Bram masih belum menjawab, tetapi sudah terdengar langkah Chintya dari lantai atas.“Sudah boleh makan,” seru Lana dari dapur.Semuanya langsung berjalan menuju dapur dan membantu menyajikan semua bahan makanan di meja makan. Semuanya duduk dan mulai menikmati makan malam mereka.Rama mengeluarkan alkohol koleksi ayahnya serta empat gelas alkohol kecil sambil bertanya, “Ma, malam ini kita minum sedikit, ya?”“Kalau malam ini nggak berencana keluar, kalian boleh minum satu gelas kecil. Nggak boleh lebih lagi.”Kalau minum terlalu banyak, akan mabuk dan memengaruhi kerja besok pagi.“Oke, satu gelas kecil saja.”“Chintya itu perempuan, jangan minum terlalu banyak.”Rama menuangkan Setengah gelas kecil untuk adiknya. Melihat itu, Chintya tidak terima dan berkata, “Aku memang perempuan, tapi kemampuanku dalam minum nggak lebih buruk dari Kak Rama dan Kak Jerry. Satu gelas kecil masih bisa buat aku tetap sadar.”“Kalau kamu masih nego, kamu hanya minum satu teguk saja. Punyamu kasih ke Bram
Selesai makan, Chintya membawa Bram keluar. Setelah keduanya pergi, Jerry bertanya, “Kak, kamu merasa kalau adik kita malam ini terlihat aneh? Benar-benar kaku dan mudah memerah. Biasanya dia terlihat seperti lelaki dan nggak tahu malu. Dia nggak berani melihat Bram dan terlihat berbeda.”“Aku dan Chintya sudah jadi saudara selama 20 tahun lebih. Malam ini baru pertama kalinya lihat dia malu. Ternyata Chintya juga bisa malu seperti perempuan. Biasanya dia seperti lelaki yang nggak tahu malu.”Rama menuangkan air tanpa langsung menjawab adiknya. Lana kembali ke dapur untuk mencuci piring. Dia mendengar ucapan anaknya dan mendadak keluar dari dapur lagi sambil berkata, “Kalian ke sini, Mama mau bicara sama kalian mumpung Bram nggak ada di sini.”“Tentang apa? Misterius sekali. Ma, kenapa ekspresi Mama serius sekali? Hal yang buruk?”Jerry berjalan mendekati ibunya dengan raut penasaran. Melihat ekspresi ibunya yang serius, dia tidak berani bersikap main-main. Rama masih memegang teko di
Lana berpikir sejenak dan berkata, “Yang kalian bilang juga benar. Tapi setelah Bram kembali, kalian tetap harus tanya dia. Dari pada Mama cemas terus. Selain itu, meski Bram suka sama Chintya dan mereka cocok, dia itu berasal dari keluarga kaya. Keluarga kita nggak sebanding dengan mereka.”“Siapa yang tahu kalau orang tuanya bisa menerima Chintya atau nggak? Setelah papamu kembali, Mama bilang sama papamu dan minta dia bawa Rama ke Mambera. Coba cari tahu tentang orang tuanya.”Rama mengangguk dan berkata, “Aku pergi sendiri juga boleh. Malam ini aku akan memesan tiket. Besok pagi aku terbang ke Mambera.”“Tetap biarkan papamu untuk menemanimu. Kamu masih muda dan kurang pengalaman dalam menilai orang. Ayahmu sudah hidup lebih lama dan punya pengalaman di dunia. Jadi pandangannya lebih tajam. Sebagai seorang ayah yang akan menikahkan anak perempuannya, dia harus pastikan kalau keluarga calon menantunya bisa diandalkan.”Kalau bukan karena takut Bram curiga, Lana ingin pergi sendiri k
“Kalau kamu suka, mulai sekarang aku akan berikan ke kamu setiap hari,” kata Bram dengan penuh kasih sayang. “Gimana kalau sekarang aku temani kamu ke sanggar untuk ambil buket bunga itu?”“Ambil saja. Nggak perlu kasih setiap hari. Sesekali kasih aku sebagai kejutan saja sudah cukup. Kalau setiap hari aku terima buket bunga, nanti rasanya jadi biasa saja, nggak ada kesan surprise-nya lagi,” kata Chintya.Bram tersenyum. “Oke, aku ikuti saja apa katamu.”Bram memberi Chintya bunga, yang Chintya pikirkan malah kue bunga. Bram juga takut jika dia memberikan buket bunga setiap hari kepada Chintya, Chintya hanya akan memikirkan kue bunga terus, bukannya memikirkan betapa Bram mencintainya.Perempuan paling suka buket bunga uang, jadi ada uang untuk belanja. Bram bisa memberi Chintya buket bunga uang, biar Chintya ada uang untuk belanja sesuka hatinya.“Pergi beli baju dulu. Aku kasih kamu baju saja.”Chintya merasa setelah menerima buket bunga dari Bram, dia harus memberi Bram sesuatu seba
Kemudian, Jerry melirik adiknya. Begitu melihat adiknya bersikap seperti biasa saja, dia pun mengomel dalam hati. Mengapa mereka tidak terlihat seperti sepasang kekasih? Apakah Chintya masih saja menganggap Bram sebagai teman? Selain itu, apa penyakit yang diderita Bram?Lana yang sedang memotong buah langsung menyapa ketika dia melihat Bram dan Chintya masuk ke rumah. “Aku baru saja potong buah, kalian sudah pulang. Ayo sini, makan buahnya.”“Chintya belikan baju untukku.”Bram tersenyum lebar, lalu berjalan mendekat sambil membawa beberapa kantong belanjaan. Kemudian, dia duduk di samping kedua calon kakak iparnya. Dia pun mulai memamerkan pakaian yang dibelikan Chintya untuknya.Setelah melihat wajah pamer Bram, wajah Chintya seketika memanas. Tanpa berkaca pun dia tahu kalau wajahnya memerah lagi. Dia bahkan tidak duduk, langsung berkata pada keluarganya, “Ma, Kak Rama, Kak Jerry, aku naik ke atas dulu. Mau istirahat.”Usai berkata, Chintya bergegas naik ke lantai atas sambil memba
Ardian melihat jam dan berkata, “Kita memang datang kepagian. Kalau lagi musim panas, jam segini banyak orang yang sudah bangun. Gimana kalau kita tunggu di mobil sebentar nanti baru ketuk pintu?”“Aku coba telepon Bram dulu, suruh dia bangun,” kata Kania.Usai berkata, Kania mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Bram. Di sisi lain, Bram baru saja mencium bibir merah Chintya di dalam mimpinya. Sebelum dia merasakannya lebih dalam, dia dibangunkan oleh nada dering keras dari ponselnya. Setelah bangun, dia masih membayangkan ciuman di dalam mimpinya. Dia raba bibirnya, lalu dia baru menyadari kalau dia sedang bermimpi. Bukan kenyataan.Meskipun Chintya tidak menghindar, juga menghadapi pernyataan cinta Bram secara terbuka, Chintya mengatakan kalau dia butuh waktu untuk memikirkannya. Chintya tidak segera membalas perasaan Bram.Sekalipun mimpi, rasanya tetap begitu manis. Telepon sialan, siapa yang begitu tidak tahu sopan santun dan meneleponnya pagi-pagi hingga mengganggu mimpi indahnya
Bram tersenyum. “Kamu selalu terlihat cantik kapan saja. Jangan khawatir, juga nggak perlu gugup. Orang tuaku orangnya santai, kok.”“Aku nggak gugup. Aku hanya merasa ini pertemuan pertama dengan mereka. Aku nggak dandan, tapi tetap harus rapi. Aku pergi buka pintu.”Usai berkata, Chintya berjalan lebih dulu melewati halaman dan membuka pintu pagar. Sebuah mobil hitam berhenti di depan pintu pagarnya.Begitu melihat Chintya membuka pintu, orang di dalam mobil menurunkan kaca jendela. Sesaat kemudian, ada orang yang turun dari mobil. Orang itu adalah seorang perempuan paruh baya yang sangat cantik. Wajahnya terlihat agak mirip dengan Bram. Tanpa perlu ditanya, Chintya pun bisa menebak kalau perempuan paruh baya cantik itu adalah ibunya Bram.Chintya spontan menghela napas dalam hati. Ibunya Bram merawat diri dengan sangat baik. Dia lebih terlihat seperti kakaknya Bram. Jika mereka berdiri berdampingan, sama sekali tidak terlihat seperti ibu dan anak.Kania berjalan ke arah Chintya samb
Sebenarnya, Bram juga menyembunyikannya dari orang tuanya. Namun, orang tuanya bukanlah orang biasa. Orang tuanya pasti tahu semua yang Bram lakukan, tapi mereka diam saja.Lana yang sedang mengawasi di depan pintu rumah melihat putrinya membawa masuk dua orang tidak dikenal. Kedua orang itu sedikit mirip dengan Bram. Dia pun langsung tahu siapa kedua tamu yang datang mendadak itu. Lana segera membuka pintu lebar-lebar.Begitu melihat Lana, Kania hampir saja memanggilnya dengan sebutan Besan. Untung saja, dia cepat-cepat menutup mulutnya. Kania takut kalau dia terlalu buru-buru dan berujung menakuti calon besannya.Lana sendiri tidak menyangka orang tua Bram akan datang. Dalam hati berpikir, suami dan anak pertamanya baru saja pergi ke bandara, hendak terbang ke Kota Mambera untuk mencari tahu tentang orang tua Bram. Namun, ada baiknya mereka datang ke sini. Jadi saat suami dan putranya pergi cari tahu tentang keluarga Ardaba, tidak akan ketahuan oleh mereka. Dengan begitu, tidak akan
Seraya menekan amarahnya, Regina menjawab, “Tadi Fenny sama Rosalina juga datang ke acaranya Yura. Rebecca kan lumayan dekat sama Lena, jadi Rebecca kenalin Lena ke Rosalina, tapi Lena malah berharap bisa dapat Calvin. Lena ngomong kasar ke Rosalina, akhirnya dia sendiri yang kena siram.”“... kok bisa Lena ngomong begitu. Apa didikan kita cuma dia anggap sebagai angin lalu? Terus apa kamu sudah minta maaf ke Rosalina? Besok kita langsung ke rumah mereka untuk minta maaf secara personal.”Terrence tidak bertanya lagi apa yang sebenarnya Lena ucapkan, tetapi dia tahu kalau istrinya sudah marah, berarti kesalahan yang Lena lakukan sudah di luar batas wajar. Regina dan Terrence merasa mereka sudah mendidik Lena dengan sangat baik. Makanya ketika Lena mengatakan sesuatu yang jahat, Regina merasa sangat marah dan juga bersalah karena merasa telah gagal mendidik anaknya.“Aku sama Lena sudah minta maaf. Untungnya Rosalina juga nggak mempermasalahkannya. Dia baik banget, sih. Tapi kita nggak
Tidak ada yang melihat hasil tesnya, tetapi bisa dibayangkan Rosalina adalah putri kandung ayahnya, atau Johan dan Sinta tentu tidak akan menganiaya Rosalina. Namun dari hasil tes itu jika diketahui rupanya Sinta sudah lama berselingkuh.Kalau dipikir-pikir lagi sekarang, Fenny cukup beruntung karena Sinta dan Johan tidak peduli dengan Rosalina. Di bawah asuhan Rida dan pengasuhnya, cara pandang Rosalina terhadap dunia menjadi lurus. Kalau saja waktu itu Sinta dan Johan baik dan mau mendidik Rosalina, mungkin sekarang Rosalina tidak akan jadi seperti sekarang.“Bukan salah mereka, justru Mama yang jago mendidik anak-anak Mama jadi orang yang unggul. Siapa juga yang nggak suka sama orang hebat? Semua orang tua pasti mau anak perempuan mereka menikah sama cowok yang mapan. Cari menantu juga harus lihat siapa mertuanya. Pernikahan memang bukan urusan satu keluarga saja, tapi dua keluarga. Setelah menikah, suami istri harus bisa membaur ke kedua pihak dan beradaptasi sama gaya hidup mereka
“Bukannya justru aktingku bagus. Pak Lota minta aku membantu Rosalina. Tadi aku sudah bantu dia,” kata Giselle. Namun hanya dia yang tahu betapa inginnya dia mendukung Lena tadi.“Rosalina tadi ngomong begitu tujuannya sengaja menguji kamu,” kata si pengawal.“Aku juga merasa begitu. Aku yakin dia pasti mencurigai aku. Untung saja tadi aku nggak termakan jebakannya.”“Tapi akan lebih bagus lagi kalau dia nggak melakukan itu sejak awal,” kata si pengawal dengan nada dingin. Giselle sudah melalui pelatihan yang cukup keras, tetapi sifat aslinya tidak mungkin bisa hilang. Sejak awal dia memang tidak mungkin bisa dibandingkan sejajar dengan Rosalina. Entah apakah Rosalina berhasil membongkar kedok Giselle dengan pertanyaannya tadi. Yang pasti sampai di rumah nanti si pengawal harus melaporkan keadaannya kepada Lota dan lihat bagaimana tanggapannya.Setengah jam setelah Giselle pergi, Dewi dan Fenny juga mengajak Rosalina untuk pulang. Selama perjalanan, Fenny bertanya kepada menantunya, “S
“Nggak bisa, nih. Aku sudah harus pulang. Kapan-kapan kalau ada waktu kita ngobrol lagi, ya. Rebecca, aku boleh minta nomor kamu?”Rebecca tanpa keberatan memberikan nomornya kepada Giselle. Kedua pengawal yang Giselle membawa ikut masuk untuk berpamitan dengan Yura. Dan seperti biasa, Yura meminta pelayan rumahnya untuk mengantar Giselle keluar. Begitu Giselle masuk ke mobilnya, ekspresi ramah yang dia pasang sebagai topeng seketika itu juga lenyap dan tergantikan dengan wajah penuh dengan amarah. Dia tak berhenti memaki Rosalina. Kedua pengawalnya tidak menghiraukan dan membiarkan dia mengamuk sendiri.“Bikin aku kesal aja. Dasar buta, awas saja. Suatu saat nanti aku bakal bikin kamu bertekuk lutut di depanku! Jangan harap aku bakal mengasihani kamu!”“Bu Lisa, tadi penyamarannya hampir saja ketahuan,” kata salah satu pengawalnya.“Kalian nggak tahu saja seberapa sakitnya omongan yang si buta itu keluarin dari mulutnya. Dari dulu selalu saja menjelek-jelekkan aku. Sudah aku bantu, ta
Kerugian yang disebabkan kepada orang lain pada akhirnya akan berbalik ke diri sendiri. Kalaupun tidak sampai dijatuhi hukuman atau dipenjara, catatan kejahatan akan tetap ada dan itu bisa mencoreng nama baik seseorang.Kerumunan langsung terurai tanpa waktu lama. Mereka kembali minum-minum, bersenda gurau menikmati pesta seolah-olah tadi tidak terjadi apa-apa. Fenny juga merasa puas mengetahui menantunya bukanlah orang yang hanya diam saja ketika dihina oleh orang lain.Yura mempersilakan Fenny dan Dewi untuk kembali ke dalam. Setelah mereka berdua pergi, Giselle memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati kakaknya dan bertanya dengan santun, “Rosalina, Rebecca, aku boleh duduk bareng kalian?”“Oh, iya silakan,” sahut Rebecca. Dia memiliki kesan yang cukup baik terhadap Lisa karena tadi melihat Lisa membela Rosalina.Anak muda memang tidak sulit untuk bergaul. Lisa masih sangat muda meski sudah menikah. Dia justru tidak cocok ketika mengobrol dengan ibu-ibu lain yang lebih tua darinya
Rosalina selalu dianggap sebagai simbol ketabahan dan kesabaran. Lena membuat rumor yang tidak-tidak tentang Rosalina malah membuat orang lain merasa dia hanya omong kosong. Jika saja Regina tidak segera menegur anaknya, entah keributan seperti apa lagi yang terjadi.Semua orang juga baru tahu sekarang kalau ternyata Lena mengincar Rosalina karena Lena juga mencintai Calvin. Sebelumnya mereka tidak pernah mendengar desas-desus kalau Lena mengejar Calvin, karena selama ini Lena hanya mencintai Calvin secara diam-diam. Tak heran mengapa Lena mengincar Rosalina, karena dia merasa cemburu.“Maaf, ya, Rosalina. Aku yang kurang mendidik Lena dengan baik. Besok pagi aku bakal ajak Lena ke rumahmu untuk minta maaf secara personal,”kata Regina dengan penuh penyesalan, lalu tak lupa dia juga memberikan kejelasan kepada orang lain yang ada di sana. “Apa yang tadi anakku bilang nggak berdasar, dia mengarang cuma karena merasa iri sama Rosalina. Aku akan mendidik dia dengan lebih baik lagi, jadi to
Namun, Rosalina akan menggunakan jalur hukum kalau sampai fitnah Lena terhadapnya tersebar. Dia akan membiarkan Lena dihukum berdasarkan hukum yang berlaku. Lena dan Regina saling bertatapan lalu Regina pun berkata, “Kamu sudah dengar apa yang dikatakan Bu Rosalina, kan? Dia sudah sangat baik tidak melanjutkan masalah ini ke meja hijau sementara waktu. Hal ini membuktikan betapa baiknya Bu Rosalina. Tapi, bukan berarti kamu bisa seenaknya karena Bu Rosalina sudah memaafkanmu. Jangan sampai kamu berlaku seenaknya lagi seperti ini nantinya.”“Omong kosongmu bukan hanya menyakiti perasaan orang lain, tapi juga menyakiti dirimu sendiri, bahkan keluargamu. Kamu adalah putriku, jadi orang-orang pasti akan menyalahkan orang tuami dalam mendidikmu ketika mereka mendengar perkataanmu yang jahat itu. Mereka pasti mengatakan kalau aku sudah mengajarkanmu bergosip dan menyebar fitnah.”“Aku meminta maaf kepada Bu Rosalina karena ketidakmampuanku dalam mendidik putriku. Besok, kami akan menyiapkan
Bagaimana dia bisa begitu gila malam ini? Kenapa dia melontarkan kata-kata sinis dan menghina kepada Rosalina? Dia menghina Rosalina di acara jamuan makan yang dihadiri oleh anggota keluarga Adhitama lainnya dengan kata-kata yang bisa merusak reputasi Rosalina. Lena yakin kalau dirinya pasti tidak akan selamat dari amukan Calvin kalau sampai rumor buruk ini tersebar ke mana-mana. Selain itu, pandangan orang-orang terhadapnya juga akan membuatnya merasa terkucilkan dan malu bukan kepalang. Dia sudah meminum beberapa gelas anggur lalu langsung merasa cemburu dan iri ketika melihat Rosalina dan Rebecca sedang duduk sambil makan dengan gembiranya. Akhirnya, dia pun menghampiri mereka dan membuat masalah. Dia menyukai Calvin, tapi tidak berhasil mendapatkan laki-laki itu yang membuat dirinya sangat iri dan cemburu kepada Rosalina sampai dia mengatakan kata-kata penuh penghinaan kepada perempuan itu. Sayangnya, Lena telah mengabaikan satu hal kalau Rosalina tidak datang sendirian ke acara
“Memangnya apa yang kukatakan padamu? Kamu berhasil mendapatkan kerja sama bisnis tanpa minum sedikit pun pasti karena kamu mengandalkan kecantikanmu. Selain itu, Pak Calvin bisa jatuh cinta padamu pasti karena sosokmu yang baik dan wajahmu yang cantik, kan? Apa ada alasan lain lagi?”“Siapa bilang harus minum untuk mendapatkan bisnis?”Giselle memanfaatkan kesempatan ini untuk membela Rosalina dengan membantah Lena. “Bu Lena, pikiranmu itu sungguh kotor. Mungkin justru kamu yang mengandalkan kecantikan dan tubuhmu untuk mendapatkan bisnis?”“Jangan kamu pikir, semua orang sama kotornya sama kamu.”“Siapa kamu?” tanya Lena. “Kamu masih peduli siapa aku? Padahal mulutmu saja sangat bau!”Kemudian Giselle memberikan gelas anggurnya kepada Rosalina lalu berkata, “Bu Rosalina, silakan gunakan gelas saya ini untuk membersihkan mulut bau Bu Lena.”Rosalina mengambil gelas anggur itu lalu kembali menyiramkannya ke wajah Lena lalu berkata dengan dingin, “Semua orang di sini mendengarnya deng