pembicaraan.Stefan hanya pamer kemesraan di akun media sosial pribadinya sebagai pengumuman bahwa dia telah menikah. Stefan tidak menyangka akan terjadi kegemparan yang begitu besar hingga membuat istrinya menggosipkan dirinya sepanjang hari.“Kata Amelia besok akan ambil hasilnya.”Stefan membulatkan mulutnya dan berkata, “Kalau hasilnya menunjukkan kalian ada hubungan darah, kalian pasti akan bertemu lagi. Kemungkinan aku nggak bisa menemani kamu ke sana, soalnya besok aku harus dinas.”Olivia mendongak dan berkata, “Aku pikir kamu nggak perlu dinas lagi.”Stefan menatapnya dalam diam. Dia tahu kalau Olivia mengharapkan dirinya pergi. Stefan khawatir sekali begitu dia kembali dinas, Olivia akan melupakan dirinya.“Tiketnya sudah dipesan? Pesawat jam berapa? Aku antar kamu ke bandara.”“Besok aku bangun lebih awal dan bantu kamu beresin barang-barang.”Olivia merasa dirinya sudah sangat pengertian s
Namun siapa sangka ternyata mereka memiliki banyak sekali rumah untuk disewakan pada orang lain. Keluarga Junia merupakan orang kaya yang seperti itu.“Lebih baik biarkan Junia dan Reiki saja yang menjalaninya sendiri. Aku rasa, setelah dia dan Pak Reiki kenal dekat, mereka akan saling jatuh hati.”Setelah mendengar cerita tentang Reiki dari Amelia, Olivia merasa Reiki dan Junia merupakan orang yang satu tipe. Keduanya suka keramaian, dari Reiki juga bisa langsung mengetahui gosip apa pun.“Aku sudah tanya sama Pak Reiki, katanya dia memiliki kesan yang cukup dalam dengan Junia. Kasih dia sedikit waktu, dia akan bergerak. Sekarang sudah hampir tahun baru, kantorku sedang sibuk-sibuknya. Apalagi posisi Pak Reiki membuat dia harus sibuk sampai selesai tahun baruan. Setelah itu dia sudah ada waktu untuk mengurus urusan hati dia.”Selama Stefan dinas, Reiki dan Calvin harus mengurus kantor sehingga sudah pasti akan menjadi sangat sibuk. Oliva menganggukkan kepala tanda mengerti. Dia sendir
“Ingatan aku nggak seburuk itu, bukannya kembali ke masa-masa baru menikah dulu.”Olivia menguap dan berkata, “Stefan, tidurlah. Besok kamu harus dinas, jadi harus istirahat yang cukup.”Perempuan itu mengangkat kepalanya dan mendekat ke arah Stefan untuk mengecup bibir lelaki itu.“Selamat malam, Suamiku.”Sorot mata Stefan berubah gelap. Dia memeluk pinggang Olivia dengan erat agar perempuan itu tidak menjauh. Mata hitam lelaki itu menatap wajah cantik Olivia dengan lekat. Wajah mulus Olivia seperti candu yang ingin dia sentuh setiap harinya. Kecantikan perempuan di depannya ini sangat alami sekali.Saat Stefan bertemu dengannya untuk yang pertama kalinya, dia mengakui kecantikan Olivia. Karena sudah terlalu banyak perempuan cantik yang ditemui Stefan sebelumnya, sehingga saat pertama kali bertemu dia tidak memiliki perasaan yang begitu signifikan.“Olivia, tadi kamu panggil aku apa?”Saat Stefan pertama kali menyapa Olivia dengan sapaan “Istri”, tidak ada respons dari perempuan itu.
“Olivia, kakakmu dimana? Suruh dia angkat telepon!” Suara Rita terdengar penuh emosi.“Untuk apa cari kakakku? Seingatku dia sudah nggak ada hubungan apa pun dengan kalian. Katakan, ada apa?” ujar Olivia dengan nada malas-malasan.Dia menebak sepertinya Rita datang dari kampung dan mendapati rumah yang direnovasi sudah dihancurkan. Karena tidak terima sehingga dia langsung mencari kakaknya. Tidak heran Rita tidak mengetahui hal ini karena kedua orang tua Roni langsung kembali ke rumah begitu Odelina dan Roni selesai mengurus administrasi perceraian.Awalnya mereka ingin keesokan harinya langsung pindah. Karena anak-anaknya Shella masih harus ambil rapor di sekolah, sehingga mereka harus menunggu satu hari lagi. Hari ini sekolah sudah resmi libur, sehingga Rita dan Andi membawa keluarganya Shella untuk merayakan tahun baru di kota.Rita datang pagi hari dengan harapan agar Yenny membuatkan mereka sarapan. Namun ternyata ketika naik ke lantai atas dan membuka pintu, seluruh koper dan bar
Olivia tertawa dan berkata, “Shella, coba kamu cuci muka kamu di toilet. Oh! Nggak ada kran air ya? Waktu itu kakakku yang beli, jadi kami juga hancurkan saluran airnya. Kamu cuci wajah dengan air seni kamu saja dan bercermin. Coba lihat diri kamu sendiri itu sebenarnya siapa?”“Kakakku dan adikmu sudah cerai dan nggak ada hubungan apa pun lagi. Kamu nggak tahu malu sekali meminta kakakku untuk cari rumah buat kamu tempati? Kamu bilang kakakku yang buat kalian nggak ada tempat tinggal? Itu ulah kalian sendiri!”“Kalau dari awal mau pisah dengan cara baik-baik dan kembalikan semua kerugian yang kakakku alami, sekarang kalian sudah ada tempat tinggal. Sekarang lagi musim hujan, di rumah itu semuanya bisa tembus angin dan air. Nggak tahu kalian bakalan tidur nyenyak atau nggak.”“Tapi kalian semua memiliki kulit badak, jumlahnya juga banyak. Kalian bisa saling mencari kehangatan. Kalau nggak ada urusan apa pun lagi, aku mau tutup teleponnya. Di sini hangat sekali, aku mau lanjut tidur. By
Andi mendelik ke arah istrinya dan bertanya, “Kamu cari kakek yang mana untuk bujuk Odelilna?”“Siapa lagi? Kakek kandung Odelina! Bukannya nenek dia lagi di rumah sakit? Aku ke rumah sakit buat jenguk mereka dan sekalian menyampaikan keinginanku. Kakek tua itu jamin akan membujuk Odelina asalkan aku kasih 200 juta. Aku nggak mau, tapi dia nego sampai 120 juta.”“Dia jamin katanya dia akan bujuk Odelina. Tapi ternyata dia nggak melakukan apa yang dia janjikan!”Begitu ucapan Rita selesai, sebuah pukulan keras dari Andi melayang ke tangan istrinya.“Kamu bisa percaya dengan keluarga Odelina? Lagian Odelina dan keluarganya ribut, kamu juga tahu sendiri masalah ini, bukan? Kenapa harus cari mereka?! Bisa-bisanya kamu habiskan uang 120 juta!?”Andi dibuat emosi karena ulah istrinya hingga rasanya dia nyaris pingsan. Sedangkan Rita hanya bisa dengan melas menjawab, “Aku pikir Odelina nggak bisa diajak berdiskusi, jadi biar keluarganya sendiri yang turun tangan. Setidaknya kalau berantem, bu
“Kak, aku sudah jalan ke arah rumah.”Setelah Roni tahu keluarganya datang, dia bergegas bangkit dan membangunkan Yenny. Keduanya bersiap-siap dan langsung berangkat.“Roni, kita masih belum sarapan.”“Kak, aku sudah di jalan. Nanti aku bawa kalian sarapan.”“Bukannya kamu sama Yenny lagi bersama? Minta dia siapkan sarapan untuk kami bisa? Kalau keluar makan bakalan boros karena kita jumlahnya banyak,” kata Shella.“Kak, kami sekarang juga tinggal di hotel, belum ada waktu cari rumah. Rumah aku yang sekarang itu nggak ada apa-apa, nggak bisa masak.”Rumah itu tidak ada apa pun termasuk listrik dan air. Bahkan di dapur juga kosong melompong. Tidak akan bisa masak meski Yenny bersedia. Shella diam sejenak dan berkata, “Odelina sudah blokir nomor telepon kami semua, bagaimana kamu menghubunginya? Kami sudah nggak bisa bertemu dengan Russel?”“Russel biasanya ada di tokonya Olivia, kalilan bisa lihat Russel di sana. Nggak perlu melalui Odelina.”Dia tidak peduli dengan Odelina yang memblok
Gadis berbaju merah tidak jadi makan bubur dan pergi, sementara Samuel tidak ingin hasil kerja kerasnya terbuang sia-sia, makanya dia mengundang kedua saudara untuk makan malam. Takut kalau bubur putih dengan asinan dan masakan sayur terlalu sederhana untuk kedua saudara, lelaki itu lalu memutuskan untuk membuat kue telur daun bawang."Silakan masuk. Saya juga selesai bekerja. Nanti kalau kalian pulang, cukup buka pintunya sendiri, saya tidak menguncinya. Jika kalian berdua ingin menginap, nggak masalah. Kamar tamu selalu bersih dan peralatannya juga baru." Pak Bagas berkata sambil mengantar kedua lelaki itu masuk, lalu buru-buru pergi. "Kak Samuel, aku datang." “Kak, kamu masak apa? Kenapa aku mencium aroma asinan dan juga nasi? Itu aroma bubur, ‘kan?”Hansen berkata kepada Jordy, "Nasi, kamu nggak mencium aroma nasi?" "Aroma nasi dan bubur memang agak berbeda, Kak Hansen nggak bisa mencium, jadi aku nggak perlu berdebat dengan Kakak," jawab Jordy. Kedua pemuda itu langsung menu
Inilah manfaat dari memiliki banyak saudara yang akur. "Aku tunggu kalian." "Oke." Setelah menelepon, Hansen berkata pada Jordy, "Kak Samuel mengajak kita makan malam, ayo, kita ke rumah dia. Dia yang masak sendiri, mungkin dia sedang dalam perasaan yang sangat baik, jadi kita bisa sekalian makan malam di sana." Sebelum masuk mobil, Jordy tertawa dan berkata, "Kakakku tadi siang pulang ke rumah besar untuk menemui nenek, mungkin nenek tidak lagi mengurus masalahnya, jadi dia merasa senang dan masak untuk kita makan." Hansen lebih tahu banyak hal daripada Jordy. Samuel punya hubungan yang paling dekat dengan dia, karena usia mereka hampir sama. Sedangkan dengan adik kandungnya sendiri, Jordy, jaraknya lebih jauh.Meskipun dia sangat menyayangi adik kandungnya, tetapi yang lebih akrab dan bermain bersama paling sering adalah Hansen. Hansen tersenyum dan tidak berkata banyak, "Pokoknya, kalau Kak Samuel mengundang kita makan malam, kita pergi saja, lagipula kita juga lapar." "Mala
Samuel kembali dengan kecewa karena tidak bisa mengejar perempuan itu. Pertemuan malam ini berakhir begitu saja. Entah kapan dia bisa bertemu lagi dengannya. Kalau saja Samuel tahu di mana dia tinggal, lelaki itu masih bisa sering mencarinya. Namun, karena tidak tahu tempat tinggalnya, bahkan namanya pun tidak tahu, Samuel hanya bisa menunggu. Menunggu kapan perempuan itu ada waktu untuk datang mencarinya dan meminta barang miliknya kembali. Kalau sibuk, bisa sebulan penuh tanpa melihatnya. Dia juga tidak tahu apa pekerjaan sebenarnya si Rubah yang tampak begitu sibuk. Bahkan lebih sibuk dari dirinya yang merupakan putra keempat keluarga Adhitama. Meskipun dia tidak bekerja di kantor pusat Adhitama Group, dia tetap mengurus beberapa bisnis, mengelola dua cabang perusahaan, dan memiliki beberapa perusahaan kecil sendiri. Setiap hari pun sibuk dengan banyak pekerjaan. Pak Bagas Kembali muncul. Dia berdiri tidak jauh, menatap Samuel yang kembali dengan wajah kecewa. "Pak Samuel, ngg
Suara Samuel terdengar dari dapur, "Kalau begitu, aku akan memasak bubur saja." Memasak bubur membutuhkan waktu lebih lama, jadi dia bisa menahan wanita itu lebih lama di rumahnya. “Kamu bisa jalan-jalan sesukamu, kenali tempat ini.” Di dalam hati, perempuan itu membatin bahwa dia sudah menjelajahi seluruh rumah lelaki itu, tetapi tetap tidak menemukan barang miliknya. Namun, dia tidak mengungkapkan hal ini. Jika Rubah mengatakannya, itu berarti dia mengakui tindakannya yang seperti pencuri, sama buruknya dengan Samuel. Rubah memakan setengah buah yang ada di piring, lalu meletakkan garpu. Dia berdiri dan mulai berjalan-jalan di ruang tamu, akhirnya berhenti di depan pintu dapur. Dengan tangan menyilang di dada, dia bersandar di pintu dapur. Kakinya yang panjang menendang-nendang pelan. Dia mengenakan sepatu bot panjang berwarna hitam. Setelah melepas mantel panjangnya, dia tampak mengenakan pakaian ketat berwarna merah. Sebenarnya, dia tidak terlalu suka warna merah. Hanya saja,
Tidak ada yang berani menyinggung Dokter Dharma karena dia dikenal ahli dalam meracik racun. Tentu saja, dokter tidak akan menggunakan racun hasil buatannya untuk mencelakai orang. Dia pernah menjelaskan bahwa beberapa racun bisa menjadi obat jika digunakan dalam dosis kecil.Namun, manusia cenderung berpikir dengan cara yang berbeda. Hanya mengetahui bahwa Dokter Dharma sangat ahli dalam racun saja sudah cukup membuat mereka takut, meskipun dia memiliki prinsip dan moral.Mereka tetap khawatir jika suatu saat tanpa sengaja mereka menjadi korban. Karena itu, bahkan jika Dokter Dharma menolak permintaan untuk mengobati, mereka tidak berani mencari masalah dengannya. Samuel mencoba bertanya dengan hati-hati, “Apakah kamu murid dari para ahli yang tinggal di tempat terpencil?” “Apakah kamu kenal dengan istri kepala keluarga Lambana di Kota Dawan saat ini?” Rubah tersenyum tipis, “Kalau kamu penasaran sekali dengan asal-usulku, cari tahu saja sendiri. Kalau kamu berhasil, aku akan menga
Nenek selalu berkata, mengejar istri tidak perlu tahu malu. Kalau terlalu peduli soal harga diri, tidak akan bisa mendapatkan istri. Bahkan Stefan yang begitu sombong rela menundukkan kepalanya demi mendapatkan kakak ipar. Lelaki itu kehilangan muka sampai tingkat tertinggi, sering dipermalukan, tetapi akhirnya mendapatkan kehidupan yang begitu membahagiakan hingga membuat semua orang iri. Samuel merasa itu sangat berharga. Jadi, dia juga memutuskan untuk tidak memedulikan harga diri. Lagipula, dia sudah berbicara terus terang dengan neneknya, dan juga menjelaskan segalanya pada Katarina. Sekarang, dia tidak ada beban mental lagi dan bisa dengan terang-terangan mengejar gadis yang benar-benar dia sukai. “Aku hanya mau tahu namamu saja, selalu memanggilmu Rubah rasanya seperti sedang menghina kamu.”“Julukanku memang Rubah. Semua orang akan tahu itu aku.” Perempuan itu memang tidak ingin memberi tahu identitasnya.“Kalau kamu bisa, cari tahu saja sendiri. Bukankah kamu sudah mencoba
Pak Bagas menatap Samuel kemudian mempersilakan Rubah tersebut masuk.Samuel menyentuh hidungnya dan tertawa pelan lalu mengikuti mereka masuk ke vila, menuju bangunan utama. Di ruang tamu utama, lampu-lampu menyala terang benderang hingga membuat suasana seperti siang hari. Pak Bagas sudah mempersilakan gadis berbaju merah itu duduk di sofa. Setelah masuk ke dalam rumah, udara terasa hangat. Rubah itu melepas mantel panjang merahnya lalu melipatnya rapi dan meletakkannya di sampingnya. Saat Samuel masuk, Pak Bagas sudah membawakan segelas air hangat untuk si Rubah. Lelaki itu memberi isyarat kepada Pak Bagas untuk beristirahat, menunjukkan bahwa dia sendiri yang akan melayani tamunya. Pak Bagas berkata pelan, "Pak Samuel, bersikaplah sedikit lebih sopan dan lembut. Merayu gadis nggak seperti caramu tadi." Samuel menjawab lirih, "Aku nggak sedang merayunya." Pak Bagas hanya terkekeh dan tidak membantah. Lalu, dia pergi. Dasar keras kepala. Mengundang seorang gadis masuk ke rumahn
Benda itu memang tidak besar, dan dia tahu Samuel tidak akan meninggalkannya di rumah. Pasti benda itu selalu dibawanya, tetapi tadi saat dia memeriksa kantong celananya, perempuan itu tetap tidak menemukannya. Dia benar-benar tidak tahu di mana benda itu disembunyikan. "Aku sudah bilang, kalau kamu nggak percaya, aku juga nggak bisa apa-apa. Silakan masuk dan bongkar saja rumahku sampai berantakan. Kalau kamu menemukannya, silakan ambil. Aku benar-benar lupa di mana menyimpannya." "Rubah, kamu nggak merasa tindakanku mirip denganmu? Kamu juga sering melakukan hal-hal seperti ini secara diam-diam, bukan?" Rubah itu menatap Samuel dengan tajam, ingin sekali menendangnya lagi. Namun, pada akhirnya dia tidak melakukannya, karena merasa sedikit bersalah. Dia mengandalkan keahliannya dalam bela diri dan memang terkadang melakukan hal-hal serupa. Dia mengakui bahwa dia pernah terpengaruh oleh seorang senior saat bersama murid-murid unggulan Kakek Jaki, sehingga sedikit kebiasaan itu menu
Rubah itu menatap Samuel dengan wajah gelap. Lelaki itu mengangkat tangannya dengan santai dan berkata, "Aku nggak bohong. Sekarang kau memintaku mengambilnya, aku benar-benar nggak ingat di mana menyimpannya. Bagaimana kalau kamu masuk saja, dan bongkar saja rumahku. Lihat kamu bisa menemukannya atau nggak?" "Atau, kamu bisa memeriksaku sampai telanjang untuk melihat apakah aku menyembunyikannya di tubuhku." Rubah itu melompat turun dari tembok. Samuel langsung menegang. Dia merentangkan kedua tangannya, bermaksud menangkapnya, tetapi ketika perempuan itu melompat turun, Rubah tersebut malah menendangnya dengan satu tendangan dan membuatnya mundur beberapa langkah. Akibatnya, Samuel tidak berhasil menangkap perempuan itu. Rubah itu mendarat dengan mantap di depannya. Samuel menghela napas lega. Meskipun dia terkena satu tendangan yang cukup menyakitkan, lelaki itu tampak santai. Dia hanya menepuk-nepuk tempat yang terkena tendangan, seolah ingin menghilangkan bekas jejak kaki. "T