Odelina bertanya dengan hati-hati, “Apakah mereka sedang mengawasiku?”Dia hanya datang melihat pabrik dan tidak akan tinggal lama. Namun, keluarga Gatara sudah mencarinya. Sepertinya dia mengawasi keluarga Gatara, dan sebaliknya mereka juga melakukan hal yang sama.Tujuannya ke Cianter hanya satu. Yaitu mencari tahu alasan kematian kakek dan neneknya yang sebenarnya serta merebut kembali kekuasaan keluarga Gatara. Ini adalah tugas berat yang diberikan oleh tantenya.Sesaat kemudian Odelina merasa tenang dia juga menyadari bahwa ini semua wajar. Justru sebaliknya, jika tidak maka akan terasa tidak wajar.“Aku akan keluar dan melihat siapa mereka.”Dia menduga kemungkinan mereka adalah para istri sosialita yang datang pada acara malam itu. Yang hadir dalam acara keluarga Gatara waktu itu ada lelaki dan juga perempuan. Dimas mengikutinya hadir ke acara, jika orang yang datang juga menghadiri acara itu maka Dimas pasti akan ada bayangan.Odelina membawa rombongan pengawal keluar bersama.
“Kalian dari Om Alwi dan Om Endang?” tanya Odelina. Kedua perempuan itu memerhatikan reaksi Odelina tad dan tahu jika perempuan itu ada bayangan akan suami mereka.Perempuan yang duduk di samping kursi pengemudi berkata, “Aku istrinya Om Endang, Tante Aura dan dia istrinya Om Alwi, Tante Wilo.”Odelina mengangguk dan berkata, “Waktu kalian keluar, nggak ada yang mengikuti, ‘kan?”“Nggak, di belakang ada orang yang jaga. Kamu nggak perlu khawatir.”Odelina tersenyum dan berkata, “Aku nggak khawatir dan takut. Aku hanya takut kalian ketahuan dan kalau sampai Patricia tahu, bisa bahaya untuk kalian.”Tujuan dia datang ke sini adalah untuk keluarga Gatara. Wajar jika akan bertemu dengan keluarga Gatara. Namun, keluarga Gatara yang mencarinya harus mempertimbangkan akibatnya. Jika Patricia tahu, maka mereka akan dihukum dan tidak boleh menyalahkan dirinya.Kedua bibinya terlihat sedikit ketakutan dan dengan cepat Tante Wilo berkata, “Bu Odelina, bisa bicara sebentar?”“Bisa, mau bicara di m
Keamanan di hotel tersebut sangat bagus. Jika ke sana, setidaknya mereka tidak perlu merasa tegang. Odelina tidak keberatan dan berkata, “Kalian tunggu sebentar, aku telepon dan pesan ruangan dulu.”Setelah itu dia langsung berbalik pergi. Odelina mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Ricky dan bertanya, “Kamar paling aman di Blanche Hotel ada di mana? Aku mau pinjam sebentar. Yang nggak bisa didengar dan sembarang diakses.”Tanpa pikir panjang, Ricky menjawab, “Presiden Suite paling atas, tempat yang sekarang aku tempati. Kalau Kak Odelina mau pakai, aku pinjamkan dulu.”“Oke. Ada dua orang istri dari keluarga Gatara akan ke sana juga. Tolong aturkan orang yang bisa diandalkan untuk bawa mereka naik. Hindari kamera pengaman dan jangan sampai tertangkap.”Ricky tertawa dan berkata, “Kak, tenang, akan aku atur. Kamu minta mereka datang saja dan sudah mau tiba hotel segera telepon aku.”Lelaki itu menyebutkan sebuah nomor telepon dan kemudian lanjut berkata, “Kak, nanti telepon ke nomor
Beberapa menit kemudian.“Kak Odelina,” panggil Ricky. Dia masih menunggu Odelina di sana. Begitu Odelina tiba, dia langsung membuka pintu.“Ricky, terima kasih.”“Sudah dibilang, Kakak jangan sungkan sama aku. Kak, kalian bicara saja, aku mau urus urusanku dulu.”Ricky keluar dari kamar dan membiarkan Odelina masuk. Dia berkata pada Dimas dan pengawal yang lainnya, “Kalian tunggu di sini dan jangan biarkan orang lain mendekat.”Meski lantai paling atas tidak bisa diakses oleh semua orang, lebih baik dia berjaga-jaga terlebih dahulu. Ketika Odelina masuk, kedua perempuan paruh baya itu sudah duduk di sofa. Di depan mereka terdapat minuman dan makanan ringan.“Bu Odelina,” panggil mereka sambil melepaskan masker dan kaca mata. Karena sudah memutuskan untuk bertemu, mereka juga harus menunjukkan wajah asli mereka. Kedua orang tersebut tidak terlihat terlalu tua, dan sangat terawat.“Silakan duduk,” ujar Odelina mempersilakan.Perempuan itu mengambil teko air panas dan menyeduh teh untuk
“Untuk membangkitkan kembali keluarga Gatara harus mengandalkan generasi muda. Selama generasi muda keluarga kita ada kemampuan, mereka seharusnya mendapat posisi yang penting. Menurut Tante apakah benar?”Pamannya sudah tua, meski berambisi, mereka juga sudah tidak ada energi seperti dulu lagi. Yang mereka cari sekarang adalah masa depan untuk anak dan cucunya. Ucapan Odelina merupakan sebuah janji yang tersirat.Jika posisi kepala keluarga kembali pada keturunannya, maka semua anak muda di keluarga Gatara pasti akan mendapat kesempatan. Hal ini menunjukkan bahwa dia bisa menerima keberadaan orang lain dengan potensi yang beragam.Kedua tantenya saling berpandangan sejenak. Setelah itu Aura berkata, “Benar, Bu Odelina memang keturunan dari kepala keluarga sebelumnya. Dulu dia juga berpikiran yang sama. Ketika dia masih mengurus keluarga ini, keluarga Gatara merupakan keluarga yang nggak berani diremehkan di Cianter.”Tidak seperti sekarang, semua orang tidak menganggap mereka. Meski m
“Terima kasih sudah mengingatkanku, aku pasti hati-hati.”Felicia memang serigala berbulu domba dan Odelina sudah tahu hal itu dari awal. Ada begitu banyak keluarga Gatara dan Odelina paling sering berinteraksi dengan perempuan itu. Felicia juga tidak pernah menutupi sifat aslinya ketika di depannya.“Bu Odelina, kami kembali dulu. Kalau ada keperluan, bisa perintahkan kami kapan pun.”Odelina bangkit berdiri dan membawa mereka keluar dari ruangan. Setelah itu, dia kembali ke dalam ruangan dan membereskan meja sofa. Setelah keluar dan mengunci pintu, dia bertanya pada Dimas, “Nggak ada yang naik, ‘kan?”“Nggak ada.”“Kita juga pergi,” ujar Odelina lagi. Beberapa pengawal lainnya mengikutinya dari belakang.***Kota Malinjo.Sebuah perusahaan baru didirikan di gedung perkantoran 28 lantai. Meski baru berdiri, jumlah karyawan dalam perusahaan tersebut cukup banyak. Sebagian besar karyawan merupakan orang yang dipilih oleh Bram dari berbagai tempat.Dia bilang sama keluarga Baruna bahwa d
Setelah menghabiskan selama beberapa waktu bersama dengan perempuan yang menjadi takdirnya, Bram semakin mencintainya. Karena semakin cinta, dia takut membuat Chintya ketakutan.Biasanya Bram tidak takut dengan apa pun. Selalu orang yang takut dengannya. Di hadapan Chintya, dia merasa menjadi lemah dan takut dengan apa pun.“Bram, aku tanya sama kamu. Kapan kami boleh ke sana bertemu dengan besan? Semua persiapan lamaran sudah siap, setiap kami memikirkan apa yang kurang, pasti akan langsung dibeli. Dijamin proses lamarannya sempurna,” ujar ayahnya tidak sabar.Bram juga tidak sabar, karena dia sudah hampir berusia 40 tahun. Dia dan Daniel sama-sama lelaki lajang yang berusia lanjut di Mambera. Tentu saja dia cemas. “Pa, aku masih belum menyatakan perasaanku. Bagaimana kalian mau melamar?”Ayahnya berseru, “Sudah begitu lama tapi kamu masih belum menyatakan perasaan? Ada apa? Dia ada orang yang disukai? Atau kamu yang takut?”“Pa, kamu merasa waktunya lama, tapi sebenarnya singkat. A
Ketika ibunya baru menerima ponsel, dia berkata, “Anak nakal itu sudah matikan teleponnya.”“Beraninya anak itu mematikan teleponku,” marah ayahnya.“Kita benar-benar dibuat pusing karena anak nakal ini. Dari dulu sudah kenalkan dia banyak calon, tapi nggak ada yang dia sukai. Setelah tahu dia ada masalah, dan akhirnya ada yang bisa menolongnya. Tapi anak ini malah lambat dan ragu-ragu.”“Nyatakan, melamar, menikah, melahirkan anak. Memangnya susah?” ujar Ardian.Kania berkata, “Bram nggak pernah pacaran dan nggak ada pengalaman. Sekarang dia masih meraba. Dia nggak sama seperti orang lain. Selama ada dia di Kota Malinjo, nggak ada lelaki lain yang mendekati Chintya. Tenang saja.”“Pernikahan itu masalah seumur hidup, nggak bisa buru-buru. Harus mereka sama-sama bersedia baru bisa bahagia. Kita nggak bisa memaksanya menikah. Yang ada nanti menjadi dendam.”Keluarga Baruna tidak bisa dibandingkan dengan keluarga Ardaba. Namun, sanggar mereka sudah berdiri sangat lama di Kota Malinjo. Mu
“Saya sudah tahu dari penjaga keamanan tadi.”Devina kembali berkata, “Sepertinya, Bu Katarina itu bukan orang biasa. Tapi, saya juga tidak tahu dia berasal dari mana. Bahkan dia tidak mau menjawab ketika Bu Amelia menanyakan dari perusahaan mana dan dari daerah mana dia berasal.”“Bu Amelia curiga kalau perempuan itu adalah saingan cinta Bu Olivia. Jadi, Bu Olivia harus mempersiapkan hati dan mental Ibu sebaik mungkin.”Olivia langsung kehilangan senyumannya lalu berkata, “Kenapa kalian semua berpikir kalau ada perempuan muda yang mencariku pastinya adalah saingan cintaku? Lagi pula, kenapa Amelia mengizinkan perempuan itu masuk kalau memang perempuan itu adalah saingan cintaku?”“Bu Amelia juga tidak tahu siapa dia. Pokoknya, Bu Olivia harus waspada karena perempuan itu sangat mencurigakan.”Stefan Adhitama adalah laki-laki yang luar biasa, jadi wajar saja kalau ada banyak saingan cinta Olivia yang muncul dari waktu ke waktu. Bahkan Olivia pernah mengatakan kalau dia kemungkinan masi
Namun, Daniel tidak segan untuk menggigit siapa pun yang menginjak ekornya. Mereka pastinya tidak akan melakukan hal buruk seperti itu jika mereka masih memiliki akal sehat. Semua orang yang melihat Daniel langsung menyapanya dengan sopan. Pegawai kantin juga sudah menyiapkan makanan untuk Daniel dan sudah menghidangkannya di atas meja. Kemudian Daniel duduk bersama beberapa petinggi perusahaan untuk makan bersama. Mereka makan sambil terus mengobrol dengan sangat akrab tanpa ada rasa canggung seakan mereka menganggap Daniel adalah teman mereka dan bukan bos mereka. Mereka tidak membicarakan pekerjaan di luar jam bekerja. Mereka terbiasa mengobrol tentang hal-hal konyol layaknya teman. Daniel sering mengatakan kalau mereka harus lebih bersantai setelah selesai bekerja agar tidak stres. Di saat yang bersamaan, Stefan sedang makan bersama istri tercintanya di Mambera Hotel. Mereka memutuskan untuk beristirahat di presidensial suit yang berada di lantai atas hotel setelah selesai makan
Si sekretaris mengangguk lalu kembali berkata, “Saya hanya ingin bilang kalau ada orang yang biasanya mengenakan pakaian kerja biasa lalu tiba-tiba dia mengubah penampilannya dengan mengenakan pakaian kasual yang sangat cantik. Apa yang dilakukannya pasti untuk menarik perhatian seseorang.”“Entah dia sedang jatuh cinta atau karena alasan lainnya. Tapi, perempuan terkenal senang menyenangkan diri mereka sendiri.”Daniel langsung menoleh ke arah sekretarisnya lalu berkata, “Kamu cukup mengerti tentang perempuan, ya.”“Pak Daniel, saya adalah ayah dari dua anak. Laki-laki yang sudah berkeluarga pastinya memahami perempuan. Pak Daniel bisa belajar dari saya jika ingin menyenangkan hati Bu Odelina.”“Andai saja, saya tahu sejak lama kalau kamu sangat memahami perempuan, pastinya saya sudah berhasil mendapatkan perempuan itu,” ujar Daniel bercanda. “Saya memang tidak terlalu mengerti hati perempuan. Tapi, saya tahu kalau dengan mencintai perempuan itu adalah hal yang lebih dari cukup untuk
Daniel bisa menyukai dan jatuh cinta kepada Odelina pasti karena mereka sering bertemu dan berkomunikasi satu sama lain. Daniel bukanlah laki-laki yang bisa jatuh cinta pada pandangan pertama. Daniel adalah laki-laki yang bisa jatuh cinta seiring berjalannya waktu. Raisa yakin, kalau dirinya pasti jauh lebih baik dari Odelina selama dia diberikan waktu yang cukup. Dia akan membuat Daniel melihat keunggulannya dan memilihnya. Waktu makan sudah tiba ketika mereka selesai membicarakan bisnis. Raisa langsung berinisiatif untuk mengajak Daniel makan malam bersama. Namun, Daniel menolaknya dengan berkata, “Saya belum bisa bergerak dengan leluasa. Saya tidak akan makan di luar dengan siapa pun, kecuali dengan orang-orang terdekat. Saya juga lebih suka makan di kantin perusahaan.”“Oke, saya akan mentraktir Pak Daniel setelah Pak Daniel pulih sepenuhnya.”Raisa tidak bisa memaksakan keinginannya kepada Daniel. Dia takut, sikap agresifnya justru akan membuat Daniel membencinya. Dia juga taku
Raisa selalu merasa senang dan santai setiap kali minum kopi ketika suaminya masih hidup. Namun sekarang, dia harus minum kopi agar bisa tetap segar ketika bekerja. Daniel meminta sekretarisnya untuk menyiapkan kopi bagi Raisa dengan berkata, “Siapkan kopi untuk Bu Raisa saja dan segelas air hangat untuk saya. Saya sudah minum kopi di kantornya Stefan.”Daniel terbiasa minum kopi di pagi hari. Dia jarang sekali minum kopi di sore hari karena dia takut tidak bisa tidur ketika malam hari dan akan membuat matanya kelelahan. “Pak Daniel pergi ke Adhitama Group tadi?” tanya Raisa dengan senyuman lembut di wajahnya. “Ya, ada urusan mendesak, makanya saya pergi ke sana untuk mendiskusikannya dengan Pak Stefan,” jawab Daniel seadanya. Raisa memutuskan untuk tidak menanyakan hal itu lebih lanjut setelah mendengar jawaban Daniel yang seakan tidak ingin membicarakannya secara detail. Semua masyarakat kelas atas Mambera mengetahui kalau Stefan, Daniel dan Reiki adalah sahabat yang sangat dekat
Raisa mengambil alih posisi berdiri sekretaris Daniel dan mulai mendorong kursi roda Daniel menuju ruang CEO. Kedua sekretaris mereka mengikuti dari belakang dalam diam. “Bu Raisa, saya bisa melakukannya sendiri,” ujar Daniel yang menolak Raisa untuk mendorong kursi rodanya karena kursi roda yang digunakannya sekarang adalah kursi roda otomatis. Raisa langsung tersenyum seraya berkata, “Saya tidak mendorongnya, kok. Pak Daniel yang menggerakkannya sendiri.”Raisa sengaja tidak mengenakan pakaian kerjanya seperti biasa. Dia memilih untuk mengenakan pakaian kasual dan tidak menyanggul rambutnya. Dia membiarkan rambutnya tergerai dan mengenakan perhiasan yang biasa dia kenakan ketika suaminya masih hidup. Ditambah lagi, dengan riasan wajah yang membuatnya semakin cantik dan awet muda seakan dia masih berusia 20 tahun. Semua orang pastinya tidak akan menyangka kalau Raisa adalah seorang janda berusia 30 tahunan dan memiliki putra berusia 9 tahun. Bahkan putranya memuji Raisa ketika dia
“Sudah, jangan terlalu banyak berpikir. Hujan dan badai yang kalian berdua harus hadapi, jauh lebih banyak daripada pasangan lainnya. Kalian selalu bisa melihat pelangi setelah badai. Kak Odelina sedang sangat sibuk sekarang. Dia benar-benar tertekan dengan perusahaan barunya. Kamu juga tahu itu, kan?”“Walaupun dia pernah bekerja cukup baik sebelum menikah, tapi dia adalah ibu rumah tangga setelah menikah. Dia menarik diri dari dunia sosial selama bertahun-tahun. Sampai akhirnya, dia berhasil mendirikan usahanya sendiri, tapi itu juga belum lama. Sekarang, dia harus membuka perusahaan baru yang dibangun secara khusus untuk menyaingi Gatara Group.”“Pengalamannya masih belum cukup dan dia berada dalam tekanan yang cukup besar. Selain itu, penerus Gatara Group juga bukan orang biasa yang tidak bisa apa-apa. Mereka berdua sama-sama sedang berjuang keras. Dia mengatakan tidak ingin terburu-buru untuk meresmikan pernikahan kalian pasti karena dia ingin fokus untuk mengurus perusahaan barun
Selain itu, ketiga kakaknya juga akan membantunya mengurus perusahaan, jadi Daniel bisa memulihkan tubuh dan mengejar calon istrinya dengan lebih leluasa. “Oke, kita bicarakan lagi nanti malam,” pungkas Odelina lalu menutup panggilan teleponnya yang telah mempersilakan sekretarisnya masuk.Sekretaris mengetuk pintu ruangannya untuk memberitahu kalau ada seorang klien yang datang. Odelina sendiri yang akan menerima dan menemui semua kliennya saat ini agar dia bisa segera mendapatkan kontrak kerja sama dari berbagai klien. Dia ingin agar perusahaannya memiliki pekerjaan yang bisa mereka kerjakan setelah libur tahun baru. Daniel melepaskan ponsel dari telinganya setelah Odelina mengakhiri panggilan mereka. Namun, wajah Daniel tampak kosong sambil terus memegangi ponselnya. Stefan sedang menikmati kopi sambil menatap sahabatnya itu sampai akhirnya tatapan mereka saling beradu. “Kenapa kamu menatapku begitu?” tanya Daniel sambil meletakkan ponselnya. “Kamu mikirin apa, sih? Pikiranmu pa
“Proses pembuatan surat nikah nggak lama, kok. Kita bisa melakukannya setelah kamu pulang,” ujar Daniel yang bersikeras untuk mendapatkan surat nikah terlebih dahulu. Odelina pasti akan lebih tenang setelah mereka resmi menikah karena tidak akan lagi ada perempuan di luar sana yang berpikiran untuk bisa merebut Daniel dari sisinya. “Daniel, kita bicarakan masalah ini nanti saja kalau aku ada waktu kosong. Sekarang, lebih baik kita pertimbangkan dulu semuanya baik-baik.”“Kita nggak bisa bertindak impulsif karena pernikahan adalah hal besar di dalam hidup kita. Terlebih lagi, aku adalah seorang janda, jadi aku harus ekstra hati-hati dalam menghadapi pernikahan keduaku nantinya.”Daniel langsung berpikir kalau Odelina mungkin terlalu sibuk atau mungkin karena mimpi itu telah mengubah pikiran Odelina sampai ingin menunda peresmian hubungan mereka. Sebenarnya, apa yang dikatakan Odelina sudah cukup jelas, kegagalan pernikahannya terus membayangi keputusannya untuk menikah kembali. Kerag