“Nantinya, kalian harus hidup mandiri di luar sana. Kalianlah yang memutuskan jalan hidup kalian masing-masing. Jangan kalian pikir, aku akan bersikap lembut kepada kalian karena kalian adalah anak-anakku. Siapa pun akan berakhir buruk jika berani mengkhianatiku tanpa peduli siapa orang itu,” ancam Patricia. “Ma, kami tahu kalau kami salah. Kami nggak akan memberikan uang kepada Papa lagi,” ujar Ivan mengakui kesalahannya lalu diikuti dengan adik-adiknya yang ikut mengatakan hal yang sama. Mereka juga sadar kalau semua yang mereka miliki saat ini adalah pemberian dari ibu mereka. Mereka pasti tidak akan ada artinya di luar sana kalau sampai mereka harus menanggalkan nama besar keluar Gatara dan keluar dari Gatara Group. Mereka juga akan tetap memilih uang dan kekuasaan dibanding selingkuhan mereka, sekalipun mereka sangat mencintai perempuan-perempuan itu. Semua ini terjadi karena ayah mereka. Padahal mereka memberikan uang itu sebagai wujud bakti mereka kepada Cakra, tapi Cakra jus
Felicia menyerahkan es batu yang ada di tangannya kepada ayahnya. Kemudian dia meminta ayahnya untuk kembali ke kamar dan mengompres wajah bengkak itu dengan es batu. Cakra pun mengambil es batu itu dan berjalan menuju lantai atas kembali ke dalam kamarnya. Sekarang, hanya tersisa Felicia dan ibunya di dalam ruangan. Suasana kembali terasa sunyi. Felicia duduk di samping Patricia lalu berusaha menghiburnya dengan berkata, “Ma, Papa tahu kok kalau dia salah. Aku yakin, dia pasti nggak akan berani mengulang kesalahannya lagi. Jadi, Mama nggak usah khawatir, ya.”Patricia menghela napasnya lalu berkata, “Papamu pasti kesal dengan Mama. Dia tunduk karena dia takut dengan apa yang bisa kulakukan nantinya untuk membuat dia menderita. Di mata orang-orang, mungkin kami berdua adalah pasangan yang serasi dan penuh kasih. Tapi, Mama jauh lebih mengetahui keadaan rumah tangga Mama daripada orang-orang itu.”“Lalu kenapa Mama masih saja mau terus bersama Papa kalau memang Mama sudah tahu Papa be
“Waktu Mama mukul mereka pasti terekam kamera CCTV.”“Ma, minta Ricky hapus rekaman CCTV juga nggak ada gunanya, deh. Di hotel ada banyak banget orang yang lihat. Lagi pula Ricky juga belum tentu mau hapus. Dia dari dulu memang nggak pernah mau bantu kita,” ucap FeliciaPatricia pun tertegun sesaat. Benar juga, apa gunanya sekarang mereka meminta tolong Ricky untuk menghapus rekaman CCTV itu? Di sekitar ada begitu banyak orang yang melihat dan pasti ada saja dari mereka yang merekamnya. Mungkin saat ini di internet sudah beredar luas video dia memukuli mereka.Apa yang Felicia katakan benar, bahkan meski tidak ada yang merekam pun, Ricky tidak akan mau menghapusnya. Olivia adalah cucu dari kakaknya Patricia, otomatis Olivia juga masih memiliki garis keturunan keluarga Gatara dan juga hubungan darah dengannya. Keponakannya juga cukup sukses di Mambera dan menjadi nyonya besar di keluarga Sanjaya. Sewaktu muda dia cukup hebat. Meski sekarang sudah mundur, dia masih tetap memegang kuasa d
Begitu Felicia sampai di kantornya, makanan yang dia pesan juga kebetulan baru saja sampai. Maka dia pun membawa makanannya itu dan masuk ke dalam. Karyawan yang sedang bekerja di sana cukup kaget melihat Felicia masih kembali ke kantor di jam segini, tetapi tidak ada yang banyak bertanya kepadanya.Di dalam ruang kantor pribadinya, Felicia menuangkan segelas air hangat untuk dirinya sendiri. Dia duduk di depan meja kerjanya dan mengirimkan pesan kepada Vandi.“Rencananya sempurna,” katanya. Setelah Vandi membalas, dia langsung menghapus pesan itu dan mengingatkan Vandi untuk menghapusnya juga.“Bagaimana kabarnya Pak Cakra?” tanya Vandi melalui voice note.“Buruk banget. Hubungan rumah tangganya sama mamaku sudah hancur, tapi dia nggak berani cerai. Mamaku juga nggak mau cerai di umurnya yang sudah 70 tahun. Mereka berdua mungkin mau begini saja terus.”Akan tetapi bagi Patricia, ini adalah pukulan yang sangat berat baginya. Namun siapa suruh Cakra melakukan itu kepada putri kandungny
“Nggak usah jemput, aku bawa mobil sendiri. Oh iya, aku nggak bisa nyetir karena nanti mau minum-minum. Aku minta diantar sopir saja,” tutur Felicia.Vandi menjawab, “Nggak perlu sopir, biar aku saja yang antar. Aku nggak minum.”“Ya sudah, terserah kamu saja.”Felicia ingin minum-minum untuk merayakan keberhasilan rencananya. Dia akhirnya bisa kembali bekerja.Waktu ta terasa sudah menunjukkan pukul sebelas malam begitu Felicia selesai bekerja. Para karyawan yang tadi ikut lembut sudah pulang entah dari kapan. Saat Felicia keluar dari gedung kantornya, dia melihat Vandi sudah menunggunya di mobil. Vandi langsung menegakkan tubuh dan menghampiri Felicia.“Sudah berapa lama?” tanya Felicia sembari dia masuk ke mobil.“Belum lama, kurang lebih sepuluh menit.”Mereka mengenakan sabuk pengaman dan Vandi pun menyalakan mesin mobil. Felicia memberi tahu alamat kedai yang dulu sering dia kunjungi, dan di saat itu Vandi berkomentar, “Wah, ternyata Non juga suka makan di pinggir jalan juga, ya.
Malam makin melarut. Seiring dengan mengalirnya waktu, kegelapan malam perlahan-lahan mulai sirna dalam mimpi orang-orang. Matahari pagi pun terbit, dan hari baru dimulai.Olivia turun ke lantai bawah Vila Permai dan berkata, “Kak.”Mendengar kabar bahwa kakaknya akan datang, Olivia bergegas turun untuk menyambut kedatangannya. Di sana dia melihat Dewi sudah menemani Odelina mengobrol. Seketika mendengar suara Olivia memanggil, Dewi dan Odelina langsung menoleh ke arah asal suara itu datang dan melihat Olivia.Olivia segera mendatangi mereka dan menyapa mertuanya, lalu duduk di samping Odelina dan bertanya, “Tumben hari ini Kakak ada waktu kosong untuk datang?”“Aku datang untuk ketemu kamu, nggak suka?” balas Odelia sambil mencolok jidat adiknya dengan jari telunjuk.“Olivia pun langsung memeluk lengan sang kakak dan membalas, “Suka, dong. Suka banget! Tapi akhir-ahir ini Kakak sibuk banget sampai nggak ada waktu untuk datang. Waktu giliran aku yang datang, Kakak selalu bilang di rest
Odelina berjuang selama satu tahun sampai dia berhasil membuat tubuhnya sehat kembali. Dengan tubuh yang fit dan punya usaha sendiri, Odelina pun mendapatkan kembali kepercayaan dirinya. Dia tidak akan lagi makan sembarangan seperti yang dia lakukan dulu. Dia sudah cukup kehilangan banyak akibat kebiasaan buruknya itu.“Kakak sekarang sudah kurusan jauh, jadi harus makan daging lebih banyak,” kata Olivia.“Aku mana kurus. Oliv, ada sesuatu yang mau aku omongin sama kamu.”“Oh, apa tuh? Ngomong saja.”“Nanti jam tiga siang aku mau pergi ke bandara. Mau ke Cianter.”“Kenapa mendadak banget perginya?”Olivia sudah tahu dalam waktu dekat ini kakaknya akan pergi ke sana, hanya saja dia tidak mengira akan secepat ini.“Keluarga Gatara lagi kacau balau?” tanya Olivia.“Lagi kacau atau nggak, aku tetap bakal sering terbang ke sana. Nggak cuma untuk urus soal perebutan posisi Felicia saja, tapi juga penyebab kematian kakek nenek kita. Sebagai cucu, kita harus cari tahu duduk perkaranya. Jangan
“Kadang-kadang dia itu kayak anak kecil,” kata Odelina.Kecelakaan yang terjadi pada Daniel membuatnya merasa sangat terpukul. Dan jika bukan karena cinta Odelina yang begitu dalam, mungkin sekarang Daniel benar-benar menyerah dan sulit untuk bangkit lagi.“Kak, nanti aku bilangin ke Stefan, biar dia pergi lihat keadaannya Daniel kalau ada waktu.”“Oke, sekalian bawa Russel saja ke sana. Daniel sayang banget sama Russel. Kalau dia lihat Russel juga datang, dia pasti mengerti kalau kamu nggak bermaksud menyalahkan dia.”“Dia sudah tahu kok aku nggak menyalahkan dia. Dari dulu nggak pernah sekali pun aku benci atau merasa dia nggak berguna. Setelah sekian lama menjalani rehabilitasi tapi masih belum bisa berjalan normal, memarahi diri sendiri apalagi sampai memukul-mukul kaki sendiri nggak ada manfaatnya.”“Sebenarnya kemajuan dia sudah bagus banget. Ada beberapa orang di situasi yang sama harus sampai setengah tahun baru bisa berdiri. Sedangkan Daniel sudah bisa berdiri dari lama dan su
Yuna menangis sejadi-jadinya di depan nisan adiknya. Namun, tidak peduli seberapa keras tangisnya, dia tidak dapat menghidupkan kembali adiknya. Satu hal yang bisa dia lakukan hanyalah menjadi sosok ibu bagi kedua keponakannya dan memberikan mereka lebih banyak kasih sayang.Yuna dan adiknya mengalami masa kecil yang tragis. Kemudian, keduanya dipisahkan oleh dua alam yang berbeda. Setelah mengetahui penyebab kematian orang tuanya, Yuna sangat membenci Patricia.“Kalau nggak ingin orang tahu apa yang kamu lakukan, lebih baik nggak usah lakukan. Dia akan membayar harga atas semua perbuatannya,” ujar Setya dengan penuh kebencian.“Benar, Om. Dia akan bayar harga atas semua yang telah dia lakukan.”“Aku yang nggak berguna. Aku nggak punya banyak bukti. Hanya ada sedikit. Karena orang-orang yang tahu masalah ini sudah mati semua, jadi sulit untuk memberatkannya dengan bukti yang sedikit ini.” Usai berkata, Setya kembali menyalahkan dirinya sendiri dan menangis.“Aku nggak peduli ada bukti
Tahun lalu, Setya baru saja kembali dari gerbang kematian. Setelah mendengar perkataan Panca, Setya pun berusaha menenangkan dirinya. Dia menganggukkan kepala kepada teman-temannya, lalu berkata kepada yuna, “Non Yuna, aku akan berusaha tetap hidup. Sampai kalian membalaskan dendam orang tuamu, agar Bu Patricia terima hukuman atas perbuatannya. Kalau nggak, aku nggak bisa mati dengan tenang.”“Ini juga salahku. Selama bertahun-tahun, aku nggak bisa membalaskan dendam orang tuamu. Aku juga nggak bisa temukan keberadaan kamu dan adikmu.”Kalau saja Setya menemukan Yuna dan Reni lebih awal, Reni tidak akan meninggal secepat ini. Setya gagal melindungi kepala keluarga Gatara sebelumnya, juga gagal melindungi kedua putri kepala keluarga Gatara sebelumnya. Setya merasa sangat bersalah.Setya yang telah menjalani pelatihan khusus menjadi asisten terpercaya kepala keluarga Gatara. Dia telah melakukan banyak hal untuk kepala keluarga Gatara. Namun pada akhirnya, dia gagal melaksanakan dua hal t
Yuna memanggil pria itu Setya, adik Yuna juga ikut memanggilnya dengan nama itu. Setiap kali Yuna dan adiknya memanggil Setya, pria itu selalu menjawab sambil tersenyum.Dalam ingatan Yuna yang samar-samar, orang tuanya dan Setya sangat sibuk. Namun, kesehatan ibunya kurang baik, jadi ibunya sering meminta bibinya yang tidak lain adalah Patricia untuk melakukan sesuatu.Sekarang kalau dipikir-pikir, justru karena ibunya Yuna sakit. Jadi ibunya Yuna mau tidak mau sering minta Patricia mengurus perusahaan dan urusan keluarga, sehingga timbul keinginan di dalam hati Patricia untuk merebut kekuasaan.Patricia pasti merasa dia telah berbuat banyak, tapi semua orang tetap berpihak pada ibu Yuna. Oleh karena itu, Patricia ingin mengambil alih. Karena dia mengira hanya dengan menjadi kepala keluarga, semua orang akan sepenuhnya berpihak padanya.“Huh ....”Syuna memanggil Sety, Setya menghela napas sambil menahan air matanya. Keduanya sama-sama tidak memiliki kesan mendalam terhadap satu sama
Stefan tertawa pelan. “Oke, asal kamu nggak berebut dengan tantemu untuk dapat perhatian, sebenarnya kamu akan merasa sangat bahagia. Ada begitu banyak orang yang sayang sama kamu. Cepat gosok gigi dan cuci muka. Habis itu ambil tasmu dan turun untuk sarapan dulu. Nanti om sopir yang antar kamu ke sekolah. Om dan tantemu ada urusan, nggak bisa antar kamu.”Russel memanyunkan bibir lagi. Namun pada akhirnya, dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia pun pergi mencuci muka dan menggosok gigi dengan tenang. Sedangkan Stefan kembali ke kamarnya untuk membangunkan Olivia. Dia memberitahu Olivia kalau Dokter Panca membawa asisten nenek Olivia ke rumah keluarga Sanjaya.Olivia langsung bangun dan mandi secepatnya. Selesai ganti baju, dia bergegas turun bersama suaminya. Di sisi lain, Aksa juga telah membangunkan orang tuanya. Begitu mengetahui kedatangan para pria tua dan salah satu di antaranya adalah guru Kellin, Yuna langsung keluar dari kamar. Namun, suaminya segera menghentikannya.“Yuna, k
Mereka berdua sedang bertelepon, tapi Stefan malah bilang kalau dia tidak bicara dengan Aksa. Karena Aksa tahu Stefan pasti sedang mengurus Russel, Aksa pun tidak marah.“Oke, kamu bisa bicara sekarang.” Stefan akhirnya bicara dengan Aksa.Kalau bukan karena tahu Olivia masih tidur saat ini, Aksa sungguh tidak ingin menelepon Stefan. Dengar saja nada bicara Stefan, sangat menjengkelkan, bukan? Seolah-olah Aksa akan melapor ke Stefan saja.Aksa pun berkata sambil menahan amarahnya, “Dokter Panca bawa asisten nenekku datang ke sini. Selain mereka berdua, ada beberapa pak tua lainnya. Mereka mungkin para master yang menguasai dunia beberapa puluh tahun yang lalu. Kamu bilang sama Olivia. Kalau kamu bisa datang, kamu temani Olivia datang ke sini sebentar.”“Dokter Panca?” Stefan spontan mengerutkan kening. “Kamu yakin orang itu Dokter Panca?”“Aku nggak yakin. Makanya aku suruh Jonas datang. Jonas pernah bertemu dengannya. Tapi aku rasa mereka nggak akan berbohong. Nggak akan ada yang bera
Panca mewakili Setya menjelaskan alasan sebenarnya mengapa Setya tidak mampu membalaskan dendam kepala keluarga Gatara sebelumnya selama puluhan tahun. Setya terbawa emosi. Air mata mengalir di wajahnya yang penuh kerutan. Dia merasa sangat bersalah kepada kepala keluarga Gatara.Begitu mengalami pergolakan emosi, Setya terbatuk-batuk lagi. Panca bergegas mengeluarkan obat yang selalu dibawanya. Dia mengeluarkan dua butir pil dan menyuruh Setya menelan pil itu.“Kamu yang tenang. Kamu masih belum bertemu dengan Yuna,” kata Panca.Yang lain juga terus menenangkan Setya, memintanya untuk tetap tenang. Setelah minum obat dan air, Setya terlihat sedikit lebih tenang.Aksa juga terlihat sangat tegang, khawatir dengan kondisi pria tua itu. Aksa tidak pernah bertemu Panca, tapi dia tahu kemampuan dokter tua itu. Kellin adalah murid terbaik Panca. Kellin menyembuhkan mata Rosalina. Panca sendiri sudah seperti besan dengan keluarga Junaidi.Sedangkan keluarga Sanjaya juga menjadi besan keluarga
Wajah pria tua itu penuh kerutan. Berdasarkan gambaran berdasarkan ingatan Yuna, hanya mirip sekitar 30 persen. Tidak heran Bram tidak bisa menemukannya.Yuna tidak mengingat orang itu dengan jelas. Meskipun orang yang di gambar tampak nyata, jika sejak awal gambarnya sudah salah, tetap saja tidak ada gunanya. Tidak peduli seberapa bagus keterampilan orang yang menggambarnya. Lantas, apakah pria itu adalah asisten serba bisa neneknya Aksa?“Maaf, Bapak-Bapak sekalian namanya siapa, ya?” tanya Aksa.“Siapa nama kami nggak penting. Sudah puluhan tahun nggak ada yang tanya nama kami. Kami juga hampir nggak ingat lagi nama lengkap kami sendiri.” Orang yang berbicara adalah Dokter Panca.“Pak Aksa, aku adalah seorang dokter tua, sudah praktik sebagai dokter selama puluhan tahun. Orang-orang panggil aku Dokter Panca. Kellin adalah muridku. Pak Aksa mungkin pernah dengar nama muridku.”Dokter Panca yang pertama memperkenalkan diri. Di usia Aksa, dia pasti tidak mengenal Dokter Panca. Dia mung
“Tentu saja,” kata Tiara sambil tersenyum. “Kalau bisa jadi teman dekat istri Bram, itu sama saja dengan jadi teman dekat Bram.”Sebagai menantu keluarga Sanjaya, Tiara tidak perlu mencari muka di depan orang lain, apalagi menjilat. Akan tetapi, dia harus berteman dengan istri Bram. Karena akan ada saatnya mereka membutuhkan keluarga Ardaba.Misalnya sekarang, jika mereka membutuhkan keluarga Ardaba, mereka harus melalui Stefan baru bisa mendapatkan bantuan keluarga Ardaba. Dalam lingkaran pertemanan nyonya-nyonya keluarga kaya, paling hanya satu dua yang benar-benar jadi teman sejati. Kebanyakan dari mereka berteman karena ada tujuan lain. Saling memanfaatkan satu sama lain.“Kamu cepat turun dan lihat mereka penipu atau bukan,” kata Tiara sambil menidurkan anaknya. “Ini anak sebentar lagi juga tidur. Aku juga tidur sebentar lagi. Nggak usah bangunkan aku untuk sarapan. Kamu sarapan dulu baru pergi kerja.”“Oke.”Aksa mendekat, lalu mencium wajah istrinya. Kemudian, dia menyentuh waj
Bayi cepat lapar tapi juga cepat kenyang. Setelah perut kenyang, dia pun berhenti menangis. Aksa menyerahkan si bayi kepada Tiara dengan hati-hati. Kemudian, dia menelepon Bram dan menanyakan apakah Bram mendapat informasi tentang asisten itu.“Kami sudah cari sekian lama, tapi masih belum dapat informasi apa pun. Pak Aksa, aku rasa orang yang kalian cari sudah meninggal,” kata Bram dengan tidak enak hati.Banyak orang tua yang berusia 70 atau 80 tahun. Namun, jarang orang yang bisa hidup sampai usia 90 tahun. Orang tua yang dicari Yuna usianya hampir seratus tahun. Bram menduga orang itu sudah tidak hidup lagi. Selain itu, kejadian itu terjadi puluhan tahun yang lalu. Bram hanya mendapat sedikit informasi.Itu juga menjadi masalah besar bagi mereka untuk mencari orang. Yuna bahkan sudah tidak mengingat siapa nama orang itu. Dia hanya ingat saat dia masih kecil, dia selalu memanggil orang itu paman. Namun, Yuna tidak tahu namanya. Bagaimana Bram bisa mencari orang itu?Keluarga Ardaba