Odelina menggelengkan kepala ke arah Olivia. Walaupun dia memukul Roni dan sebaliknya, mereka adalah suami istri dan terikat dengan perihal masalah keluarga. Paling-paling Roni akan kembali ke rumahnya dan lukanya akan diobati oleh keluarga lelaki itu.Sedangkan dia memukul Yenny karena perempuan itu adalah orang ketiga. Semua orang akan merasa Yenny memang pantas dipukul. Yenny juga tidak akan berani melakukan apa-apa. Kalau adiknya sampai bermain tangan dan memukul Roni serta Yenny, mereka akan menggugat Olivia dan meminta adiknya memberikan uang ganti rugi pengobatan.Odelina tidak ingin adiknya diinjak-injak oleh mereka. Dia menarik adiknya dengan erat sambil berbisik, “Percaya dengan Kakak, Kakak bisa menyelesaikannya.”Olivia dan adik iparnya hanya perlu membantunya mengambil foto bukti saja.“Roni,” ujar Odelina sambil mengusap air mata dan kembali bertanya, “Kamu beneran mau cerai denganku?”“Iya, aku mau cerai!” ujar Roni dengan penuh keyakinan.“Russel masih begitu kecil, kam
Setelah malam ini, dia bersumpah tidak akan meneteskan air matanya lagi demi Roni.“Russel,” gumam Odelina teringat akan putranya. Dia mendadak menjadi gugup.“Kak, aku meminta Mbak Lesti jagain Russel. Dia akan terbangun besok pagi.”Ketika bocah itu sedang bandel, maka dia akan luar biasa bandel dan membuang semua mainannya di sembarang tempat. Akan tetapi ketika sedang pengertian, maka Russel akan menjadi sangat pengertian sekali. Apalagi ketika malam hari sedang tertidur, selain di saat dia merasa tidak enak badan, maka dia akan tidur sampai keesokan paginya baru terbangun.Mendengar ucapan Olivia membuat Odelina menghela napas lega.“Olivia, Stefan, bagaimana cara kalian bisa ke sini?” tanya Odelina. Setelah tidak mengkhawatirkan anaknya lagi, perempuan itu baru teringat dengan hal tersebut.Olivia menyalahkan kakaknya dan berkata, “Kak, kita itu saudara. Semenjak Papa dan mama nggak ada, kita sudah hidup bersama dan saling bergantung selama 15 tahun. Setiap masalah pasti kita bic
Tidak masalah kalau kakaknya itu jauh lebih percaya Stefan dibandingkan dirinya. Bisa-bisanya Odelina membongkar aib masa kecilnya pada lelaki itu! Stefan melirik Olivia dan membuat perempuan itu seakan ingin masuk ke dalam perut bumi sekarang juga.“Kak, itu kejadian zaman kapan. Masih aja dibahas!”Odelina tertawa dan berkata, “Waktu itu kamu langsung tertidur sepanjang hari setelah selesai makan. Kamu benar-benar nggak bisa minum tapi masih saja suka minum. Setiap minum pasti bakalan langsung tidur sepanjang hari.”“Stefan, pokoknya kamu ingat-ingat saja. Jangan kasih dia minum kalau nggak ada acara khusus!”Stefan tersenyum dan menjawab, “Iya, Kak. Aku pasti ingat.”Kesedihan Odelina hilang ketika dia menceritakan masa lalu dan membuat mereka bertiga tertawa. Perceraian bukan hal yang besar, tidak seharusnya dia merasa sedih. Bumi juga tidak akan berhenti berputar karena kekurangan seseorang. Setelah cerai dengan Roni, Odelina masih tetap bisa hidup dengan layak.Odelina mendongak
Ucapan lelaki itu membuat Olivia sedikit tidak bisa berkata-kata, dia mencoba mencari tahu dengan bertanya, “Pak Stefan, maksudnya kamu mau minta aku cuciin muka kamu sampai bersih?”“Muka aku hitam juga karena kamu,” kata Stefan. Dia sedang mencoba menyalahkan Olivia.Olivia membuka mulutnya tetapi tidak ada satu kalimat pun yang terucapkan. Kenapa dia merasa lelaki di depannya ini berubah menjadi sedikit tidak tahu malu?“Ok, aku bantu kamu bersihin muka karena kamu bisa begini juga karena kamu. Seharusnya kamu buat wajahmu hitam secara menyeluruh saja!” ujar Olivia sambil menarik tangan lelaki itu menuju ke arah dapur.Stefan mengikuti langkah perempuan itu dan kemudian menghentikan langkahnya lagi sambil bertanya, “Kenapa ke dapur?”“Di dapur ada air, kamar kamu kan terlarang buat aku dan nggak mengizinkan aku masuk meski hanya satu langkah saja. Kalau aku nggak bawa ke dapur, gimana mau bersihkan muka kamu? Atau kamu mau tunggu di sini? Aku ambil handuk basah buat bersihkan wajah
Stefan melepaskan bajunya dan kemudian menoleh pada Olivia. Dia mendapati perempuan itu tengah menatapnya dengan lekat. Melihat Stefan tengah melihatnya membuat Olivia bertanya, “Masih ada yang mau dilepas?”Olivia menunjuk celana lelaki itu. Maksudnya adalah masih ada celana yang belum dibuka. Wajah Stefan menggelap seketika. Dia melepas baju karena takut basah ketika mencuci wajah nanti. Memangnya Olivia pikir dia melepas baju untuk apa?Lelaki itu melangkah dengan cepat ke hadapan Olivia. Dengan jarak yang sangat dekat, membuat Olivia bisa mengulurkan tangannya dan hendak menyentuh dada bidang lelaki itu. Mulutnya juga tidak lupa berdecak kagum dan memuji,“Lelaki yang sering latihan memang memiliki tubuh yang bagus.”Stefan menangkap pergelangan tangan perempuan itu dengan sebelah tangannya. Dia tidak membiarkan Olivia menyentuhnya. Dengan ekspresi keruh dia melayangkan peringatan, “Olivia, kamu tahu apa akibat kalau kamu menyentuhnya?”Tanpa menunggu jawaban dari perempuan itu, St
“Walaupun orang tua sudah pensiun, mereka juga akan buat usaha kecil yang nggak capek. Uang yang didapatkan memang nggak banyak, tapi bisa menghabiskan waktu dan buat mereka merasa produktif.”“Aku juga pernah kasih papa mama aku uang, tapi mereka nggak mau. Aku kasih satu kali, mereka kembalikan dua kali lipat. Katanya buat tabungan dan modal menikah.”Olivia teringat pertemuannya dengan kedua mertuanya beberapa waktu lalu. Papa mertuanya memang sudah berumur, tetapi tetap terlihat berwibawa dan beraura. Sedangkan mama mertuanya memang sedikit tidak menyukainya, tetapi etikanya dan sikapnya sangat baik sehingga tidak bersikap jahat padanya.Ketika berbicara dengan Olivia juga nada bicaranya lembut dan halus. Perawatan mama mertuanya jauh lebih baik lagi, kalau mereka jalan bersandingan kemungkinan orang lain akan berpikiran mereka saudara.Mereka juga sudah menikah dalam waktu yang cukup lama, akan tetapi Olivia justru paling sering berinteraksi dengan neneknya Stefan. Sisanya hanya b
Olivia masuk ke kamarnya dan menutup pintu. Dia bersandar di balik pintu dan mengelus wajahnya yang terasa panas. Dia juga tidak mengerti kenapa wajahnya harus berubah merah. Mungkin dia kesurupan ketika kemarin menemani sang kakak menangkap perselingkuhan.Sesaat kemudian Olivia langsung memutuskan untuk mandi karena nanti harus buat sarapan untuk Stefan. Dia teringat dengan Bi Lesti dan langsung menghubunginya. Ketika Bi Lesti menerima sambungan telepon, Olivia berkata, “Bi Lesti, nanti Bibi langsung bawa Russel ke toko aku aja. Nggak perlu pulang ke rumah.”“Baik.”“Gimana dengan kakak aku?”“Bersikap seperti nggak terjadi apa-apa. Katanya setelah sarapan dia harus bergegas ke kantor. Saya siapkan kopi buat dia karena kemarin nggak begitu tidur. Kopi bisa buat dia lebih semangat untuk lanjut kerja.”Olivia merasa iba dengan sang kakak, tetapi dia tahu tidak memungkinkan bagi Odelina untuk cuti karena baru masuk beberapa hari saja.“Bilang sama dia buat hati-hati di jalan.”“Baik.”O
Kenapa Olivia tidak ada bayangan sama sekali? Dia hanya minum dua botol bir yang memang bisa membuatnya terlelap, tetapi dia jamin tidak akan muntah. Tidak mungkin Olivia muntah karena kekenyangan bukan?Olivia sedikit curiga, tetapi tidak mungkin Stefan membohonginya karena sebuah gambar saja. Dia mengangguk dan memutuskan untuk tidak melanjutkan ucapannya lagi. Sebaiknya dia mengikuti ucapan sang kakak yang memintanya mengurangi alkohol.“Mau dicari lagi?”“Memangnya kamu bisa menemukannya lagi? yang ada sudah rusak dan nggak bisa dipakai lagi. Nggak apa-apa, aku buat yang baru saja.”Stefan tampak bersalah dan berkata, “Aku nggak tahu gambar itu sangat penting buatmu. Aku benar-benar refleks dan mengambil kertas gambar kamu. Lain kali kalau kamu sudah selesai gambar, jangan letak di meja rias, terlalu dekat dengan ranjang.”“Iya.”Olivia berpikir kalah kejadian seperti ini tidak mungkin terjadi setiap hari. Dia juga tidak mungkin setiap hari minum alkohol.“Pak Stefan, kamu nggak pe
Ekspresi Vandi serius dan tegas. “Bu Felicia anak kandung Bu Patricia!” ujar Vandi.Patricia memberi perintah dengan dingin, “Lepas, Vandi. Jangan lupa, sekarang aku masih kepala keluarga. Kamu harus dengar perintahku!”“Sejak aku ditugaskan untuk kerja bersama Bu Felicia, tugasku adalah melindungi Bu Felicia selamanya. Aku hanya akan setia padanya, hanya dengar perintahnya. Itulah tugas kami sebagai asisten. Kami juga hanya punya satu majikan. Majikanku adalah Bu Felicia, bukan Bu Patricia. Tugasku adalah melindungi Bu Felicia. Aku nggak akan biarkan siapa pun sakiti dia, termasuk Bu Patricia.”Wajah Patricia menjadi semakin buram. Memang, sejak Vandi kerja bersama Felicia, dia hanya setia kepada Felicia dan hanya akan melayani Felicia. Sekalipun Patricia masih berstatus kepala keluarga, Patricia bukan majikan Vandi. Dia tidak berhak menyuruh Vandi melakukan apa pun.Patricia hendak memukul Felicia langsung di depan Vandi. Tentu saja, Vandi harus menghentikannya.Felicia berkata kepad
Odelina bergumam pelan. “Aku percaya kehidupan aku dan Olivia akan semakin membaik.”Belum lagi Odelina sendiri. Setelah menikah dengan Stefan, kehidupan Olivia menjadi sangat baik. Olivia juga sangat baik terhadap Odelina.“Kak Aksa buru-buru datang ke sini tadi malam, pasti sudah capek. Kak Aksa istirahat di hotel saja dulu. Aku rasa untuk sementara waktu Patricia nggak akan lakukan apa pun pada kita.” Odelina meminta Aksa untuk kembali ke hotel dan beristirahat.“Memang benar Patricia ingin bunuh aku. Tapi dia masih takut. Atau, dia punya ambisi yang lebih besar, ingin bunuh kita semua sekaligus.”Odelina cukup memahami jalan pikiran Patricia. Aksa sendiri memang sudah merasa lelah dan ingin beristirahat.“Oke, kalau begitu aku kembali ke hotel dulu. Kalau ada apa-apa, kamu telepon saja.”“Oke, Kak.”Tidak lama setelah Aksa pergi, Rika datang. Setelah sekretaris menelepon Odelina, Odelina langsung keluar untuk menyambut Rika. Namun, baru saja Odelina membuka pintu kantor, sosok Rika
“Silakan pergi, kami nggak antar, ya!” Aksa dan Odelina berkata hampir bersamaan.Patricia yang sudah berjalan sampai di depan pintu langsung berhenti. Dia menoleh dan menatap Odelina, lalu berkata dengan dingin, “Ingat, di sini Kota Cianter. Di Kota Cianter, keluarga Gatara masih lebih kuat dari kamu, Odelina.”Odelina tertawa pelan dan mengakui, “Aku nggak bilang Bu Patricia nggak sebaik aku. Kalau aku ngomong begitu, itu akan menjadi pukulan yang besar dan akan menghancurkan harga diri Bu Patricia.”“Aku pendatang baru di sini, baru beberapa bulan di Kota Cianter. Kalau Bu Patricia bahkan nggak sebaik aku, lebih baik Bu Patricia benturkan kepala ke tembok saja. Tapi jauh-jauh, ya. Jangan di tembok perusahaanku. Mengotori tempatku saja.”Patricia sangat marah sehingga dia benar-benar ingin segera membunuh kedua orang ini. Namun, dia tetap berusaha menahan emosinya. Dia sudah berusia 70 tahun. Jika dia bahkan tidak sanggup menahan diri, maka dia benar-benar harus membenturkan kepalany
Odelina tersulut emosi ketika mendengar hal itu. Aksa menggunakan tatapan matanya untuk menenangkan Odelina, memberi isyarat agar Odelina tidak marah. Patricia memang sengaja membuat mereka marah. Semakin marah mereka, semakin senang Patricia.Sekarang Patricia ingin menyingkirkan mereka semua. Namun, dia belum memiliki rencana yang sempurna. Jadi dia hanya bisa mengatakan sesuatu yang dapat memancing amarah mereka.“Apakah Bu Patricia bisa melakukan hal itu? Kami sangat menantikannya,” kata Aksa dengan tenang.“Bu Patricia bahkan nggak bisa urus kekacauan di keluarga Gatara. Aku nggak tahu bagaimana cara kamu mengelola Gatara Group selama beberapa puluh tahun terakhir. Keluarga lain makin lama jadi makin besar. Nggak perlu sampai di seluruh negeri. Hanya di provinsi atau kota saja. Seenggaknya mereka dapat pertahankan status mereka sebagai bos besar. Bu Patricia coba lihat ada di posisi apa Gatara Group di Kota Cianter?”Aksa sengaja mengejek kemampuan Patricia. Patricia bisa membuat
Patricia sama sekali tidak menyangka. Setelah puluhan tahun, kebenaran akan terungkap juga. Dia juga tidak menyangka kedua keponakannya masih bisa bangkit sendiri tanpa dukungan dari keluarga Gatara. Mereka bisa masuk ke keluarga kaya dan mendapatkan lebih banyak dukungan dari keluarga besar lainnya. Yang bernasib baik pada akhirnya tetap bernasib baik.“Ada urusan apa Bu Patricia datang ke sini?”Saat Patricia tetap diam, Aksa bertanya dengan suara berat. Mata Patricia bertemu dengan mata Odelina yang penuh kebencian. Dia merasa Odelina memiliki sedikit bayangan dari Sofia. Apakah Patricia harus hidup di bawah bayang-bayang kakaknya sepanjang hidupnya?“Odelina, kalau aku bilang aku datang untuk bunuh kamu, apakah kamu akan takut?” Mata Odelina berkedip, lalu dia menjawab dengan jujur, “Tentu saja takut. Siapa yang nggak takut mati? Memangnya Bu Patricia nggak takut mati? Tapi aku tahu kamu nggak suka bisnis yang merugikan. Sekalipun kamu sangat ingin bunuh aku sekarang juga, kamu ma
Aksa tidak menanggapi. Dia berdiri dan segera menuangkan segelas air hangat untuk Patricia. Kemudian, dia meletakkan gelas berisi air hangat di depan Patricia dan berkata dengan suara berat, “Bu Patricia berani minum air yang aku tuangkan?”Patricia mendongak dan menatap Aksa. Ada rasa cemburu di hatinya. Mengapa putra orang lain bisa begitu hebat? Putranya tidak pernah bisa dibandingkan dengan putra orang lain.Meskipun Patricia lebih sayang anak perempuan, dia juga menghabiskan banyak waktu dan tenaga dalam mendidik ketiga putranya. Namun pada akhirnya, mereka semua tetap hanya bisa bertahan hidup dengan bergantung pada keluarga Gatara. Saat mereka memulai usaha, mereka lebih banyak merugi. Mereka sering meminta Patricia untuk menutupi kerugian mereka.“Aku nggak minum air putih. Tawar, nggak ada rasa.”Patricia menarik kembali pandangannya dan berkata dengan tenang, “Kalian berdua coba panggil aku Bibi Nenek.”“Apakah Bu Patricia sudah tempatkan posisi sebagai bibi nenek kami? Jika
Tadi malam, Patricia jatuh ke tangan putrinya sendiri. Felicia jelas-jelas minum air itu, walau hanya seteguk. Jumlah obat yang Patricia masukkan ke dalam air cukup banyak, cukup untuk membuat Felicia tidur selama beberapa hari.Namun siapa sangka, tidak lama setelah Vandi membawa Felicia pergi, Odelina sudah mendapatkan kabar. Segera setelah itu, Aksa juga langsung terbang ke Kota Cianter malam itu juga. Patricia tahu kalau Felicia yang memberitahu Odelina.Setelah Vandi membawa Felicia pergi, dia tidak membawa Felicia pulang ke rumah, melainkan ke rumah sakit. Begitu dokter tahu obat apa yang diminum Felicia, dokter segera memberikan obat penawar yang tepat dan Felicia segera pulih.Patricia menyuruh suami dan anak-anaknya yang lain pergi menjenguk Felicia, sekalian membawakan sarapan untuk Felicia. Patricia sudah menaruh obat tidur di dalam sarapan mereka. Akan tetapi, Felicia tidak tertipu. Dia tidak menyentuh sama sekali makanan yang mereka bawakan.Patricia menghela napas dalam h
"Ivan, meskipun saat ini belum terjadi apa-apa, Papa yakin tebakan Papa nggak salah. Kalian lebih baik segera meninggalkan kota dan kembali ke kampung halaman kita," kata Cakra dengan serius. "Nanti beri tahu mamamu," tambahnya. Cakra sudah malas menebak apa yang direncanakan istrinya. Yang terpenting sekarang adalah menyelamatkan anak dan cucunya terlebih dahulu. "Papa, Papa ini terlalu khawatir. Nggak ada kejadian apa pun," kata Ivan. Baik dia maupun kedua adiknya tidak ingin meninggalkan kota. "Papa bukan khawatir berlebihan. Nanti kalian akan tahu sendiri," ujar Cakra tegas. "Kalau kalian masih menganggap Papa sebagai Papa kalian, dengarkan ucapan Papa!" "Baiklah, Papa. Aku akan pulang dulu untuk berbicara dengan Mama soal perceraianku. Aku pergi dulu," ujar Ivan, mencari alasan untuk pergi lebih dulu. Kedua adiknya pun masing-masing mencari alasan lain untuk meninggalkan tempat itu. Cakra sangat marah, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa terhadap ketiga anaknya. Karena mere
"Sekarang melihatmu baik-baik saja, kami pun merasa lega. Mulai sekarang, kalau mamamu menyuruhmu makan sesuatu, jangan pernah sentuh, bahkan secangkir air pun jangan diminum. Mamamu itu orang yang berhati sangat kejam, bahkan dia juga tega dengan kakak kandung yang membesarkannya.""Dia adalah orang yang sangat egois, sebenarnya dia hanya mencintai dirinya sendiri." "Selama kalian, anak-anaknya, menurut dan selalu mendengarkannya, dia masih akan menunjukkan sedikit kasih sayang sebagai seorang ibu. Tapi begitu kalian menentangnya, dia nggak akan segan-segan bertindak kejam." Cakra terus-menerus membicarakan keburukan Patricia di depan anak-anaknya. Namun, ini sebenarnya bukan hanya sekadar keburukan, melainkan fakta. Patricia memang seorang wanita yang sangat egois, hanya mencintai dirinya sendiri. "Papa, aku baik-baik saja. Papa dan Kakak-kakak pulang saja. Papa jaga kesehatan baik-baik, jangan sering-sering mengganggu Mama," kata Felicia. Dia sangat paham bahwa kedua orang tuan