Keamanan di hotel tersebut sangat bagus. Jika ke sana, setidaknya mereka tidak perlu merasa tegang. Odelina tidak keberatan dan berkata, “Kalian tunggu sebentar, aku telepon dan pesan ruangan dulu.”Setelah itu dia langsung berbalik pergi. Odelina mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Ricky dan bertanya, “Kamar paling aman di Blanche Hotel ada di mana? Aku mau pinjam sebentar. Yang nggak bisa didengar dan sembarang diakses.”Tanpa pikir panjang, Ricky menjawab, “Presiden Suite paling atas, tempat yang sekarang aku tempati. Kalau Kak Odelina mau pakai, aku pinjamkan dulu.”“Oke. Ada dua orang istri dari keluarga Gatara akan ke sana juga. Tolong aturkan orang yang bisa diandalkan untuk bawa mereka naik. Hindari kamera pengaman dan jangan sampai tertangkap.”Ricky tertawa dan berkata, “Kak, tenang, akan aku atur. Kamu minta mereka datang saja dan sudah mau tiba hotel segera telepon aku.”Lelaki itu menyebutkan sebuah nomor telepon dan kemudian lanjut berkata, “Kak, nanti telepon ke nomor
Beberapa menit kemudian.“Kak Odelina,” panggil Ricky. Dia masih menunggu Odelina di sana. Begitu Odelina tiba, dia langsung membuka pintu.“Ricky, terima kasih.”“Sudah dibilang, Kakak jangan sungkan sama aku. Kak, kalian bicara saja, aku mau urus urusanku dulu.”Ricky keluar dari kamar dan membiarkan Odelina masuk. Dia berkata pada Dimas dan pengawal yang lainnya, “Kalian tunggu di sini dan jangan biarkan orang lain mendekat.”Meski lantai paling atas tidak bisa diakses oleh semua orang, lebih baik dia berjaga-jaga terlebih dahulu. Ketika Odelina masuk, kedua perempuan paruh baya itu sudah duduk di sofa. Di depan mereka terdapat minuman dan makanan ringan.“Bu Odelina,” panggil mereka sambil melepaskan masker dan kaca mata. Karena sudah memutuskan untuk bertemu, mereka juga harus menunjukkan wajah asli mereka. Kedua orang tersebut tidak terlihat terlalu tua, dan sangat terawat.“Silakan duduk,” ujar Odelina mempersilakan.Perempuan itu mengambil teko air panas dan menyeduh teh untuk
“Untuk membangkitkan kembali keluarga Gatara harus mengandalkan generasi muda. Selama generasi muda keluarga kita ada kemampuan, mereka seharusnya mendapat posisi yang penting. Menurut Tante apakah benar?”Pamannya sudah tua, meski berambisi, mereka juga sudah tidak ada energi seperti dulu lagi. Yang mereka cari sekarang adalah masa depan untuk anak dan cucunya. Ucapan Odelina merupakan sebuah janji yang tersirat.Jika posisi kepala keluarga kembali pada keturunannya, maka semua anak muda di keluarga Gatara pasti akan mendapat kesempatan. Hal ini menunjukkan bahwa dia bisa menerima keberadaan orang lain dengan potensi yang beragam.Kedua tantenya saling berpandangan sejenak. Setelah itu Aura berkata, “Benar, Bu Odelina memang keturunan dari kepala keluarga sebelumnya. Dulu dia juga berpikiran yang sama. Ketika dia masih mengurus keluarga ini, keluarga Gatara merupakan keluarga yang nggak berani diremehkan di Cianter.”Tidak seperti sekarang, semua orang tidak menganggap mereka. Meski m
Cuaca di Mambera pada bulan Oktober masih sangat panas. Orang-orang hanya bisa merasakan sedikit kesejukan di pagi dan malam hari.Olivia Hermanus bangun pagi-pagi sekali, membuatkan sarapan untuk satu keluarga kakaknya yang beranggotakan tiga orang, lalu mengambil Kartu Keluarga dan pergi diam-diam.“Mulai sekarang, semua biaya patungan. Mau itu biaya hidup, cicilan KPR, cicilan mobil, semuanya patungan! Adikmu tinggal di rumah kita. Minta dia bayar setengah. Apa gunanya memberi kita 4 juta sebulan? Apa bedanya itu dengan makan dan tidur gratis?”Inilah kata-kata yang Olivia dengar keluar dari mulut kakak iparnya ketika kakaknya dan kakak iparnya bertengkar tadi malam.Dia harus keluar dari rumah kakaknya.Namun, kalau dia tidak ingin membuat kakaknya mengkhawatirkannya, hanya ada satu jalan, yaitu menikah.Dia ingin menikah dalam waktu singkat, tapi dia bahkan tidak punya pacar. Jadi, dia memutuskan untuk menyetujui permintaan Nenek Sarah, wanita tua yang pernah dia tolong sebelumnya
“Aku sudah menyetujuinya, jadi aku nggak akan menarik balik kata-kataku.”Olivia juga sudah memikirkannya selama beberapa hari sebelum mengambil keputusan ini. Jadi, dia tidak akan mundur.Mendengar perkataan Olivia, Stefan juga tidak berusaha membujuknya lagi. Pria itu mengeluarkan kartu identitasnya dan meletakkannya di depan staf Kantor Urusan Agama.Olivia juga melakukan hal yang sama.Keduanya dengan cepat menyelesaikan proses pembuatan buku nikah, yang memakan waktu kurang dari sepuluh menit.Setelah menerima buku nikah dari staf, Stefan mengeluarkan satu set kunci yang telah dia siapkan sebelumnya dari saku celananya. Dia kemudian menyerahkannya kepada Olivia dan berkata, “Rumah yang aku beli ada di Lotus Residence. Kata Nenek, kamu membuka sebuah toko buku di depan SMP Negeri Kota Mambera. Rumahku nggak jauh dari sana. Kalau naik bus, kamu bisa sampai ke sana dalam sepuluh menit.”“Kamu punya SIM, nggak? Kalau punya, beli satu mobil saja. Aku bisa membantumu membayar DP, lalu k
“Nek, tentu.” Olivia menanggapi dengan santai.Meski Nenek Sarah memperlakukannya dengan sangat baik, Stefan adalah cucunya sendiri, sedangkan dirinya hanya seorang cucu menantu. Kalau mereka bertengkah, memangnya keluarga Adhitama akan memihak padanya?Olivia tidak percaya.Sama seperti mertua kakaknya.Sebelum menikah, mereka begitu baik kepada kakaknya. Saking baiknya, putri kandung mereka sampai cemburu.Setelah menikah, mertua kakaknya berubah. Setiap kali kakaknya dan suaminya bertengkar, ibu mertua kakaknya pasti akan bilang bahwa kakaknya bukan istri yang baik.Jadi, anak adalah keluarga sendiri, sedangkan menantu adalah orang luar.“Kamu mau pergi kerja, ‘kan? Kalau begitu Nenek nggak ganggu lagi, deh. Nenek akan menyuruh Stefan untuk menjemputmu dan makan malam bersamamu nanti.”“Nek, tokoku tutupnya malam. Aku mungkin nggak bisa pulang untuk makan. Gimana kalau di akhir pekan?”Sekolah libur di akhir pekan. Bagi toko buku seperti miliknya yang bergantung pada murid sekolah u
“Kak, Kakak sendiri yang bilang, itu properti yang dimilikinya sebelum menikah. Aku nggak membayar sepeser pun. Nggak masuk akal dong kalau memintanya menambahkan namaku di dalam sertifikat rumah. Hal ini nggak usah dibahas lagi.”Begitu mereka selesai mengurus buku nikah, Stefan langsung memberi Olivia kunci rumahnya. Olivia bisa langsung pindah dan tinggal di sana. Ini sudah membantunya dalam masalah tempat tinggal. Sudah sangat bagus.Dia tidak akan meminta Stefan untuk menambahkan namanya ke sertifikat rumah. Namun, kalau Stefan yang berinisiatif sendiri untuk menambahkan namanya, dia tidak akan menolak, karena mereka adalah suami istri, dan mereka akan hidup bersama seumur hidup.Odelina sebenarnya juga hanya bilang saja. Dia tahu adiknya orangnya mandiri dan tidak rakus akan uang. Jadi, dia juga tidak mempermasalahkan hal ini lebih lanjut.Setelah diinterogasi dengan banyak pertanyaan, Olivia akhirnya bisa keluar dari rumah kakaknya.Kakaknya ingin mengantarnya ke Lotus Residence
Stefan berkata dengan acuh tak acuh, “Lanjutkan rapatnya.”Orang yang duduk paling dekat dengannya adalah adik sepupunya, yaitu cucu kedua dari keluarga Adhitama yang bernama Calvin Adhitama.Calvin mencondongkan badan dan bertanya dengan suara rendah, “Bro, aku mendengar apa yang Nenek katakan padamu. Apa kamu benar-benar sudah menikahi wanita bernama Olivia itu?”Stefan memberinya tatapan tajam.Calvin menyentuh hidungnya, duduk tegak, dan tidak berani bertanya lagi.Namun, dia sangat simpati pada kakak sepupunya ini.Meskipun cucu-cucu dari keluarga Adhitama tidak perlu menikah dengan keluarga kaya lain untuk memperkuat pengaruh mereka, istri kakak sepupunya ini tidak berasal dari latar belakang yang sama dengan mereka. Itu semua hanya karena nenek mereka menyukai wanita bernama Olivia itu, lalu menyuruh Kak Stefan untuk menikahi wanita itu. Kak Stefan benar-benar kasihan.Calvin lagi-lagi menatap kakak sepupunya itu dengan prihatin.Untungnya, dia bukan cucu pertama. Kalau tidak, d