Olivia orangnya sebenarnya bisa diajak bicara baik-baik dan sangat menghormati orang yang lebih tua. Tentu saja, dia hanya akan menghormati orang yang memang bisa dianggap sebagai orang yang lebih tua.“Olivia, orang-orang tadi itu keluargamu dari kampung? Apa mereka datang mengganggumu lagi? Apa mereka memintamu untuk membayar biaya pengobatan nenekmu? Orang-orang itu benar-benar nggak tahu malu. Mereka bawa mobil dan tinggal di vila, bahkan punya tabungan miliaran, tapi nggak mau mengeluarkan uang untuk pengobatan ibu mereka sendiri dan malah memaksa dua keponakan mereka yang orang tuanya sudah meninggal untuk membayarnya.”“Aku pernah melihat orang yang nggak tahu malu, tapi belum pernah melihat yang nggak tahu malunya seperti mereka. Benar-benar pertama kali lihat.”“Iya, orang tua Olivia meninggal karena kecelakaan. Uang kompensasinya saja dibagi-bagi oleh mereka. 15 tahun lalu, yang 1,2 miliar itu sangat besar. Mereka bisa punya hidup yang berkecukupan seperti sekarang ini semua
Sambil tersenyum malu, Olivia berkata, “Lain kali, kalau ada masalah yang nggak bisa aku selesaikan, aku pasti akan memberimu kesempatan untuk membantuku.”Stefan tidak perlu turun tangan menyelesaikan masalah yang bisa dia selesaikan sendiri.Supaya dia tidak perlu berhutang budi pada pria ini.Stefan berkata padanya, “Masalah apa yang nggak bisa kamu selesaikan sendiri?”Olivia menyeringai dan berkata, “Ada banyak. Banyak. Aku nggak bisa memikirkannya sekarang. Pak Stefan, pergilah bekerja.”Setelah menatap Olivia dalam diam beberapa saat, Stefan berkata dengan dingin, “Aku balik ke kantor untuk lembur dulu. Jam berapa kamu tutup toko malam ini? Aku akan ke sini untuk menunggumu dan kita pulang bersama. Aku takut orang-orang itu akan datang menghentikan mobilmu lagi.”“Nggak akan, kok. Itu juga karena Hendra masih muda, makanya bisa melakukan hal seperti itu. Setelah dipenjara kali ini, dia nggak akan berani melakukan untuk kedua kalinya. Jangan lihat mereka sepertinya sangat berani,
Kalau parah, penyakit perlemakan hati bisa berubah menjadi sirosis. Dia tidak ingin menjadi penderita sirosis.Setelah keluar dari kompleks, Odelina mendorong anaknya ke toko susu.Dulu, adiknya yang selalu membantunya membawakan susu pulang ke rumah.Jalan ke toko itu cukup jauh, jadi dia anggap ini sebagai jalan-jalan.“Papa.” Russel tiba-tiba memanggil “Papa”.Odelina cepat-cepat melihat sekeliling, tetapi tidak melihat Roni.Dia bertanya pada putranya, “Russel, kamu melihat papamu?”Russel menunjuk ke sebuah mobil yang diparkir di pinggir jalan dan memanggil “Papa”.Maksudnya adalah, mobil itu adalah mobil ayahnya.Odelina melihat mobil yang ditunjuk anaknya itu. Memang modelnya sama dengan mobil suaminya, tapi plat nomornya bukan milik pria itu.Dia tersenyum dan berkata, “Russel, itu bukan mobil Papa. Itu hanya mobil yang modelnya sama dengan mobil papamu, dengan nomor plat yang berbeda. Jadi, itu bukan mobil papamu.”Russel jarang bermain dengan ayahnya, tapi bisa mengingat mobi
Begitu Odelina meletakkan ponsel itu di sebelah telinganya, dia langsung mendengar Roni memarahinya di telepon, “Apa yang kamu ajarkan ke Russel biasanya? Kamu mengajarinya untuk nggak menyukai kakak sepupunya, nggak mengerti untuk bersikap ramah dan saling berbagi. Masa waktu aku bilang mau beli mainan untuknya, dia bilang jangan beli untuk kakak sepupunya.”Setelah dimarahi suaminya, Odelina pun jadi ikut marah. “Apa yang aku ajarkan ke Russel? Apa itu salah Russel? Aiden, anak kakakmu itu, selalu merebut mainan Russel setiap kali datang ke rumah, juga memukul Russel. Dia pikir Russel itu adonan, yang bisa dicubit dan dipukul seenaknya?“Jelas-jelas salahnya Aiden. Kamu sebagai papanya bukannya melindungi putra sendiri, masih menyalahkan putramu nggak pengertian? Apa kamu maunya Russel memberikan semua mainannya pada Aiden, lalu kalau Aiden memukulnya, dibiarkan saja?”“Aiden itu terlalu dimanjakan oleh kakak dan orang tuamu. Dia selalu menindas Russel. Mata kalian semua itu buta, ya
Bukannya menganggap rendah, Yenny malah sangat senang.Roni merasa Yenny benar-benar menyukainya dan bukan menginginkan uangnya. Wanita itu ingin tumbuh tua bersamanya dan bukan untuk main-main saja. Karena itulah, wanita itu menolak untuk berhubungan seks dengannya. Wanita itu begitu serius dengannya, jadi dia juga menjadi lebih serius.Dia juga berjanji kepada Yenny bahwa jika dia sudah menabung lebih banyak, dia akan memberikan mobil baru untuk wanita itu.Yenny sangat terharu hingga menciumnya beberapa kali, membuatnya terbuai dan sangat bahagia.Apa lagi yang bisa Odelina katakan? Roni sudah menutup telepon, lalu dia mentransfer 2,4 juta kepada Odelina untuk membeli susu.Meskipun Roni tidak memberinya 4,8 juta dan hanya memberi 2,4 juta, Odelina tetap menerimanya.“Ada apa? Apa itu istrimu?”Ketika Roni mengangkat telepon, Yenny berjalan menjauh dengan pengertian.Setelah melihat Roni menutup telepon, dia baru datang membawa dua gelas anggur merah.Malam ini, Yenny berpakaian sep
Yenny berkata, “Russel adalah anak kalian berdua, jadi memang sudah seharusnya dibiayai berdua. Kamu nggak salah.”Tentu saja Roni juga menganggap dirinya tidak salah.Dia menyesap anggurnya dan berkata, “Mambera Hotel memang hotel paling eksklusif. Anggur merah di sini lebih enak dari yang biasa kita minum.”Yenny tersenyum dan berkata, “Iya dong, kita juga tahu acara ap aini. Sayangnya yang datang malam ini kebanyakan bos perusahaan kecil atau profesional seperti kita. Nggak ada bos dari Sanjaya Group atau Adhitama Group, perusahaan besar gitu.”Dia sangat ingin melihat sosok Pak Stefan lagi.Sebelumnya dia pernah bertemu dengan pria itu, tapi dia tidak melihat wajahnya. Dia tidak tahu apakah pria itu benar-benar sedingin dan setampan yang dikatakan orang.“Di masa depan, kita pasti akan memiliki kesempatan untuk bertemu dengan mereka,” hibur Roni.Dia merasa lebih menyayangkan hal ini darinya. Bagaimanapun juga, wanita ini hanya sekretarisnya. Dia yang seorang profesional.Kalau dia
Setiap kali bos perusahaan berganti, maka para petinggi perusahaan juga akan berganti.Bos baru itu pasti ingin memiliki orang kepercayaannya sendiri.Setelah mendengarkan penjelasan Darwin, Roni tiba-tiba tertarik untuk mendekati Albert. Dia bertanya kepada Darwin sambil tersenyum, “Apa Pak Darwin mengenal Pak Albert? Bisa nggak kenalkan aku dengan dia?”Wieland Electro memiliki hubungan kerja sama dengan perusahaan tempat Darwin bekerja. Kalau tidak, keduanya tidak akan saling mengenal.Darwin tersenyum dan berkata, “Kelihatannya Pak Roni nggak sabar ingin mengenal Pak Albert. Nanti dia akan segera datang untuk mencari tempat duduk. Waktu dia datang, aku akan mengenalkannya padamu.”Roni tersenyum lebar mendengarnya. Dia sangat berterima kasih pada Darwin, mengangkat gelasnya dan berkata pada pria itu, “Pak Darwin, mari bersulang.”Darwin mendentingkan gelasnya dengan Roni, lalu meneguk dua kali dan melihat ke arah Roni. Tatapannya sedikit genit. Dia berkata pada Roni, “Bu Yenny cant
“Halo, Pak Albert.” Roni mengulurkan tangan kanannya untuk menjabat tangan Albert.Sambil berjabat tangan dengan pria itu, Albert berkata, “Sepertinya aku pernah mendengar nama Pak Roni sebelumnya.”Nama Roni terdengar familier di telinganya.Roni agak tersanjung dan berkata, “Pak Albert pernah mendengar namaku?”Tak disangka, dia ternyata begitu terkenal di dunia kerja ini, sampai tuan muda keluarga Pratama saja pernah mendengar namanya.Albert tersenyum dan berkata, “Kedengarannya nggak asing. Aku seharusnya pernah mendengar Pak Roni disebut-sebut sebelumnya, tetapi aku belum pernah bertemu dengan Pak Roni secara langsung. Hari ini akhirnya ketemu.”Roni buru-buru mengeluarkan kartu namanya, menyerahkannya kepada Albert, dan berkata sambil tersenyum, “Pak Albert, kita ditakdirkan untuk bertemu. Ini kartu namaku. Tolong banyak bantu aku di masa depan.”Albert mengambil kartu nama Roni, membacanya, dan menyimpannya.Dia melirik Yenny yang terus tersenyum sedari tadi. Meskipun dia meras
“Aku dengar dari Daniel, mereka berencana daftar pernikahan mereka setelah Tahun Baru. Tunggu Odelina lebih senggang baru adakan resepsi. Aku dan papanya Daniel sudah siapkan mas kawin untuk Odelina, juga sedang pilih-pilih hari.”Mereka juga harus menunggu Odelina ada waktu senggang dan pulang ke Kota Mambera. Setelah itu, mereka baru memilih hari untuk mengantarkan mas kawin. Sekarang Odelina sangat sibuk, anaknya saja diurus Olivia. Sejak pergi ke Kota Cianter, Odelin belum kembali ke Kota Mambera. Biasanya Daniel yang bawa Russel ke sana. Tentu saja, mereka tidak akan melangsungkan resepsi pernikahan dalam waktu dekat.“Odelina nggak mau adakan resepsi. Dia bilang ini pernikahan keduanya. Buat resepsi atau nggak, nggak masalah baginya. Nggak bisa begitu. Kami nggak boleh begitu pada Odelina. Nggak hanya harus adakan resepsi, kami akan berikan resepsi pernikahan yang meriah untuk Odelina.”Yanti tidak hanya tidak ingin mengecewakan Odelina, dia juga tidak mau mengecewakan putranya.
Setengah jam kemudian, Yuna membawa Olivia ke tempat yang telah disepakati untuk bertemu Yanti. Yanti dan suaminya sudah datang. Mereka tiba lebih dulu. Setelah menunggu beberapa menit, Yuna dan Olivia tiba.“Bu Yuna.”Begitu melihat Yuna dan Olivia datang, Yanti langsung berdiri dan menyambut dengan wajah tersenyum.“Bu Yanti, maaf buat kalian menunggu.”Olivia menyapa Yanti dengan sebutan tante. Yanti tersenyum dan berkata, “Kami juga baru sampai. Baru saja duduk, belum juga minum, kalian sudah datang. Nggak lama, kok.”Yanti meraih tangan Olivia dan menanyakan keadaan Olivia. Dia melihat perut Olivia dan berkata, “Kalau pakai mantel, nggak kelihatan kalau kamu sedang hamil.”“Iya, nggak terlalu kelihatan.”Olivia mengelus perutnya sendiri. Kemudian, dia bergelayut di lengan Yuna dan berjalan ke arah Darius. Darius berdiri dan menyapa mereka sambil tersenyum ramah.Setelah semua orang duduk, Yanti memesan beberapa makanan dan minuman untuk semua orang. Kemudian, dia memuji Yuna karen
Amelia dan Jonas berpapasan dengan Olivia di luar. Keduanya menghentikan mobil dan saling menyapa. Jonas membiarkan Olivia lewat lebih dulu.Kemudian, Jonas mengemudikan mobil sambil bertanya, “Para tetua sudah pergi ke Vila Permai. Olivia pagi-pagi malah ke sini. Aku dengar Mama mau pergi bertemu Bu Yanti. Jadi sebentar lagi ada kabar baik dari Kak Odelina dan Pak Daniel?”“Bukan soal itu. Ada hubungannya dengan keluarga Gatara. Kakek Setya masih hidup. Dia dan yang lainnya adalah saksi terbaik yang bisa membuktikan kalau Patricia yang bunuh nenekku.”“Setelah tahu kebenarannya, keluarga Gatara pasti akan menentang Patricia jadi kepala keluar mereka lagi. Patricia sudah jadi kepala keluarga selama puluhan tahun. Dia nggak baik pada yang lain, terlalu mendominasi dan suka memaksakan kehendak. Banyak nggak dapat perlindungan darinya. Jadi banyak yang nggak suka dengannya.”“Kak Odelina pergi ke Kota Cianter. Sekarang sudah ada beberapa yang diam-diam berpihak padanya. Mereka diam-diam s
“Semoga anak-anak kita juga imut dan penurut seperti Audrey. Kita punya anak perempuan saja. Aku suka anak perempuan seperti Audrey.”Jangankan Amelia, semua orang yang pernah bertemu dan menjaga Audrey pasti akan suka dengan Audrey. Anak itu benar-benar semakin menggemaskan. Setiap kali bangun, dia akan main sendiri di kasur. Dia akan duduk di sana, atau melihat ke sana-sini.Bayi yang sudah berusia enam hampir tujuh bulan itu sangat pendiam, tidak berisik. Tidak seperti kakaknya, Archie. Begitu bangun, Archie akan menangis sampai semua orang yang ada di rumah tahu.Jonas menggenggam tangan Amelia dan tersenyum. “Keluarga kami kurang lebih seperti keluarga Adhitama. Kemungkinan punya anak perempuan sangat kecil. Kak Yose sudah punya anak perempuan. Kami-kami mungkin hanya akan punya anak laki-laki. Sepertinya setiap generasi hanya ada satu anak perempuan.”“Nggak ada pengecualian?” tanya Amelia.Jonas berpikir sejenak, lalu berkata, “Pokoknya selama beberapa generasi, sekalipun ada an
Orang-orang hanya tahu kalau murid mereka tersebar di mana-mana, bos besar di berbagai bidang dan sangat hebat. Hanya sedikit orang yang bisa bertemu para tetua itu. Mereka tiba-tiba datang ke Kota Mambera. Sarah saja jadi begitu bersemangat. Dia cepat-cepat datang ke rumah keluarga Sanjaya untuk mengundang mereka bertamu ke rumahnya. Apalagi keluarga Ardaba.“Benar juga. Tante siapkan bubur untuk kamu dulu. Nanti begitu sampai, kamu bisa langsung makan. Nggak terlalu panas,” kata Yuna.“Tante perhatian banget. Terima kasih, Tante.” Olivia mengucapkan terima kasih dengan sikap manis. Yang membuat Yuna spontan tersenyum lebar.Amelia menyenggol Jonas yang ada di sampingnya dan berbisik, “Sejak mamaku temukan keponakannya, senyum lembut dan cerahnya itu hanya milik keponakannya.”“Memangnya Mama nggak sayang kamu? Nggak punya hati nurani. Mama paling sayang sama kamu. Masih saja cemburu sama Oliv.”Selesai menelepon, Yuna mendengar perkataan Amelia. Dia memelototi putrinya sambil merasa
“Si tua bangka ini selalu saja seperti ini. Setiap kali aku omeli dia, dia langsung tutup telepon. Sudah tua, masih makan yang panggang dan minum minuman keras. Sudah bilang berkali-kali tetap saja nggak mau dengar,” omel Nana.Nana lupa kalau setiap kali dia dan kakak-kakak seperguruannya mengunjungi Rubah Perak, mereka pasti akan membawakan anggur dan makanan yang enak-enak. Orang yang sudah tua akan menjadi seperti anak kecil. Jadi suka makan dan minum. Namun, masih ada Kellin. Jadi mereka tidak perlu mengkhawatirkan kondisi kesehatan guru-guru mereka.Keesokan paginya, keluarga Adhitama mengatur beberapa mobil mewah untuk datang dan menjemput Dokter Panca dan yang lainnya. Hanya Setya yang kurang sehat tetap tinggal di rumah keluarga Sanjaya.Tadi malam Yuna menelepon Yanti, ibunya Daniel, dan membuat janji untuk bertemu hari ini. Setelah sarapan bersama Setya, Yuna menelepon Olivia. Yuna ingin bertemu Yanti karena ingin membicarakan Odelina dan Daniel. Meskipun Olivia adik Odelina
Setibanya tiba di Mambera Hotel, Samuel membawa Nana ke dalam dan membantunya menyelesaikan prosedur check in. Samuel juga membayar semua pengeluaran Nana di Mambera Hotel. Neneknya bilang, Nana adalah tamu keluarga mereka. Tentu saja, dia harus bermurah hati pada tamu.Setelah mendapatkan kartu kamar, Samuel menyerahkannya kepada Nana dan berkata, “Perlu aku temani ke atas?”Nana tersenyum, “Nggak perlu. Terima kasih sudah antar aku. Aku mau ke hotel tempat sebelumnya aku menginap, mau ambil barang-barangku.”“Mau ke sana sekarang juga? Perlu aku antar kamu ke sana?”“Nggak perlu juga. Terima kasih. Nanti kamu bilang saja ke nenekmu kalau kamu sudah antar aku ke hotel. Jadi dia nggak akan khawatir.”Karena Nana menolak terus, Samuel pun tidak memaksa. Dia berkata kepada Nana kalau dia masih ada urusan, lalu dia pun pergi. Nana menatap punggung Samuel yang menjauh, entah apa yang sedang dipikirkannya.Hingga sosok Samuel menghilang dari pandangannya, Nana baru melangkahkan kakinya kelu
Samuel menoleh dan melirik Nana sekilas, lalu lanjut mengemudikan mobilnya dengan fokus.“Dulu, Kakek Danu merampok orang kaya untuk diberikan kepada orang miskin. Tapi sekarang mencuri adalah tindakan yang melanggar hukum. Kalau tertangkap harus masuk penjara,” kata Samuel.“Dulu juga termasuk melanggar hukum. Cuma waktu itu semua masih kacau. Nggak ada yang bisa tangkap mereka.”“Sekarang di mana-mana ada kamera CCTV. Kalau polisi mau tangkap kamu, mereka bisa tangkap kamu dengan segala cara. Kamu masih muda, cantik lagi. Lebih baik nggak usah lanjutkan pekerjaan Kakek Danu.”Nana tertawa pelan. “Aku hanya asal ngomong. Aku nggak akan lakukan perbuatan ilegal. Guru-guruku bilang sekarang sudah beda dengan dulu. Mereka ajari kami harus patuhi hukum. Nggak boleh bunuh orang atau kejahatan lainnya.”“Guru-gurumu memang layak untuk dihormati,” kata Samuel.“Kalau mereka sudah berkumpul, nggak akan ada hal baik. Mereka hanya akan terus desak kami untuk menikah. Padahal mereka sendiri ngga
Namun, Samuel tidak bicara. Dia hanya menggerutu dalam hati kalau Nana tertawa seperti orang bodoh. Entah mengapa Rubah Perak mau terima murid seperti Nana. Karena menurut Samuel, Nana terlihat biasa-biasa saja, tidak ada yang menonjol kecuali wajahnya yang cantik.Samuel tidak pernah menyaksikan kehebatan Dokter Panca dan yang lainnya. Dia hanya pernah mendengar legenda mereka. Neneknya juga bilang kalau mereka sangat hebat. Murid mereka juga sangat hebat.Samuel pernah bertemu Kellin. Kellin sangat hebat. Samuel akui kalau Kellin yang menyembuhkan mata Rosalina. Lantas, apa keunggulan Nana?“Pak Samuel, antar aku sampai di luar saja sudah cukup. Aku bisa naik taksi sendiri. Aku juga nggak akan menginap di Mambera Hotel. Hotel kalian terlalu mahal. Jutaan per malam. Akhir-akhir ini aku nggak ada pekerjaan, nggak ada uang. Nggak sanggup tinggal di hotel semahal itu.”Nana bicara dengan Samuel sambil menonton video di ponselnya. Samuel tentu saja sangat senang. Namun, dia harus melakuka