Ricky terkekeh dan berakta, “Kamu pasti nggak terbiasa. Kamu begitu serius, makanya kamu harus latihan. Kalau langsung sama aku kamu merasa malu, kamu bisa latihan di kamar. Nggak akan ada yang tertawa dan mendengarnya.”Rika langsung memotong daging dan memasukkannya dalam mulut Ricky. Tiba-tiba ponsel lelaki itu berdering. Dia mengeluarkan ponselnya dan melihat nama Odelina di layar.“Kak Odelina, kenapa?”Odelina tertawa dan berkata, “Nggak ada apa-apa, hanya mau bilang sama kamu kalau ada banyak wartawan di depan hotel. Aku sudah cari tahu, Rika sudah mengungkapkan kalau dia perempuan? Sekarang wartawan datang dan mungkin mau dapat kepastian dari mulutmu.”“Aku sudah menebak mereka akan menungguku di Blanche Hotel. Di seberang juga pasti ada banyak wartawan.”“Dimas pergi lihat dan katanya ada yang menunggu. Hari ini ada banyak orang yang datang ke hotel. Ricky, kamu dan Rika kemarin malam melakukan apa? Gosip ini beredar sangat cepat, aku baru turun saja langsung mendengar ada gos
Odelina tertawa dan berkata, “Jangankan Russel, tadi pagi aku juga nggak mau keluar dari selimut. Kak, Cianter lebih dingin, ‘kan? Ada banyak yang mengunggah foto salju. Di sini nggak bisa turun salju, tapi di bagian utara bisa. Di ruangan dingin, kita akan ikut merasa kedinginan.”“Pakaikan dia lebih banyak pakaian. Baju seragam sekolah dia nggak tebal.”Putranya baru berusia tiga tahun dan sudah tidak ada di sisinya. Bohong jika dia bilang tidak khawatir.“Sudah, Kak. Tenang saja, aku nggak akan buat dia kedinginan. Kak, Kakak harus jaga diri di sana, jangan sampai kedinginan.”“Kakak juga bukan anak kecil, bisa tahu dingin atau panas. Hari ini kamu kembali ke kantor? Cuaca di Mambera beberapa hari ini lebih dingin. Bagaimana kalau kamu di rumah dulu dan jangan ke kantor? Stefan masih bisa menghidupimu, nggak perlu kamu kerja untuk mencari uang.”Odelina terlihat sibuk sekali, tetapi dia tetap ingin menasihati adiknya untuk istirahat di rumah saja selama hamil.“Nggak apa-apa, di kan
Agar orang-orang tahu jika keluarga Olivia juga hebat. Odelina bisa menuruti tantenya untuk datang ke Cianter adalah selain mencari tahu kebenaran dari kecelakaan neneknya, yaitu merebut kembali posisi kepala keluarga Gatara. Tujuannya agar memberikan dukungan bagi adiknya.Meski keluarga Gatara di Cianter semakin redup, setidaknya mereka juga keluarga kaya yang cukup besar."Kak, Kakak selalu menjadi pendukungku. Kita berdua sudah saling bergantung selama belasan tahun. Kakak adalah sandaranku dan aku juga sandaran kakak," kata Olivia."Seumur hidup hanya kita berdua, nggak perlu membicarakan hal yang begitu emosional. Kamu sibuk dulu, Kakak sekarang baru mau sarapan.""Aku juga baru selesai sarapan dan siap-siap kembali ke kantor. Kakak makan sarapan dulu, kalau ada apa-apa hubungi aku kapan pun. Nanti siang kalau sudah jemput Russel, aku akan telepon Kakak.""Oh, iya, Kak Daniel bilang siang nanti mau jemput Russel, aku nggak perlu repot lagi."Setelah Daniel kembali dari Cianter, l
Olivia tertawa dan berkata, “Aku nggak khawatir nggak akan akur dengan mereka. Aku hanya penasaran orang seperti apa yang dipilih Nenek untuk mereka.”Olivia hanya ingin tahu saja. Dia tidak khawatir bahwa dirinya tidak akur dengan para iparnya. Pilihan neneknya pasti bagus dan sifat mereka juga baik. Meski tidak baik, dia juga tidak masalah jika tidak akur dengannya.Semua orang tinggal di Vila Permai dengan rumah masing-masing. Jika akur maka akan banyak topik pembahasan, kalau tidak maka jaga hubungan secara umum saja.“Aku juga nggak tahu mereka orang seperti apa. Seharusnya penampilan mereka nggak buru, karena semua sepupuku semuanya luar biasa. Kalau terlalu jelek, Nenek nggak akan memilihnya. Samuel bahkan sudah lama nggak mencariku. Aku juga nggak tahu pasangannya seperti apa.”Untuk apa dia peduli karena itu bukan wanitanya? Cepat atau lambat, adiknya akan membawa mereka pulang juga.“Nggak tahu apa yang Nenek lihat dari aku. Meski aku nggak jelek, tapi aku nggak ada latar bel
Stefan akhirnya berada sekitar setengah jam di kantor Olivia. Akhirnya dia pergi setelah berkali-kali didesak oleh Olivia.CianterAda banyak wartawan di sekitar Aurora Group, kediaman keluarga Arahan, Blanche Hotel dan juga Amber Palace Hotel. Tujuan mereka hanya satu, yaitu memastikan apakah Riko Arahan benaran seorang perempuan atau bukan.Pintu rumah keluarga Arahan tertutup rapat. Wartawan yang menekan bel disambut oleh seseorang, tetapi tidak ada yang diperbolehkan masuk. Begitu menanyakan orang yang keluar, orang tersebut tidak tahu apa pun.Rhoma dan Cathy masih menutup ponsel mereka. Hanya ponsel Ronald yang bisa dihubungi, tetapi lelaki itu tidak menerima telepon siapa pun yang tidak dikenal. Saat ini, Rika sedang dalam perjalanan kembali ke kantor dengan ditemani oleh Ricky.Ketika mobil hampir tiba di Aurora Group, mobil Ricky melaju dan berhenti di bagian depan. Para wartawan langsung mengerumuni mobil yang begitu familier. Akhirnya Ricky terpaksa berhenti mendadak.Semua
“Memangnya kenapa kalau dia perempuan? Apa hubungannya masalah itu dengan kalian? Dia hanya membuatku senang saja, sama seperti aku yang pakai pakaian perempuan untuk menyenangkan dia.”Semua orang merasa ucapan Ricky masuk akal. Namun, mereka tidak terima jika harus pergi begitu saja. Mereka hanya perlu sebuah jawaban saja, apa alasan Riko mengenakan pakaian perempuan.“Kalau kalian nggak pergi, kalian kasih aku jalan dan biarkan aku masuk. Kalian lanjut menunggu saja.”“Pak Riko masih belum datang. Pak Ricky masuk juga nggak bisa ketemu dia,” ujar seorang wartawan.“Pak Riko ada di belakangku, kalian nggak lihat mobilnya? Kalian hanya berani menahan mobilku, memangnya kalian berani menahan mobil dia?”Semua orang langsung menoleh dan menemukan mobil Riko yang perlahan mendekat. Mereka ingin mengerumuni mobil tersebut, tetapi tidak ada satu orang pun yang bergerak. Ricky bukan warga Cianter. Meski dia dari keluarga Adhitama, lelaki itu tetap harus kembali ke Mambera.Selain itu Ricky
Lelaki itu masuk ke dapur kecil.“Ricky, aku mau air hangat,” ujarnya sedikit haus.“Oke,” ujar Ricky.Tidak lama kemudian, lelaki itu memberikan air hangat padanya sambil tersenyum lebar. Rika tersenyum dan berkata, “Kenapa melihatku seperti itu? Kamu menatapku terus menerus, apa kamu sudah nggak mengenalku?”“Rika, aku merasa kamu tampan sekali! Benar-benar keren!”Rika mendelik pada lelaki itu dan duduk sambil minum dengan anggun. Setelah itu dia membuka laptop dan berkata, “Aku lelaki atau perempuan itu urusanku. Aku nggak merasa harus jelaskan pada mereka. Asalkan aku jawab, maka akan ada banyak pertanyaan lainnya yang datang.”“Betul. Tapi kamu bilang setahun kemudian ada jawabannya, apakah satu tahun ini seperti apa yang aku pikirkan?” tanya Ricky sambil tersenyum.Dia memikirkan satu tahun kemudian mereka akan menjadi suami istri yang sah. Asalkan dia lebih giat, maka di perutnya lelaki itu akan ada Ricky junior. Pada saat itu, maka akan jelas apakah dia lelaki atau perempuan.
“Ricky bukannya nggak baik. Tapi entah kenapa makin aku lihat maka makin aku merasa nggak nyaman.”Ronald saja tidak pernah mengenakan pakaian perempuan untuknya, tetapi untuk Ricky. Bahkan dia memberi tahu semua orang dirinya perempuan demi Ricky. Ronald merasa cemburu dengan keadaan tersebut. Meski dia berharap kakaknya kembali menjadi perempuan dan menikah dengan lelaki baik, ketika kakaknya akan menikah dia tetap merasa tidak rela.“Kak, atau nggak coba tanya sama Ricky dia mau menikah ke sini nggak? Aku nggak rela Kakak menikah jauh. Aku hanya ada seorang Kakak saja. Papa dan Mama juga hanya ada seorang anak perempuan. Kakak tega meninggalkan kami dan menikah ke Mambera? Kalau Ricky nggak mau ke sini, tinggalkan saja dia.”“Dengan kondisi Kakak yang seperti ini, nggak sulit untuk mencari lelaki lain. Kak, matamu kenapa? Kenapa berkedip terus? Ada sesuatu yang masuk ke mata?” tanya Ricky lagi ketika melihat kakaknya berkedip tanpa henti.Rika mendelik pada adiknya. Biasanya lelaki