“Maaf, apa Pak Cakra ada?” tanya Patricia sopan dan tidak langsung menyerang perempuan itu. “Siapa? Siapa yang mencariku?” tanya Cakra yang baru saja keluar dari kamar mandi sambil menyeka rambutnya dengan handuk kering. Dia sangat tercengang ketika melihat sosok istrinya yang berada di depan pintu. Dia sempat mengira kalau dirinya sudah salah melihat, jadi dia menyeka matanya beberapa kali. Namun, tetap saja sosok yang di hadapannya saat ini tidaklah berubah. Istrinya yang sudah tampak menua, sekalipun sudah melakukan berbagai perawatan masih tetap berada di depan pintu kamar hotelnya. “Sayang, ada yang mencarimu,” ujar si perempuan muda sambil membalik tubuhnya menghadap Cakra. Sebenarnya, dia juga tahu di dalam hatinya kalau suatu saat istri dari Cakra pasti akan berhasil memergoki mereka. Namun, perempuan cantik itu tidak peduli sama sekali. Dia tidak peduli jika istri Cakra memergoki mereka. Entah sudah ada berapa banyak istri yang memergokinya kalau memang dia takut akan hal
Patricia menampar Cakra berkali-kali sampai menyebabkan wajah Cakra memar dan membengkak. Bahkan hidung dan bibirnya juga tampak mengeluarkan darah. Namun, Cakra sama sekali tidak berani melawan ataupun menahan amarah istrinya. Sampai akhirnya, dia meraih tangan Patricia setelah istrinya itu berhenti memukulnya seraya berkata, “Sayang, apa tanganmu sakit? Apa kamu lelah? Sini, biar aku pijit tanganmu.”Namun, Patricia justru menendangnya sampai Cakra terjatuh di atas lantai lalu berkata, “Bawa mereka berdua pergi dari sini!”Patricia dengan nada suara dingin memerintahkan para pengawalnya untuk membawa kedua orang itu keluar dari hotel ini agar dia bisa memberikan hukuman lainnya untuk mereka. Patricia tidak akan pernah memaafkan siapa pun yang berani mengkhianatinya. Kedua pengawalnya bergegas masuk ke dalam kamar dan membawa perempuan cantik itu lalu mengikuti Patricia dari belakang. Cakra tidak membutuhkan bantuan para pengawal untuk berjalan. Dia dengan cepat bangkit lalu mengiku
Kemudian Patricia kembali memukuli perempuan itu setelah perempuan itu berada di bawah kendali para pengawalnya. Dia memukuli perempuan itu sampai babak belur dan sulit untuk dikenali. “Sayang,” panggil Cakra. Dia meraih tangan Patricia karena dia takut Patricia akan membunuh perempuan itu di sini. Bagaimanapun juga, dia sudah pernah memadu kasih selama beberapa saat dengan perempuan itu. Hal ini berhasil menghentikan Patricia untuk memukul perempuan itu. Namun, saat ini pukulan Patricia beralih kepada Cakra. Patricia berbalik dan menampar wajah Cakra berkali-kali tanpa ragu. Sampai akhirnya, Ricky Adhitama yang sejak tadi menonton peristiwa ini melangkah maju lalu berkata, “Bu Patricia.”Ricky memanggil Patricia dengan suara dalam dan langsung berhasil menghentikan perempuan tua itu untuk terus memukul suaminya tanpa ampun. Patricia dengan cepat menoleh untuk mencari tahu siapa orang yang berani memanggilnya dan dia menemukan ternyata Ricky Adhitamalah yang berani memanggilnya.Se
Perempuan selingkuhan Cakra masih harus menanggung malu dari orang-orang yang mengkritiknya setelah dia harus menanggung rasa sakit karena pukulan Patricia. Semua orang mencibir ke arahnya ketika mereka mengetahui kalau perempuan itu adalah perempuan yang merusak pernikahan orang lain. Tidak ada satu pun orang yang bersimpati kepada perempuan itu. Dia berusaha bangkit sendiri dengan susah payah tanpa ada yang membantunya sama sekali. Dia tidak menyangka kalau laki-laki tua itu adalah suami dari kepala keluarga Gatara. Dia pastinya tidak akan berani bermain dengan Cakra kalau saja dia tahu hal itu. Dia juga tidak menyangka kalau latar belakang orang berkuasa yang selama ini dia gunakan tidak ada artinya ketika berhadapan dengan Patricia. Akhirnya, sekarang dia harus merasakan rasa sakit yang begitu menyiksa setelah dipukuli oleh Patricia.Di sisi lain, Ricky membawa Rika masuk ke dalam ruangan pribadi restoran di Blanche Hotel. Mereka mengobrol sambil menunggu hidangan disajikan. “Per
Tentu saja, pembicaraan itu tidak akan baik bagi hubungan mereka ke depannya. Oleh karena itu, Ricky berusaha menghindarinya sebisa mungkin. Di saat yang bersamaan, Felicia sudah pulang ke rumahnya. Felicia mendapatkan kabar kembalinya sang ibu ke Cianter dari Pak Vandi. Felicia juga tahu kalau ibunya langsung pergi ke Blanche Hotel sesampainya perempuan itu di Cianter dan langsung memergoki Cakra yang sedang berselingkuh dengan perempuan lain. Felicia terlihat seperti tidak tahu sama sekali tentang perselingkuhan ayahnya yang terjadi baru-baru ini, tapi sebenarnya dia sangat mengetahuinya dan menyimpannya di dalam hati. Dia menggunakan Ricky seakan laki-laki itu adalah dalang di balik peristiwa ini. Namun, sebenarnya Felicialah yang sudah merencanakan semua ini. Felicia mendapat perintah untuk segera pulang, jadi dia pun pulang tanpa banyak bertanya. Dia tahu kalau saat ini kemarahan ibunya pasti sedang sangat memuncak. Dialah orang pertama yang menyulut permasalahan ini. Ketiga s
Mereka semua memperhatikan orang-orang di sekitar mereka yang terdiam setelah melihat kondisi ayah mereka yang menyedihkan. Kemudian mereka juga melirik ke arah ibu mereka yang sedang duduk di atas sofa sambil merokok tanpa memandang ayah mereka yang berlutut sambil menangis di atas sebuah keyboard. Semua orang hanya bisa berdiri membeku tanpa berani mengatakan apa pun. Bahkan Fani yang sangat disayangi ibu mereka juga hanya bisa diam tanpa berani mengucapkan sepatah kata pun dari mulutnya. Ivan berjalan perlahan ke samping istrinya lalu berbisik, “Apa yang terjadi sama Papa? Siapa yang memukulnya sampai babak belur begitu?”Dania menjawab pertanyaan Ivan dengan berbisik, “Mama yang memukul Papa. Memangnya kamu nggak lihat kalau Papa sedang berlutut di atas keyboard?”“Papa selingkuh dan Mama memergokinya. Bahkan perempuan selingkuhannya itu habis dipukul sampai babak belur.”Raut wajah Ivan seketika berubah setelah mendengar jawaban istrinya. Dia memikirkan tentang perselingkuhan ya
Felicia menatap ayahnya kaget dan penuh ketidakpercayaan. Pandangan Felicia membuat Cakra sangat malu. Biasanya, orang tua akan menutupi kesalahan mereka dari anak-anaknya agar citra orang tua tidak rusak di hadapan anak-anak mereka. Namun, Patricia kali ini membiarkan semua anaknya mengetahui tentang kesalahannya. Hal ini sama saja seperti mempermalukan Cakra di hadapan anak-anaknya. Bahkan Cakra merasa kalau harga dirinya sudah benar-benar hancur sampai dia tidak mampu mengangkat kepalanya tinggi-tinggi di hadapan anak-anaknya. Untung saja, cucunya sedang tidak berada di rumah. Jika tidak, dia akan merasa semakin malu dan tidak berani lagi menatap wajah cucu-cucunya itu. “Ma, Papa mungkin sedikit kebingungan saja. Papa juga biasanya selalu bersikap baik dan sangat menyayangi Mama. Mungkin saja … dia dijebak oleh orang-orang itu yang sudah mempersiapkan semuanya untuk menjebak Papa,” bujuk Felicia berusaha menenangkan ibunya.“Perempuan itu yang sudah merencanakan semua ini. Felicia
Ketiga anak laki-laki Patricia hanya bisa teridam tanpa berani berkata-kata. Padahal ibunya sudah bersikap sangat baik kepada mereka, sekalipun mereka tidak bisa menjadi ahli waris keluarga Gatara seperti adik perempuan mereka. Selain itu, nama keluarga mereka juga bukan Gatara, melainkan Vikar sesuai nama keluarga ayah mereka. Namun, mereka tetap dianggap sebagai anggota keluarga Gatara. Di luar sana, orang-orang juga terus menyebut mereka sebagai anggota keluarga Gatara. Bahkan mereka juga memiliki posisi strategis di perusahaan yang bisa menghasilkan banyak uang. Selain itu, mereka juga jarang sekali mendapat omelan dari ibu mereka ketika mereka melakukan kesalahan di perusahaan, kecuali kesalahan itu sudah benar-benar keterlaluan. Tidak seperti adik kandung mereka ketika masuk ke dalam perusahaan dan terus mendapat omelan dari ibu mereka. Sekalipun posisi Felicia juga sedikit lebih baik daripada mereka, tapi ibu mereka sering sekali memarahi Felicia hanya karena masalah kecil. S