Sambil tersenyum malu, Olivia berkata, “Lain kali, kalau ada masalah yang nggak bisa aku selesaikan, aku pasti akan memberimu kesempatan untuk membantuku.”Stefan tidak perlu turun tangan menyelesaikan masalah yang bisa dia selesaikan sendiri.Supaya dia tidak perlu berhutang budi pada pria ini.Stefan berkata padanya, “Masalah apa yang nggak bisa kamu selesaikan sendiri?”Olivia menyeringai dan berkata, “Ada banyak. Banyak. Aku nggak bisa memikirkannya sekarang. Pak Stefan, pergilah bekerja.”Setelah menatap Olivia dalam diam beberapa saat, Stefan berkata dengan dingin, “Aku balik ke kantor untuk lembur dulu. Jam berapa kamu tutup toko malam ini? Aku akan ke sini untuk menunggumu dan kita pulang bersama. Aku takut orang-orang itu akan datang menghentikan mobilmu lagi.”“Nggak akan, kok. Itu juga karena Hendra masih muda, makanya bisa melakukan hal seperti itu. Setelah dipenjara kali ini, dia nggak akan berani melakukan untuk kedua kalinya. Jangan lihat mereka sepertinya sangat berani,
Kalau parah, penyakit perlemakan hati bisa berubah menjadi sirosis. Dia tidak ingin menjadi penderita sirosis.Setelah keluar dari kompleks, Odelina mendorong anaknya ke toko susu.Dulu, adiknya yang selalu membantunya membawakan susu pulang ke rumah.Jalan ke toko itu cukup jauh, jadi dia anggap ini sebagai jalan-jalan.“Papa.” Russel tiba-tiba memanggil “Papa”.Odelina cepat-cepat melihat sekeliling, tetapi tidak melihat Roni.Dia bertanya pada putranya, “Russel, kamu melihat papamu?”Russel menunjuk ke sebuah mobil yang diparkir di pinggir jalan dan memanggil “Papa”.Maksudnya adalah, mobil itu adalah mobil ayahnya.Odelina melihat mobil yang ditunjuk anaknya itu. Memang modelnya sama dengan mobil suaminya, tapi plat nomornya bukan milik pria itu.Dia tersenyum dan berkata, “Russel, itu bukan mobil Papa. Itu hanya mobil yang modelnya sama dengan mobil papamu, dengan nomor plat yang berbeda. Jadi, itu bukan mobil papamu.”Russel jarang bermain dengan ayahnya, tapi bisa mengingat mobi
Begitu Odelina meletakkan ponsel itu di sebelah telinganya, dia langsung mendengar Roni memarahinya di telepon, “Apa yang kamu ajarkan ke Russel biasanya? Kamu mengajarinya untuk nggak menyukai kakak sepupunya, nggak mengerti untuk bersikap ramah dan saling berbagi. Masa waktu aku bilang mau beli mainan untuknya, dia bilang jangan beli untuk kakak sepupunya.”Setelah dimarahi suaminya, Odelina pun jadi ikut marah. “Apa yang aku ajarkan ke Russel? Apa itu salah Russel? Aiden, anak kakakmu itu, selalu merebut mainan Russel setiap kali datang ke rumah, juga memukul Russel. Dia pikir Russel itu adonan, yang bisa dicubit dan dipukul seenaknya?“Jelas-jelas salahnya Aiden. Kamu sebagai papanya bukannya melindungi putra sendiri, masih menyalahkan putramu nggak pengertian? Apa kamu maunya Russel memberikan semua mainannya pada Aiden, lalu kalau Aiden memukulnya, dibiarkan saja?”“Aiden itu terlalu dimanjakan oleh kakak dan orang tuamu. Dia selalu menindas Russel. Mata kalian semua itu buta, ya
Bukannya menganggap rendah, Yenny malah sangat senang.Roni merasa Yenny benar-benar menyukainya dan bukan menginginkan uangnya. Wanita itu ingin tumbuh tua bersamanya dan bukan untuk main-main saja. Karena itulah, wanita itu menolak untuk berhubungan seks dengannya. Wanita itu begitu serius dengannya, jadi dia juga menjadi lebih serius.Dia juga berjanji kepada Yenny bahwa jika dia sudah menabung lebih banyak, dia akan memberikan mobil baru untuk wanita itu.Yenny sangat terharu hingga menciumnya beberapa kali, membuatnya terbuai dan sangat bahagia.Apa lagi yang bisa Odelina katakan? Roni sudah menutup telepon, lalu dia mentransfer 2,4 juta kepada Odelina untuk membeli susu.Meskipun Roni tidak memberinya 4,8 juta dan hanya memberi 2,4 juta, Odelina tetap menerimanya.“Ada apa? Apa itu istrimu?”Ketika Roni mengangkat telepon, Yenny berjalan menjauh dengan pengertian.Setelah melihat Roni menutup telepon, dia baru datang membawa dua gelas anggur merah.Malam ini, Yenny berpakaian sep
Yenny berkata, “Russel adalah anak kalian berdua, jadi memang sudah seharusnya dibiayai berdua. Kamu nggak salah.”Tentu saja Roni juga menganggap dirinya tidak salah.Dia menyesap anggurnya dan berkata, “Mambera Hotel memang hotel paling eksklusif. Anggur merah di sini lebih enak dari yang biasa kita minum.”Yenny tersenyum dan berkata, “Iya dong, kita juga tahu acara ap aini. Sayangnya yang datang malam ini kebanyakan bos perusahaan kecil atau profesional seperti kita. Nggak ada bos dari Sanjaya Group atau Adhitama Group, perusahaan besar gitu.”Dia sangat ingin melihat sosok Pak Stefan lagi.Sebelumnya dia pernah bertemu dengan pria itu, tapi dia tidak melihat wajahnya. Dia tidak tahu apakah pria itu benar-benar sedingin dan setampan yang dikatakan orang.“Di masa depan, kita pasti akan memiliki kesempatan untuk bertemu dengan mereka,” hibur Roni.Dia merasa lebih menyayangkan hal ini darinya. Bagaimanapun juga, wanita ini hanya sekretarisnya. Dia yang seorang profesional.Kalau dia
Setiap kali bos perusahaan berganti, maka para petinggi perusahaan juga akan berganti.Bos baru itu pasti ingin memiliki orang kepercayaannya sendiri.Setelah mendengarkan penjelasan Darwin, Roni tiba-tiba tertarik untuk mendekati Albert. Dia bertanya kepada Darwin sambil tersenyum, “Apa Pak Darwin mengenal Pak Albert? Bisa nggak kenalkan aku dengan dia?”Wieland Electro memiliki hubungan kerja sama dengan perusahaan tempat Darwin bekerja. Kalau tidak, keduanya tidak akan saling mengenal.Darwin tersenyum dan berkata, “Kelihatannya Pak Roni nggak sabar ingin mengenal Pak Albert. Nanti dia akan segera datang untuk mencari tempat duduk. Waktu dia datang, aku akan mengenalkannya padamu.”Roni tersenyum lebar mendengarnya. Dia sangat berterima kasih pada Darwin, mengangkat gelasnya dan berkata pada pria itu, “Pak Darwin, mari bersulang.”Darwin mendentingkan gelasnya dengan Roni, lalu meneguk dua kali dan melihat ke arah Roni. Tatapannya sedikit genit. Dia berkata pada Roni, “Bu Yenny cant
“Halo, Pak Albert.” Roni mengulurkan tangan kanannya untuk menjabat tangan Albert.Sambil berjabat tangan dengan pria itu, Albert berkata, “Sepertinya aku pernah mendengar nama Pak Roni sebelumnya.”Nama Roni terdengar familier di telinganya.Roni agak tersanjung dan berkata, “Pak Albert pernah mendengar namaku?”Tak disangka, dia ternyata begitu terkenal di dunia kerja ini, sampai tuan muda keluarga Pratama saja pernah mendengar namanya.Albert tersenyum dan berkata, “Kedengarannya nggak asing. Aku seharusnya pernah mendengar Pak Roni disebut-sebut sebelumnya, tetapi aku belum pernah bertemu dengan Pak Roni secara langsung. Hari ini akhirnya ketemu.”Roni buru-buru mengeluarkan kartu namanya, menyerahkannya kepada Albert, dan berkata sambil tersenyum, “Pak Albert, kita ditakdirkan untuk bertemu. Ini kartu namaku. Tolong banyak bantu aku di masa depan.”Albert mengambil kartu nama Roni, membacanya, dan menyimpannya.Dia melirik Yenny yang terus tersenyum sedari tadi. Meskipun dia meras
“Russel.”Odelina tidak peduli lagi pada satu kaleng susu yang terlempar sampai ke tengah jalan, buru-buru menggendong putranya, lalu memeriksa apakah ada luka di tubuh putranya.Dia terus bertanya, “Russel, kena di mana? Mana yang sakit? Kasih tahu Mama.”“Mama.”Russel hanya menangis sambil melingkarkan tangannya di leher Odelina dengan erat.Dia tidak terluka. Dia hanya ketakutan.“Bum!” Terdengar suara ledakan keras.Odelina refleks langsung menoleh. Sebuah mobil menabrak satu kaleng susu tadi, membuatnya terbang lalu terjatuh lagi ke jalanan. Kemudian, kaleng itu jatuh mengenai kaca depan mobil itu lagi. Satu kaleng susu itu cukup berat, ditambah lagi dia terbang di udara dulu baru terjatuh lagi, jadinya kaca depan mobil tersebut retak.Mobil itu langsung mengerem.Russel langsung berhenti menangis melihat kejadian itu, memeluk erat leher ibunya.Odelina melihat logo mobil itu dengan jelas. Porsche!Dia tidak akan diminta untuk membayar uang perbaikan mobil, kan?Sebelumnya, dia t