“Aku nggak apa-apa kalau kamu akan merasa senang dengan memukulku, sekalipun kepalaku berdarah karena ulahmu. Asalkan kamu mau bertanggung jawab untuk merawatku kalau sampai aku dirawat di rumah sakit.”“Dasar nggak tahu malu!” seru Rika kesal. Ricky langsung terkekeh lalu berkata, “Aku pikir, kamu mau bilang kalau kamu sangat mencintaiku tanpa ada batasnya.”“Kamu itu yang nggak tahu malu tanpa batas,” balas Rika lagi dan dibalas dengan senyuman oleh Ricky. “Kamu jangan duduk di depanku dan menggangguku bekerja. Lebih baik, kamu duduk jauh dariku,” ujar Rika tidak mengizinkan Ricky untuk duduk di dekatnya. Bagaimanapun juga, Ricky selalu saja memiliki topik pembicaraan yang akan mengalihkan perhatian Rika dari pekerjaannya. Selain itu, Ricky juga akan terus menatap tajam ke arah Rika sambil mengagumi kecantikan Rika, seakan Rika adalah harta karun langka dan satu-satunya di dunia ini. “Jangan mengeluarkan suara apa pun dan jangan mengganggu pekerjaanku.”“Tatapanmu itu juga bisa m
Selain itu sampai saat ini, Rika masih belum berniat untuk membuka identitas aslinya yang merupakan seorang perempuan di depan publik. Jadi, tentu saja Ronald sangat kaget ketika mendengar tentang cincin pertunangan yang disebutkan Ricky. “Bukan lamaran resmi begitu, kok,” jawab Ricky jujur. Ronald langsung tersenyum setelah mendengar jawaban Ricky lalu berkata, “Aku pikir kamu sudah melamar kakakku. Lagi pula, bagaimana mungkin aku dan keluargaku nggak tahu kalau memang kamu sudah melamar kakakku? Ternyata, bukan lamaran resmi. Kalau begitu, kapan kira-kira kamu mau melamarnya secara resmi?”“Lamaranmu nanti harus sangat megah. Selain itu, kamu harus memilih tempat di mana ada banyak orang yang melihat kamu melamarnya agar mereka bisa berteriak agar dia menerima lamaranmu,” ujar Ronald antusias. Ricky yakin, pastinya tidak akan ada orang yang berteriak agar Rika menerima lamaran Ricky jika dia melamar Rika di depan umum. Orang-orang itu justru mungkin akan berteriak marah kepada Ri
Ricky langsung memelototi Ronald lalu berkata, “Pantas saja, aku bisa cocok mengobrol denganmu. Ternyata sifat kita sama, yaitu nggak tahu malu dan nggak tahu diri.”Ronald hanya bisa terdiam setelah mendengar perkataan Ricky. Kemudian dia pergi meninggalkan Ronald yang tidak bisa membalas perkataan pedas Ricky. Bagaimanapun juga, urusan Aurora Group bukanlah urusannya. Lagi pula, Ricky masih belum menikah dengan Rika, jadi dia juga tidak punya hak untuk ikut campur dalam masalah ini. Jangan sampai, ada orang yang mengira kedatangannya ke dalam keluarga Arahan hanya untuk uang keluarga Arahan. Lagi pula, Ricky tidak terlalu peduli dengan aset milik keluarga Arahan. Walaupun keluarga Arahan adalah salah satu keluarga terkaya di Cianter, aset yang mereka miliki tetap saja tidak sebanyak keluarga Adhitama. Ricky membuka pintu kantor Rika ketika Rika baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Ricky adalah orang yang tepat waktu, begitu pun dengan Rika. “Rika, kamu sudah selesai, kan? Ayo, se
“Maaf, apa Pak Cakra ada?” tanya Patricia sopan dan tidak langsung menyerang perempuan itu. “Siapa? Siapa yang mencariku?” tanya Cakra yang baru saja keluar dari kamar mandi sambil menyeka rambutnya dengan handuk kering. Dia sangat tercengang ketika melihat sosok istrinya yang berada di depan pintu. Dia sempat mengira kalau dirinya sudah salah melihat, jadi dia menyeka matanya beberapa kali. Namun, tetap saja sosok yang di hadapannya saat ini tidaklah berubah. Istrinya yang sudah tampak menua, sekalipun sudah melakukan berbagai perawatan masih tetap berada di depan pintu kamar hotelnya. “Sayang, ada yang mencarimu,” ujar si perempuan muda sambil membalik tubuhnya menghadap Cakra. Sebenarnya, dia juga tahu di dalam hatinya kalau suatu saat istri dari Cakra pasti akan berhasil memergoki mereka. Namun, perempuan cantik itu tidak peduli sama sekali. Dia tidak peduli jika istri Cakra memergoki mereka. Entah sudah ada berapa banyak istri yang memergokinya kalau memang dia takut akan hal
Patricia menampar Cakra berkali-kali sampai menyebabkan wajah Cakra memar dan membengkak. Bahkan hidung dan bibirnya juga tampak mengeluarkan darah. Namun, Cakra sama sekali tidak berani melawan ataupun menahan amarah istrinya. Sampai akhirnya, dia meraih tangan Patricia setelah istrinya itu berhenti memukulnya seraya berkata, “Sayang, apa tanganmu sakit? Apa kamu lelah? Sini, biar aku pijit tanganmu.”Namun, Patricia justru menendangnya sampai Cakra terjatuh di atas lantai lalu berkata, “Bawa mereka berdua pergi dari sini!”Patricia dengan nada suara dingin memerintahkan para pengawalnya untuk membawa kedua orang itu keluar dari hotel ini agar dia bisa memberikan hukuman lainnya untuk mereka. Patricia tidak akan pernah memaafkan siapa pun yang berani mengkhianatinya. Kedua pengawalnya bergegas masuk ke dalam kamar dan membawa perempuan cantik itu lalu mengikuti Patricia dari belakang. Cakra tidak membutuhkan bantuan para pengawal untuk berjalan. Dia dengan cepat bangkit lalu mengiku
Kemudian Patricia kembali memukuli perempuan itu setelah perempuan itu berada di bawah kendali para pengawalnya. Dia memukuli perempuan itu sampai babak belur dan sulit untuk dikenali. “Sayang,” panggil Cakra. Dia meraih tangan Patricia karena dia takut Patricia akan membunuh perempuan itu di sini. Bagaimanapun juga, dia sudah pernah memadu kasih selama beberapa saat dengan perempuan itu. Hal ini berhasil menghentikan Patricia untuk memukul perempuan itu. Namun, saat ini pukulan Patricia beralih kepada Cakra. Patricia berbalik dan menampar wajah Cakra berkali-kali tanpa ragu. Sampai akhirnya, Ricky Adhitama yang sejak tadi menonton peristiwa ini melangkah maju lalu berkata, “Bu Patricia.”Ricky memanggil Patricia dengan suara dalam dan langsung berhasil menghentikan perempuan tua itu untuk terus memukul suaminya tanpa ampun. Patricia dengan cepat menoleh untuk mencari tahu siapa orang yang berani memanggilnya dan dia menemukan ternyata Ricky Adhitamalah yang berani memanggilnya.Se
Perempuan selingkuhan Cakra masih harus menanggung malu dari orang-orang yang mengkritiknya setelah dia harus menanggung rasa sakit karena pukulan Patricia. Semua orang mencibir ke arahnya ketika mereka mengetahui kalau perempuan itu adalah perempuan yang merusak pernikahan orang lain. Tidak ada satu pun orang yang bersimpati kepada perempuan itu. Dia berusaha bangkit sendiri dengan susah payah tanpa ada yang membantunya sama sekali. Dia tidak menyangka kalau laki-laki tua itu adalah suami dari kepala keluarga Gatara. Dia pastinya tidak akan berani bermain dengan Cakra kalau saja dia tahu hal itu. Dia juga tidak menyangka kalau latar belakang orang berkuasa yang selama ini dia gunakan tidak ada artinya ketika berhadapan dengan Patricia. Akhirnya, sekarang dia harus merasakan rasa sakit yang begitu menyiksa setelah dipukuli oleh Patricia.Di sisi lain, Ricky membawa Rika masuk ke dalam ruangan pribadi restoran di Blanche Hotel. Mereka mengobrol sambil menunggu hidangan disajikan. “Per
Tentu saja, pembicaraan itu tidak akan baik bagi hubungan mereka ke depannya. Oleh karena itu, Ricky berusaha menghindarinya sebisa mungkin. Di saat yang bersamaan, Felicia sudah pulang ke rumahnya. Felicia mendapatkan kabar kembalinya sang ibu ke Cianter dari Pak Vandi. Felicia juga tahu kalau ibunya langsung pergi ke Blanche Hotel sesampainya perempuan itu di Cianter dan langsung memergoki Cakra yang sedang berselingkuh dengan perempuan lain. Felicia terlihat seperti tidak tahu sama sekali tentang perselingkuhan ayahnya yang terjadi baru-baru ini, tapi sebenarnya dia sangat mengetahuinya dan menyimpannya di dalam hati. Dia menggunakan Ricky seakan laki-laki itu adalah dalang di balik peristiwa ini. Namun, sebenarnya Felicialah yang sudah merencanakan semua ini. Felicia mendapat perintah untuk segera pulang, jadi dia pun pulang tanpa banyak bertanya. Dia tahu kalau saat ini kemarahan ibunya pasti sedang sangat memuncak. Dialah orang pertama yang menyulut permasalahan ini. Ketiga s
Raisa selalu merasa senang dan santai setiap kali minum kopi ketika suaminya masih hidup. Namun sekarang, dia harus minum kopi agar bisa tetap segar ketika bekerja. Daniel meminta sekretarisnya untuk menyiapkan kopi bagi Raisa dengan berkata, “Siapkan kopi untuk Bu Raisa saja dan segelas air hangat untuk saya. Saya sudah minum kopi di kantornya Stefan.”Daniel terbiasa minum kopi di pagi hari. Dia jarang sekali minum kopi di sore hari karena dia takut tidak bisa tidur ketika malam hari dan akan membuat matanya kelelahan. “Pak Daniel pergi ke Adhitama Group tadi?” tanya Raisa dengan senyuman lembut di wajahnya. “Ya, ada urusan mendesak, makanya saya pergi ke sana untuk mendiskusikannya dengan Pak Stefan,” jawab Daniel seadanya. Raisa memutuskan untuk tidak menanyakan hal itu lebih lanjut setelah mendengar jawaban Daniel yang seakan tidak ingin membicarakannya secara detail. Semua masyarakat kelas atas Mambera mengetahui kalau Stefan, Daniel dan Reiki adalah sahabat yang sangat dekat
Raisa mengambil alih posisi berdiri sekretaris Daniel dan mulai mendorong kursi roda Daniel menuju ruang CEO. Kedua sekretaris mereka mengikuti dari belakang dalam diam. “Bu Raisa, saya bisa melakukannya sendiri,” ujar Daniel yang menolak Raisa untuk mendorong kursi rodanya karena kursi roda yang digunakannya sekarang adalah kursi roda otomatis. Raisa langsung tersenyum seraya berkata, “Saya tidak mendorongnya, kok. Pak Daniel yang menggerakkannya sendiri.”Raisa sengaja tidak mengenakan pakaian kerjanya seperti biasa. Dia memilih untuk mengenakan pakaian kasual dan tidak menyanggul rambutnya. Dia membiarkan rambutnya tergerai dan mengenakan perhiasan yang biasa dia kenakan ketika suaminya masih hidup. Ditambah lagi, dengan riasan wajah yang membuatnya semakin cantik dan awet muda seakan dia masih berusia 20 tahun. Semua orang pastinya tidak akan menyangka kalau Raisa adalah seorang janda berusia 30 tahunan dan memiliki putra berusia 9 tahun. Bahkan putranya memuji Raisa ketika dia
“Sudah, jangan terlalu banyak berpikir. Hujan dan badai yang kalian berdua harus hadapi, jauh lebih banyak daripada pasangan lainnya. Kalian selalu bisa melihat pelangi setelah badai. Kak Odelina sedang sangat sibuk sekarang. Dia benar-benar tertekan dengan perusahaan barunya. Kamu juga tahu itu, kan?”“Walaupun dia pernah bekerja cukup baik sebelum menikah, tapi dia adalah ibu rumah tangga setelah menikah. Dia menarik diri dari dunia sosial selama bertahun-tahun. Sampai akhirnya, dia berhasil mendirikan usahanya sendiri, tapi itu juga belum lama. Sekarang, dia harus membuka perusahaan baru yang dibangun secara khusus untuk menyaingi Gatara Group.”“Pengalamannya masih belum cukup dan dia berada dalam tekanan yang cukup besar. Selain itu, penerus Gatara Group juga bukan orang biasa yang tidak bisa apa-apa. Mereka berdua sama-sama sedang berjuang keras. Dia mengatakan tidak ingin terburu-buru untuk meresmikan pernikahan kalian pasti karena dia ingin fokus untuk mengurus perusahaan barun
Selain itu, ketiga kakaknya juga akan membantunya mengurus perusahaan, jadi Daniel bisa memulihkan tubuh dan mengejar calon istrinya dengan lebih leluasa. “Oke, kita bicarakan lagi nanti malam,” pungkas Odelina lalu menutup panggilan teleponnya yang telah mempersilakan sekretarisnya masuk.Sekretaris mengetuk pintu ruangannya untuk memberitahu kalau ada seorang klien yang datang. Odelina sendiri yang akan menerima dan menemui semua kliennya saat ini agar dia bisa segera mendapatkan kontrak kerja sama dari berbagai klien. Dia ingin agar perusahaannya memiliki pekerjaan yang bisa mereka kerjakan setelah libur tahun baru. Daniel melepaskan ponsel dari telinganya setelah Odelina mengakhiri panggilan mereka. Namun, wajah Daniel tampak kosong sambil terus memegangi ponselnya. Stefan sedang menikmati kopi sambil menatap sahabatnya itu sampai akhirnya tatapan mereka saling beradu. “Kenapa kamu menatapku begitu?” tanya Daniel sambil meletakkan ponselnya. “Kamu mikirin apa, sih? Pikiranmu pa
“Proses pembuatan surat nikah nggak lama, kok. Kita bisa melakukannya setelah kamu pulang,” ujar Daniel yang bersikeras untuk mendapatkan surat nikah terlebih dahulu. Odelina pasti akan lebih tenang setelah mereka resmi menikah karena tidak akan lagi ada perempuan di luar sana yang berpikiran untuk bisa merebut Daniel dari sisinya. “Daniel, kita bicarakan masalah ini nanti saja kalau aku ada waktu kosong. Sekarang, lebih baik kita pertimbangkan dulu semuanya baik-baik.”“Kita nggak bisa bertindak impulsif karena pernikahan adalah hal besar di dalam hidup kita. Terlebih lagi, aku adalah seorang janda, jadi aku harus ekstra hati-hati dalam menghadapi pernikahan keduaku nantinya.”Daniel langsung berpikir kalau Odelina mungkin terlalu sibuk atau mungkin karena mimpi itu telah mengubah pikiran Odelina sampai ingin menunda peresmian hubungan mereka. Sebenarnya, apa yang dikatakan Odelina sudah cukup jelas, kegagalan pernikahannya terus membayangi keputusannya untuk menikah kembali. Kerag
"Aku akan terus melakukan terapi, pasti akan sembuh total dan nggak akan menjadi beban bagimu. Meski aku nggak bisa menjanjikan kapan akan pulih sepenuhnya, sekarang aku sudah menggunakan kursi roda otomatis yang bisa kujalani sendiri, jadi setidaknya bisa mengurangi beban bagi orang yang merawatku," ujar Daniel dengan lembut. "Aku sudah memikirkannya, lebih baik kita mengurus pernikahan dulu, dan setelah aku benar-benar pulih, baru kita adakan pesta pernikahan." Daniel teringat ucapan sahabatnya, bahwa mungkin Odelina masih memiliki trauma dari pernikahan sebelumnya. Pikiran-pikiran itu membuatnya khawatir jika Daniel akan direbut orang. Maka, menurutnya, menikah adalah solusi terbaik. Setelah menjadi suami Odelina secara resmi, siapa pun tidak akan bisa merebut dirinya. Daniel bukan orang yang mudah jatuh cinta. Jika tidak, di usia 36 tahun dia sudah menikah sejak lama. Namun, begitu dia jatuh cinta, itu adalah cinta seumur hidup. Hatinya begitu sempit, hanya cukup untuk satu oran
Daniel terdiam sejenak sebelum berkata, "Ya, meskipun semua orang bisa bermimpi, kamu belum pernah menceritakan mimpi seperti ini sebelumnya. Kamu bermimpi seperti itu tadi malam, apa karena kamu memikirkan hubungan kita sebelum tidur? Apakah kamu khawatir?" "Atau mungkin ada seseorang yang mengatakan sesuatu di depanmu jadi kamu nggak bisa menahan diri untuk berpikir berlebihan dan akhirnya bermimpi seperti itu?" Odelina tertawa kecil dan berkata, "Mana mungkin? Siapa yang akan mengatakan sesuatu sama aku? Aku bahkan nggak ada di Mambera sekarang. Kalaupun kamu benar-benar punya pengagum, mereka harus menungguku kembali ke Mambera sebelum mereka bisa datang padaku." "Aku hanya kebetulan bermimpi seperti itu. Aku hanya ingin memberitahumu dan melihat apakah kamu tahu jawabannya. Apakah kamu, tanpa sadar sudah menarik hati wanita lain?" Stefan tidak memberi tahu Daniel bahwa Olivia mencurigai Raisa memiliki perasaan pada Daniel. Odelina pun tidak akan mengatakan itu. Tanpa bukti, di
“Aku bukan Ronny dan nggak akan seperti dia. Nggak peduli ada berapa banyak wanita di luar sana yang lebih baik dari Odelina, aku nggak akan menyukai mereka. Aku sudah yakin dengan pilihanku, dan hanya dia yang akan kunikahi seumur hidup,” kata Daniel dengan serius. Setelah berhenti sejenak, dia bertanya kepada sahabatnya, “Stefan, menurutmu, apakah aku harus segera menikah dengan kakakmu? Dulu dia yang nggak mau menikah denganku. Kemudian, aku merasa diriku lumpuh dan nggak ingin menjadi beban baginya. Sebelum aku pulih sepenuhnya, aku nggak akan mau menikahinya.” “Apakah karena itu dia kehilangan kepercayaan? Mungkin dia merasa perasaanku sudah mulai goyah? Aku benar-benar takut nggak bisa sembuh dan harus pakai kursi roda seumur hidup. Pada akhirnya malah membebaninya.” “Setelah cerai, dia harus hidup sendiri dengan Russel. Dan itu sudah cukup berat. Kalau ditambah denganku yang lumpuh, hidupnya pasti makin sulit. Aku mencintainya, aku hanya ingin memberinya kebahagiaan, bukan me
Odelina hanya mengatakan bahwa dia bermimpi, tetapi Daniel langsung membatalkan rencananya kembali ke kantor dan memilih mengganggu waktu berharga sahabatnya. Dia khawatir akan ditertawakan oleh sahabatnya. Namun, hati kecilnya tidak tenang, dia merasa bahwa mimpi Odelina itu bukan tanpa alasan. Seperti kata pepatah, “Siang dipikirkan, malam terbawa mimpi.”Apakah ada seseorang yang mengatakan sesuatu pada Odelina sehingga dia berpikir terlalu jauh, dan akhirnya bermimpi seperti itu sepanjang malam? “Apa pun yang ingin kamu katakan, katakan saja. Kita ini teman lama, sahabat baik. Masih ada hal yang nggak bisa dibicarakan?” Stefan bangkit dan berjalan keluar dari meja kerjanya sembari bertanya, “Kamu mau minum kopi, teh, atau air hangat?” “Aku mau kopi.” “Seharusnya masih ada kopi. Aku periksa dulu. Kalau habis, aku buatkan air hangat saja.” Tidak lama kemudian, lelaki itu keluar dari sebuah ruangan dengan membawa dua cangkir kopi panas yang mengepul. “Masih ada. Ini satu untukm