Sepuluh menit kemudian.Bram dan Chintya berjalan berdampingan, yang diikuti kedua kakaknya di belakang. Mereka berempat berjalan menuju sanggar bela diri sambil mengobrol. Suasana Kota Malinjo lebih ramai di malam hari dibandingkan siang hari. Meskipun tidak semakmur Kota mambera, tetap saja dipenuhi dengan berbagai hiburan karena tempat ini juga merupakan kawasan perkotaan.“Bram, nanti kamu tanding denganku dulu. Kami bertiga semuanya belajar dari papaku. Kami pakai jurus yang sama. Kalau kamu bisa kalahkan aku, kamu akan punya peluang menang lebih besar kalau kamu tantang Kak Rama. Kak Rama belajar lebih awal beberapa tahun dariku. Dia akan lebih kuat dan lebih cepat sedikit dari aku. Murid yang dia ajar rata-rata yang sudah hebat. Kalau aku hanya mengajar anak-anak. Mau bagaimana lagi, aku masih muda. Belum setenar Kak Rama.”Di dunia seni bela diri Kota Malinjo, kedua kakak Chintya cukup terkenal. Bram pun berkata, “Kalau begitu, itu nggak adil bagi Kak Rama. Nggak apa-apa. Aku l
“Terlebih lagi, kebanyakan orang nggak ingin provokasi Nenek Sarah. Dia punya koneksi banyak. Tunggu kamu lebih sering berinteraksi dengan Olivia dan jadi lebih akrab dengannya, kamu akan tahu orang-orang dalam lingkar pertemananku itu semuanya bukan orang biasa.”Sebagian besar keluarga besar saling mengenal dan memiliki kontak satu sama lain. Bahkan ada beberapa yang menjadi sekutu.“Chintya, jika suatu hari kamu jadi terlibat karena aku, apakah kamu masih mau berteman denganku? Apakah kamu akan putus kontak denganku?” tanya Bram.Rama yang mendengarnya langsung berkata, “Kamu anggap Chintya apa? Adikku sudah lama anggap kamu sebagai temannya. Dia sangat tulus dalam berteman. Begitu dia sudah anggap kamu temannya, saat teman ada kesulitan, dia akan bantu sekuat tenaga. Bagaimana mungkin dia putus kontak denganmu.”“Tapi masalahnya kamu nggak boleh lakukan sesuatu yang ilegal dan melibatkan Chintya. Kalau nggak, kami semua nggak hanya putuskan semua kontak denganmu, kami juga akan haj
“Bukannya aku nggak mengerti cinta. Kak Rama ngomong seperti itu, hanya buat aku terdengar seperti orang bodoh saja.” Chintya mengomeli kakaknya.Rama melirik Bram, lalu menatap adiknya yang jelas-jelas tidak mengerti tentang cinta. Namun, Rama tidak berniat menjelaskannya. Ralat, baru saja dia sudah menjelaskan kalau Bram sedang memberitahu Chintya agar Chintya memiliki persiapan hati. Lihat saja reaksi adiknya itu, benar-benar membuatnya khawatir. Sungguh tidak ada reaksi lain sama sekali.“Kak, saat kamu tanding dengan Bram nanti, kamu harus mengalah sedikit. Jangan keras-keras padanya.” Chintya mengingatkan kakaknya, juga untuk mengalihkan topik pembicaraan.“Kami cuma tanding, bukan bertarung antara hidup dan mati. Tenang saja, aku nggak akan terlalu keras padanya.”Bram berterima kasih pada Rama. Mereka berempat berjalan dengan cepat menuju Sanggar Bela Diri Keluarga Baruna. Di malam hari, masih ada pelatih yang mengawasi murid berlatih di sana. Begitu melihat mereka berempat dat
“Kalau Bram kalah, uangku satu juta lebih ini pakai untuk beli makanan buat kalian semua. Kalau Bram menang, semua uang kalian jadi milikku.”Chintya hanya tidak ingin Bram terlihat menyedihkan. Tanpa perlu ditanyakan lagi, semua orang di sana akan memasang taruhan mereka pada Rama.Bram datang dari kota yang jauh. Tidak ada yang tahu kemampuannya. Hanya saja, sikapnya yang beradab, ditambah lagi Rama tadi memanggilnya Pak Bram. Semua orang menebak kalau Bram adalah seorang bos perusahaan.Sekalipun orang seperti itu menguasai ilmu bela diri, paling hanya bisa beberapa jurus mudah. Bagaimana mungkin dia bisa mengalahkan calon penerus Sanggar Bela Diri Keluarga Baruna?Beberapa pelatih yang ada di sana mengeluarkan semua uang tunai yang mereka miliki dan memasang taruhan mereka pada Rama.Meskipun para murid bukan anak-anak, mereka masih remaja belasan tahun. Mereka tidak punya banyak uang. Paling satu anak keluarkan 20 ribu, anak yang lain keluarkan berapa puluh ribu. Setelah terkumpul
“Tapi, Pak Bram datang dari jauh ke sini. Dia tamu kita. Kak Rama juga harus mengalah sedikit.”Jerry sama percaya dirinya dengan Rama. Dia merasa Rama pasti akan menang. Meskipun jumlah taruhan di pihak Chintya sangat sedikit, total hanya 1,8 juta, lebih baik daripada tidak sama sekali.Bram tersenyum, “Nggak perlu. Aku dan Kak Rama hanya bertanding. Nggak perlu sampai bertarung mati-matian. Kak Rama nggak perlu mengalah dariku. Chintya, berapa banyak taruhan kalian berdua?”Chintya membuka telapak tangannya. Di tangannya hanya ada 1,8 juta lebih. Dia ikut tersenyum dan berkata, “Nih, hanya sebanyak ini. Ini semua uang tunai yang aku punya, ditambah uang Willy dua ratus ribu. Bram, kamu harus keluarkan semua kemampuanmu, kalahkan Kak Rama. Hahaha, biar aku dan Willy menang.”“Setiap kali ada yang datang untuk menantang Kak Rama, semua orang akan bertaruh dia menang. Sama sekali nggak seru, nggak ada kejutan. Kamu beri kami kejutan saja. Kalau kamu kalahkan Kak Rama, aku akan masak unt
Mereka merasa Bram tidak memiliki rasa percaya diri sama sekali. Bahkan Willy langsung menyenggol Chintya dan bertanya, “Kak Chintya, kamu bertaruh pada Pak Bram karena kamu sangat percaya padanya, kan? Aku sudah belajar seni bela diri di sini selama enam tahun. Belum pernah aku lihat orang yang bisa kalahkan Pak Rama. Jadi aku penasaran.”Chintya menjawab, “Aku juga nggak tahu. Aku hanya merasa Bram adalah temanku. Kalau nggak ada yang bertaruh dia menang, dia akan malu sekali. Jadi aku pun bertaruh dia menang. Lagi pula, uang tunai yang aku bawa hanya sejutaan. Kalau kalah ya sudah. Anggap aku traktir mereka. Bukannya nggak pernah traktir mereka juga.”Willy, “....”Chintya menatap Willy sebentar, lalu berkata, “Kalau kamu menyesal juga sudah terlambat. Kamu lihat, mereka sudah turun ke arena.”Willy memasang wajah cemberut dan berkata, “Nggak apa-apa. Mamaku kasih aku uang itu memang untuk jajan selama seminggu.”Kalaupun kalah, paling-paling Willy tidak bisa jajan setelah pulang la
Semua orang serempak melihat ke arah Willy. Yang dilihat hanya terkekeh lalu berkata, “Lagi pula, Kak Chintya nggak punya pacar. Kalau Pak Bram bisa kalahkan Pak Rama, nggak kasih aku uang, aku juga mau jodohkan Pak Bram dan Kak Chintya.”Di mata anak ini, Chintya dan Bram adalah pasangan yang serasi, sama-sama memiliki penampilan yang menarik. Ini pertama kalinya Willy melihat pria yang begitu tampan. Lebih tampan dari idola yang digemari gadis-gadis di kelasnya. Selain itu, Bram juga menebarkan semacam ... aura-aura orang terhormat. Pokoknya, Willy merasa Bram pria yang sangat baik.Selama Bram bisa mengalahkan Rama, Willy dan Chintya bisa bagi rata uang 20 juta lebih itu. Kalau begitu, Bram akan jadi lebih baik lagi.Jerry berkata sambil tertawa, “Dasar anak ini. Bram, kamu harus semangat. Anak ini sudah bilang. Kalau kamu buat dia menang, dia akan jodohkan kamu dan adikku secara gratis.”“Kak Jerry, Willy omong kosong, kamu juga ikut omong kosong.”Chintya tertawa terbahak-bahak. D
Jerry dan semua pelatih yang ada di sana bisa melihat kalau Bram telah menggunakan trik untuk menang tipis dari Bram. Namun, menang tipis tetaplah sebuah kemenangan. Rama tidak sengaja kalah dari Bram. Bram benar-benar telah mengalahkan Rama.Bram mengulurkan tangannya untuk menarik Rama, lalu memberi hormat. “Kak Rama, terima kasih sudah mengalah.”Rama tertawa. “Aku nggak mengalah. Kamu yang temukan kelemahanku dan menang secara mengejutkan. Bram, aku terima kekalahanku.”Bram tetap merendah. Suasana arena tiba-tiba menjadi hening. Suara percakapan mereka yang membuat semua orang sadar dari lamunan mereka.“Aaarrrggghhh!”Willy seketika melompat kegirangan, lalu menepuk bahu Chintya dan berteriak, “Kak, Kak Chintya. Kita menang. Pak Bram kalahkan Pak Rama. Kita menang, Kak. Uang 20 juta itu milik kita. Hahaha. Aku punya uang untuk jajan selama setengah tahun!”Murid-murid lain serempak memandang Willy yang melompat kegirangan. Setelah mendengarkan teriakan gembira Willy, mereka pun m
Namun Olivia justru malah bertanya, “Russel, kamu mau menemani Liam kerjain tugasnya? Anggap saja ini sebagai latihan menulis. Ingatan kalian berdua kan bagus, kalau kamu nulis banyak dan bisa ingat apa yang kamu tulis, di masa depan bakal berguna juga buat kamu, lho.” Tidak pernah ada salahnya mengerti sedikit tentang kesehatan dan ilmu kedokteran. Karena ditatap oleh tante dan teman baiknya, Russel secara tak terduga menerima tantangan itu. Biarlah, dia pikir, tidak ada ruginya juga menemani teman baiknya mengerjakan tugas. ***Sementara itu di Aldimo ….Kemarin malam baru saja turun salju yang sangat deras, maka dari itu hari ini di mana-mana dipenuhi dengan pemandangan jalan yang putih pekat. Di halaman rumah keluarga Pangestu, terlihat dua orang anak dengan pakaian tebal sedang asyik bermain dan membuat boneka salju. Mereka adalah dua anak penerus keluarga Pangestu. Tommy membuat boneka salju dengan ukuran yang sangat besar. Setelah boneka salju itu jadi, dia mundur beberapa l
Dalam hatinya Yose berkata “Stefan belajarnya cepat juga ternyata, padahal waktu itu dia yang datang berguru padaku.” Setelah sarapan, Mulan dan Olivia membawa anak-anak mereka untuk bermain di ruang tengah utama, semetara Yose harus berangkat ke kantornya untuk bekerja. Dengan hati yang sangat berat dia menyerahkan putri kesayangannya kepada Mulan, lalu meminta Mulan untuk mengantarnya sampai ke pintu depan. Setelah itu baru Yose berangkat kerja. “Dasar … anak sudah sebesar ini masih saja manja,” ujar Mulan mengeluhkan sikap suaminya kepada Olivia. “Romantis banget. Hubungan kamu dan Yose masih sama seperti waktu pertama kali kalian pacaran. Kalau bukan romantis, apa namanya? Kamu itu kan wanita idaman yang sudah Yose impikan selama belasan tahun, wajah saja kalau dia masih suka bersikap manja sama kamu.” Seketika rona wajah Mulan langsung memerah. Di saat itu juga, Dokter Panca baru datang sambil menggendong Tiano. Sally juga datang menggandeng dua anak lelakinya untuk meramaikan
Raut wajah Liam langsung berubah masam dan seketika nafsu makannya juga hilang. Namun mengingat, jarak liburan musim panas nanti masih ada setengah tahun, nafsu makannya kembali membaik. “Olivia, biasanya Russel dikasih pelajaran apa? Liburan musim panas tahun depan kan mereka berdua main bareng lagi, gimana kalau kita suruh mereka belajar bareng juga. Kalau ada teman belajar, belajarnya pasti bisa lebih cepat masuk,” Yose mengusulkan. “Liburan musim panas nanti, mungkin aku nggak bisa datang, kecuali Liam yang datang ke rumahku,” kata Olivia. Di saat itu anak Olivia baru genap satu bulan. Anaknya masih sangat kecil sehingga tidak memungkinkan Olivia untuk melakukan perjalanan jauh. Jika Liam yang datang ke Mambera juga akan menjadi tanggung jawab yang berat. Olivia tidak berani menanggung itu. Andaikan Mulan mau membawakan Liam dan kedua anak kembarnya ke Mambera, itu akan lebih baik, karena bagaimanapun Mulan dan Yose adalah orang tuanya Liam. Di liburan musim panas nanti, kedua
“Ma, Om Stefan nggak mungkin secepat itu datang jemput aku dan Tante, ‘kan? Aku masih belum puas main di sini, aku masih mau main sebentar lagi.” Mendengar Russel bilang begitu, Liam juga ikut khawatir Russel akan segera pulang ke Mam bera, maka dia pun bergegas berbicara kepada Odelina, “Tante, jangan jemput Russel pulang dulu. Kasih Russel masih di sini beberapa hari lagi saja. Kami masih belum puas. Aku … aku nggak bakal berantem sama Russel, jadi tolong kasih Russel menginap di sini lebih lama, ya.” “Boleh, kalau begitu Tante kasih kasih Russel menginap di sana satu minggu lagi. Seharusnya nanti Stefan ada waktu kosong untuk jemput dia,” kata Odelina. Liam merasa satu minggu saja masih tidak cukup, jadi dia memberikan tawaran baru. “Tante, kalau sepuluh hari saja, boleh nggak?” “Sepuluh hari, ya …,” Odelina menghitung tanggal. “Kalau sepuluh hari, Tante sudah libur. Ya sudah, oleh. Kalau begitu Russel menginap di sana sepuluh hari lagi, tapi kalian berdua harus akur, ya. Jangan
Status keluarga Junaidi di Aldimo membuat mereka tidak bisa bertindak gegabah. Faktor lainnya adalah nantinya mereka tidak akan bisa lagi mendapat informasi apa pun tentang Liam dari Vila Ferda. Mereka menduga keluarga Junaidi mengirim anak itu ke suatu tempat, tetapi mereka tidak tahu tempat apa pastinya. “Nggak apa-apa. Libur musim panas tahun depan waktunya lebih panjang. Nante Tante bawa Russel main ke rumahmu, biar dia bisa menemani kamu selama liburan,” kata Odelina tersenyum. “Tante Odelina harus tepat janji, ya! Liburan musim panas nanti Russel harus temani aku main,” ujar Liam. Liam dan Russel pasti ada saja sesekali bertengkar, tetapi sebagian besar waktu lebih banyak mereka habiskan dengan bermain bersama. Ada banyak sekali anak-anak di Vila Ferda, tetapi Archie dan Audrey masih terlalu kecil untuk bermain bersama dengan Liam. Liam tentu saja berharap Russel yang datang untuk bermain bersama. “Pasti,” Odelina berjanji. Ketika liburan musim panas nanti, anaknya Olivia ju
“Oke!” jawab Russel dengan gembira. “Mama, aku makan sendiri, lho. Tante Olivia nggak suapin aku lagi. Aku makan juga nasinya sudah nggak berantakan di meja. Aku mau tanding sama Liam siapa yang bisa makan lebih cepat.” Lam langsung mendekat dan dengan santun menyapa Odelina. “Halo, Tante. Selamat pagi. Tante sudah makan, belum?” Odelina tersenyum. “Tante baru saja makan. Sekarang lagi perjalanan balik ke kantor. Kamu sama Russel makan yang banyak, ya, biar cepat tinggi.” “Kak Odelina, jangan suruh mereka berdua makan banyak. Mereka ini tukang makan, aku malah takut mereka makan kebanyakan dan malah jadi sakit perut mereka,” sahut Mulan. Odelina juga sadar anaknya, Russel, itu tukang makan. Namun apa mau dikata, semua orang yang menjaganya juga sama-sama suka makan. Karena mendapat pengaruh dari Olivia, reputasi Russel sebagai tukang makan justru malah makin terkenal. Sisi positifnya, paling tidak sekarang sudah tidak pilih-pilih makanan. Dulu Russel paling tidak suka makan sayur,
Selama ada Vandi di sisinya, mau dunia kiamat pun Felicia tidak akan merasa khawatir.Odelina selalu bilang kalau Vandi mencintai Felicia, dan Felicia juga memiliki perasaan kepada Vandi. Odeline sudah pernah mengingatkan Felicia agar tidak menyia-nyiakan Vandi, dan juga jangan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal seperti hanya menginginkan anak tanpa suami agar tidak membuat Vandi bersedih.Tidak peduli bagaimana akhir dari persaingan antara Odelina dengan keluarga Gatara, dalam hubungan asmara, Odelina hanya ingin memberikan saran demi kebaikan Felicia sendiri. Felicia mengakui perasaannya, dia memang mencintai Vandi. Tak bisa dipungkiri, memang sangat mudah untuk mencintai pria yang luar biasa seperti Vandi.Melihat Felicia sudah tertidur, Vandi menghentikan mobil dan melepas jaketnya, lalu dia gunakan jaket itu untuk menutupi tubuh Felicia. Udara masih terasa dingin meski di dalam mobil sudah menggunakan penghangat. Felicia akan mudah masuk angin jika dia tertidur begitu saja.
Felicia menyapu pandangannya ke arah bawahan Dikta yang sudah tumbang di lantai. “Cukup awasi saja mereka, nggak perlu dibunuh.”“Baik, sudah kuperintahkan ke anak buahku,” jawab Vandi.Felicia mengiyakan, lalu dia langsung naik ke mobilnya Vandi. Dengan segera Vandi mengemudikan mobil itu kembali ke Cianter. Selagi di perjalanan, Vandi berkata, “Dari awal Bu Patricia sudah merencanakan ini. Dia sudah minta Dikta untuk menyiapkan seorang pengganti. Sekarang pengganti itu ada di rumah.”“Sudah kuduga Mama pasti bakal melakukan ini,” tutur Felicia seraya memijat lehernya.Karena itu Felicia juga sudah menyiapkan rencananya sendiri. Sewaktu ibunya mengajak dia jalan-jalan di halaman rumah, Felicia sudah menunggu ibunya beraksi, agar ibunya mengira kalau rencananya berjalan dengan lancar. Dengan begitu, Felicia bisa kembali ke Cianter tanpa ketahuan.“Mama sudah tua pun tenaganya masih kuat. Leherku sampai sekarang masih sakit.”“Bu Patricia pernah latihan bela diri. Usianya sudah tua pun
Ketiga putranya sudah memiliki anak, dan menantunya juga lebih mendengarkan Cakra untuk mengungsi ke kediaman keluarga Vikar selama tahun baru.Yang ingin Cakra lindungi adalah anak cucu yang mewarisi marganya, sedangkan yang ingin Patricia lindungi adalah Felicia yang masih menggunakan marga Gatara.Namun, bagaimanapun juga mereka tetaplah cucunya, maka dari itu Patricia tidak meminta para menantunya untuk membawa anak-anak mereka ke Cianter. Biarlah mereka melewati tahun baru yang damai di sana. Akan lebih baik jika mereka jauh dari perseteruan ini. Dalam hal ini, Cakra melakukan bagiannya dengan baik. Cakra menyadari kekejaman istrinya. Jika cucunya tidak segera pergi, dikhawatirkan mereka semua juga tidak akan bertahan hidup.Patricia mengerutkan bibirnya. Apa yang akan terjadi pada malam ini semua bergantung kepada takdir mereka semua. Andaikan, belum waktunya bagi mereka untuk mati, mungkin mereka bisa keluar dari rumah ini dengan selamat. Namun apabila mereka tidak berhasil mela