Setelah malam ini, dia bersumpah tidak akan meneteskan air matanya lagi demi Roni.“Russel,” gumam Odelina teringat akan putranya. Dia mendadak menjadi gugup.“Kak, aku meminta Mbak Lesti jagain Russel. Dia akan terbangun besok pagi.”Ketika bocah itu sedang bandel, maka dia akan luar biasa bandel dan membuang semua mainannya di sembarang tempat. Akan tetapi ketika sedang pengertian, maka Russel akan menjadi sangat pengertian sekali. Apalagi ketika malam hari sedang tertidur, selain di saat dia merasa tidak enak badan, maka dia akan tidur sampai keesokan paginya baru terbangun.Mendengar ucapan Olivia membuat Odelina menghela napas lega.“Olivia, Stefan, bagaimana cara kalian bisa ke sini?” tanya Odelina. Setelah tidak mengkhawatirkan anaknya lagi, perempuan itu baru teringat dengan hal tersebut.Olivia menyalahkan kakaknya dan berkata, “Kak, kita itu saudara. Semenjak Papa dan mama nggak ada, kita sudah hidup bersama dan saling bergantung selama 15 tahun. Setiap masalah pasti kita bic
Tidak masalah kalau kakaknya itu jauh lebih percaya Stefan dibandingkan dirinya. Bisa-bisanya Odelina membongkar aib masa kecilnya pada lelaki itu! Stefan melirik Olivia dan membuat perempuan itu seakan ingin masuk ke dalam perut bumi sekarang juga.“Kak, itu kejadian zaman kapan. Masih aja dibahas!”Odelina tertawa dan berkata, “Waktu itu kamu langsung tertidur sepanjang hari setelah selesai makan. Kamu benar-benar nggak bisa minum tapi masih saja suka minum. Setiap minum pasti bakalan langsung tidur sepanjang hari.”“Stefan, pokoknya kamu ingat-ingat saja. Jangan kasih dia minum kalau nggak ada acara khusus!”Stefan tersenyum dan menjawab, “Iya, Kak. Aku pasti ingat.”Kesedihan Odelina hilang ketika dia menceritakan masa lalu dan membuat mereka bertiga tertawa. Perceraian bukan hal yang besar, tidak seharusnya dia merasa sedih. Bumi juga tidak akan berhenti berputar karena kekurangan seseorang. Setelah cerai dengan Roni, Odelina masih tetap bisa hidup dengan layak.Odelina mendongak
Ucapan lelaki itu membuat Olivia sedikit tidak bisa berkata-kata, dia mencoba mencari tahu dengan bertanya, “Pak Stefan, maksudnya kamu mau minta aku cuciin muka kamu sampai bersih?”“Muka aku hitam juga karena kamu,” kata Stefan. Dia sedang mencoba menyalahkan Olivia.Olivia membuka mulutnya tetapi tidak ada satu kalimat pun yang terucapkan. Kenapa dia merasa lelaki di depannya ini berubah menjadi sedikit tidak tahu malu?“Ok, aku bantu kamu bersihin muka karena kamu bisa begini juga karena kamu. Seharusnya kamu buat wajahmu hitam secara menyeluruh saja!” ujar Olivia sambil menarik tangan lelaki itu menuju ke arah dapur.Stefan mengikuti langkah perempuan itu dan kemudian menghentikan langkahnya lagi sambil bertanya, “Kenapa ke dapur?”“Di dapur ada air, kamar kamu kan terlarang buat aku dan nggak mengizinkan aku masuk meski hanya satu langkah saja. Kalau aku nggak bawa ke dapur, gimana mau bersihkan muka kamu? Atau kamu mau tunggu di sini? Aku ambil handuk basah buat bersihkan wajah
Stefan melepaskan bajunya dan kemudian menoleh pada Olivia. Dia mendapati perempuan itu tengah menatapnya dengan lekat. Melihat Stefan tengah melihatnya membuat Olivia bertanya, “Masih ada yang mau dilepas?”Olivia menunjuk celana lelaki itu. Maksudnya adalah masih ada celana yang belum dibuka. Wajah Stefan menggelap seketika. Dia melepas baju karena takut basah ketika mencuci wajah nanti. Memangnya Olivia pikir dia melepas baju untuk apa?Lelaki itu melangkah dengan cepat ke hadapan Olivia. Dengan jarak yang sangat dekat, membuat Olivia bisa mengulurkan tangannya dan hendak menyentuh dada bidang lelaki itu. Mulutnya juga tidak lupa berdecak kagum dan memuji,“Lelaki yang sering latihan memang memiliki tubuh yang bagus.”Stefan menangkap pergelangan tangan perempuan itu dengan sebelah tangannya. Dia tidak membiarkan Olivia menyentuhnya. Dengan ekspresi keruh dia melayangkan peringatan, “Olivia, kamu tahu apa akibat kalau kamu menyentuhnya?”Tanpa menunggu jawaban dari perempuan itu, St
“Walaupun orang tua sudah pensiun, mereka juga akan buat usaha kecil yang nggak capek. Uang yang didapatkan memang nggak banyak, tapi bisa menghabiskan waktu dan buat mereka merasa produktif.”“Aku juga pernah kasih papa mama aku uang, tapi mereka nggak mau. Aku kasih satu kali, mereka kembalikan dua kali lipat. Katanya buat tabungan dan modal menikah.”Olivia teringat pertemuannya dengan kedua mertuanya beberapa waktu lalu. Papa mertuanya memang sudah berumur, tetapi tetap terlihat berwibawa dan beraura. Sedangkan mama mertuanya memang sedikit tidak menyukainya, tetapi etikanya dan sikapnya sangat baik sehingga tidak bersikap jahat padanya.Ketika berbicara dengan Olivia juga nada bicaranya lembut dan halus. Perawatan mama mertuanya jauh lebih baik lagi, kalau mereka jalan bersandingan kemungkinan orang lain akan berpikiran mereka saudara.Mereka juga sudah menikah dalam waktu yang cukup lama, akan tetapi Olivia justru paling sering berinteraksi dengan neneknya Stefan. Sisanya hanya b
Olivia masuk ke kamarnya dan menutup pintu. Dia bersandar di balik pintu dan mengelus wajahnya yang terasa panas. Dia juga tidak mengerti kenapa wajahnya harus berubah merah. Mungkin dia kesurupan ketika kemarin menemani sang kakak menangkap perselingkuhan.Sesaat kemudian Olivia langsung memutuskan untuk mandi karena nanti harus buat sarapan untuk Stefan. Dia teringat dengan Bi Lesti dan langsung menghubunginya. Ketika Bi Lesti menerima sambungan telepon, Olivia berkata, “Bi Lesti, nanti Bibi langsung bawa Russel ke toko aku aja. Nggak perlu pulang ke rumah.”“Baik.”“Gimana dengan kakak aku?”“Bersikap seperti nggak terjadi apa-apa. Katanya setelah sarapan dia harus bergegas ke kantor. Saya siapkan kopi buat dia karena kemarin nggak begitu tidur. Kopi bisa buat dia lebih semangat untuk lanjut kerja.”Olivia merasa iba dengan sang kakak, tetapi dia tahu tidak memungkinkan bagi Odelina untuk cuti karena baru masuk beberapa hari saja.“Bilang sama dia buat hati-hati di jalan.”“Baik.”O
Kenapa Olivia tidak ada bayangan sama sekali? Dia hanya minum dua botol bir yang memang bisa membuatnya terlelap, tetapi dia jamin tidak akan muntah. Tidak mungkin Olivia muntah karena kekenyangan bukan?Olivia sedikit curiga, tetapi tidak mungkin Stefan membohonginya karena sebuah gambar saja. Dia mengangguk dan memutuskan untuk tidak melanjutkan ucapannya lagi. Sebaiknya dia mengikuti ucapan sang kakak yang memintanya mengurangi alkohol.“Mau dicari lagi?”“Memangnya kamu bisa menemukannya lagi? yang ada sudah rusak dan nggak bisa dipakai lagi. Nggak apa-apa, aku buat yang baru saja.”Stefan tampak bersalah dan berkata, “Aku nggak tahu gambar itu sangat penting buatmu. Aku benar-benar refleks dan mengambil kertas gambar kamu. Lain kali kalau kamu sudah selesai gambar, jangan letak di meja rias, terlalu dekat dengan ranjang.”“Iya.”Olivia berpikir kalah kejadian seperti ini tidak mungkin terjadi setiap hari. Dia juga tidak mungkin setiap hari minum alkohol.“Pak Stefan, kamu nggak pe
Reiki menunggu kedatangan Stefan di depan pintu gedung. Senyumnya merekah ketika dia melihat sosok Stefan.“Aku pikir hari ini kamu nggak ke kantor.”Reiki mengikuti Stefan yang melangkah masuk dengan para bodyguards lelaki itu yang berdiri di sisi pintu masuk gedung.“Kalau aku nggak ke kantor dan biarkan kamu yang mimpin rapat, kamu bakalan berisikin aku sepanjang hari dan bilang kamu hutang sama aku di masa lalu makanya sekarang menderita untukku.”“Kamu lumayan tahu diri karena tahu selama ini kamu selalu mempekerjakan aku.”Stefan meliriknya sekilas dan berkata, “Aku itu sedang memberikan tempat buat kamu unjuk diri. Kalau bukan karena aku, memangnya kamu bakalan dihargai sama keluargamu?”Keluarga Ardaba yang masih berusia muda tidak kalah dengan para keturunan keluarga Adhitama. Reiki bisa lebih unggul dibandingkan para saudaranya yang lain karena kemampuannya dan juga dia menjalin hubungan baik dengan Stefan. Dia menjadi salah satu orang penting di Adhitama Group.Reiki merupak