Mereka semua memperhatikan orang-orang di sekitar mereka yang terdiam setelah melihat kondisi ayah mereka yang menyedihkan. Kemudian mereka juga melirik ke arah ibu mereka yang sedang duduk di atas sofa sambil merokok tanpa memandang ayah mereka yang berlutut sambil menangis di atas sebuah keyboard. Semua orang hanya bisa berdiri membeku tanpa berani mengatakan apa pun. Bahkan Fani yang sangat disayangi ibu mereka juga hanya bisa diam tanpa berani mengucapkan sepatah kata pun dari mulutnya. Ivan berjalan perlahan ke samping istrinya lalu berbisik, “Apa yang terjadi sama Papa? Siapa yang memukulnya sampai babak belur begitu?”Dania menjawab pertanyaan Ivan dengan berbisik, “Mama yang memukul Papa. Memangnya kamu nggak lihat kalau Papa sedang berlutut di atas keyboard?”“Papa selingkuh dan Mama memergokinya. Bahkan perempuan selingkuhannya itu habis dipukul sampai babak belur.”Raut wajah Ivan seketika berubah setelah mendengar jawaban istrinya. Dia memikirkan tentang perselingkuhan ya
Felicia menatap ayahnya kaget dan penuh ketidakpercayaan. Pandangan Felicia membuat Cakra sangat malu. Biasanya, orang tua akan menutupi kesalahan mereka dari anak-anaknya agar citra orang tua tidak rusak di hadapan anak-anak mereka. Namun, Patricia kali ini membiarkan semua anaknya mengetahui tentang kesalahannya. Hal ini sama saja seperti mempermalukan Cakra di hadapan anak-anaknya. Bahkan Cakra merasa kalau harga dirinya sudah benar-benar hancur sampai dia tidak mampu mengangkat kepalanya tinggi-tinggi di hadapan anak-anaknya. Untung saja, cucunya sedang tidak berada di rumah. Jika tidak, dia akan merasa semakin malu dan tidak berani lagi menatap wajah cucu-cucunya itu. “Ma, Papa mungkin sedikit kebingungan saja. Papa juga biasanya selalu bersikap baik dan sangat menyayangi Mama. Mungkin saja … dia dijebak oleh orang-orang itu yang sudah mempersiapkan semuanya untuk menjebak Papa,” bujuk Felicia berusaha menenangkan ibunya.“Perempuan itu yang sudah merencanakan semua ini. Felicia
Ketiga anak laki-laki Patricia hanya bisa teridam tanpa berani berkata-kata. Padahal ibunya sudah bersikap sangat baik kepada mereka, sekalipun mereka tidak bisa menjadi ahli waris keluarga Gatara seperti adik perempuan mereka. Selain itu, nama keluarga mereka juga bukan Gatara, melainkan Vikar sesuai nama keluarga ayah mereka. Namun, mereka tetap dianggap sebagai anggota keluarga Gatara. Di luar sana, orang-orang juga terus menyebut mereka sebagai anggota keluarga Gatara. Bahkan mereka juga memiliki posisi strategis di perusahaan yang bisa menghasilkan banyak uang. Selain itu, mereka juga jarang sekali mendapat omelan dari ibu mereka ketika mereka melakukan kesalahan di perusahaan, kecuali kesalahan itu sudah benar-benar keterlaluan. Tidak seperti adik kandung mereka ketika masuk ke dalam perusahaan dan terus mendapat omelan dari ibu mereka. Sekalipun posisi Felicia juga sedikit lebih baik daripada mereka, tapi ibu mereka sering sekali memarahi Felicia hanya karena masalah kecil. S
Ibunya akan memarahi ketiga kakak laki-lakinya setiap kali mereka membuat masalah. Bahkan ibunya tidak segan untuk memukul ketiga kakak laki-lakinya, tapi ibunya sama sekali tidak pernah memukul ataupun memarahi Fani setiap kali dia membuat masalah. Patricia menatap Fani dingin yang langsung bisa dirasakan oleh Fani. Akhirnya, dia tidak memiliki pilihan lain selain berlutut menuruti perintah ibunya bersama dengan ketiga kakak laki-laki angkatnya. Dia hanya bisa mengutuk perbuatan ayahnya yang sudah membuatnya menderita seperti ini. Dia tidak tahu kalau ternyata ayahnya menggunakan uang yang diberikannya untuk bermain perempuan. Dia memberikan uang ratusan juta kepada ayahnya karena dia merasa kasihan dengan ayahnya yang selalu merasa tertekan setiap kali ada ibunya di rumah. Jadi, dia memberikan uang itu agar ayahnya bisa bersantai sejenak. Namun, hasilnya sekarang dia justru merasa tersiksa karena perbuatan ayahnya. “Kalian berlima, pukul wajah kalian sendiri!” seru Felicia memberi
Dania akhirnya, memiliki kesempatan untuk membalaskan dendamnya kepada adik ipar angkatnya secara terang-terangan. Hal ini adalah suatu kejadian yang sangat langka. Kemudian tiba-tiba saja dua menantu Patricia lainnya berseru dengan penuh antusias, “Ma, kami juga mau membantu Fani agar Fani tidak mengulangi kesalahannya lagi.”Fani menatap ketiga kakak iparnya dengan penuh kebencian. Apa mereka pikir, Patricia akan berpihak kepada mereka setelah kembali dari Mambera? Bagaimanapun juga, Patricia hanyalah ibu mertua mereka bertiga, sedangkan Fani adalah anak perempuannya. Biasanya, seorang ibu akan jauh lebih memihak kepada anak perempuannya daripada menantu perempuannya. Patricia menatap kedua menantunya lalu berkata, “Biar Dania saja yang melakukannya. Kalian perhatikan pelajaran ini baik-baik.”“Baik,” jawab kedua perempuan itu dengan penuh kekecewaan. Fani menatap Dania yang berjalan menghampirinya lalu berkata, “Kak, aku takut. Tolong, jangan pukul aku keras-keras.”“Seharusnya k
“Nantinya, kalian harus hidup mandiri di luar sana. Kalianlah yang memutuskan jalan hidup kalian masing-masing. Jangan kalian pikir, aku akan bersikap lembut kepada kalian karena kalian adalah anak-anakku. Siapa pun akan berakhir buruk jika berani mengkhianatiku tanpa peduli siapa orang itu,” ancam Patricia. “Ma, kami tahu kalau kami salah. Kami nggak akan memberikan uang kepada Papa lagi,” ujar Ivan mengakui kesalahannya lalu diikuti dengan adik-adiknya yang ikut mengatakan hal yang sama. Mereka juga sadar kalau semua yang mereka miliki saat ini adalah pemberian dari ibu mereka. Mereka pasti tidak akan ada artinya di luar sana kalau sampai mereka harus menanggalkan nama besar keluar Gatara dan keluar dari Gatara Group. Mereka juga akan tetap memilih uang dan kekuasaan dibanding selingkuhan mereka, sekalipun mereka sangat mencintai perempuan-perempuan itu. Semua ini terjadi karena ayah mereka. Padahal mereka memberikan uang itu sebagai wujud bakti mereka kepada Cakra, tapi Cakra jus
Felicia menyerahkan es batu yang ada di tangannya kepada ayahnya. Kemudian dia meminta ayahnya untuk kembali ke kamar dan mengompres wajah bengkak itu dengan es batu. Cakra pun mengambil es batu itu dan berjalan menuju lantai atas kembali ke dalam kamarnya. Sekarang, hanya tersisa Felicia dan ibunya di dalam ruangan. Suasana kembali terasa sunyi. Felicia duduk di samping Patricia lalu berusaha menghiburnya dengan berkata, “Ma, Papa tahu kok kalau dia salah. Aku yakin, dia pasti nggak akan berani mengulang kesalahannya lagi. Jadi, Mama nggak usah khawatir, ya.”Patricia menghela napasnya lalu berkata, “Papamu pasti kesal dengan Mama. Dia tunduk karena dia takut dengan apa yang bisa kulakukan nantinya untuk membuat dia menderita. Di mata orang-orang, mungkin kami berdua adalah pasangan yang serasi dan penuh kasih. Tapi, Mama jauh lebih mengetahui keadaan rumah tangga Mama daripada orang-orang itu.”“Lalu kenapa Mama masih saja mau terus bersama Papa kalau memang Mama sudah tahu Papa be
“Waktu Mama mukul mereka pasti terekam kamera CCTV.”“Ma, minta Ricky hapus rekaman CCTV juga nggak ada gunanya, deh. Di hotel ada banyak banget orang yang lihat. Lagi pula Ricky juga belum tentu mau hapus. Dia dari dulu memang nggak pernah mau bantu kita,” ucap FeliciaPatricia pun tertegun sesaat. Benar juga, apa gunanya sekarang mereka meminta tolong Ricky untuk menghapus rekaman CCTV itu? Di sekitar ada begitu banyak orang yang melihat dan pasti ada saja dari mereka yang merekamnya. Mungkin saat ini di internet sudah beredar luas video dia memukuli mereka.Apa yang Felicia katakan benar, bahkan meski tidak ada yang merekam pun, Ricky tidak akan mau menghapusnya. Olivia adalah cucu dari kakaknya Patricia, otomatis Olivia juga masih memiliki garis keturunan keluarga Gatara dan juga hubungan darah dengannya. Keponakannya juga cukup sukses di Mambera dan menjadi nyonya besar di keluarga Sanjaya. Sewaktu muda dia cukup hebat. Meski sekarang sudah mundur, dia masih tetap memegang kuasa d