Felicia membalas pesan pria itu, “Aku mau makan es krim. Kamu coba lihat di jalan ada yang jual, nggak. Kalau ada beli yang kemasan gelas. Nggak peduli apa mereknya. Yang penting pakai gelas."Dengan begitu, tidak akan belepotan ke mana-mana saat makan es krim nanti. Felicia suka makan es krim yang dalam kemasan gelas. Biasanya Vandi akan membujuknya kurangi makan makanan dingin. Malam ini Felicia jelas dalam suasana hati yang buruk. Jadi Vandi tidak membujuknya, justru mengiyakan dengan suara lembut.Setelah mendapat jawaban Vandi, Felicia baru meletakkan ponselnya di atas meja lagi. Kemudian, dia berdiri dan berjalan ke depan jendela. Gedung kantor Gatara Group tentu saja tidak setinggi gedung Aurora Group, tapi masih lebih tinggi dari gedung perusahaan lain di sekitarnya.Kantor Felicia hanya berjarak satu lantai dari lantai paling atas. Begitu dia berdiri di depan jendela kantornya dan melihat ke luar, dia bisa melihat pemandangan indah gedung-gedung di sekitarnya. Kota Cianter jug
Felicia yang menyuruh sekretarisnya pulang. Karena Felicia lembur untuk menangani masalahnya sendiri di perusahaan. Sekretarisnya di Gatara Group tidak akan bisa membantunya.Suasana di luar begitu sunyi. Beberapa departemen juga sedang lembur. Namun, di lantai tempat kantor Felicia berada, tidak ada yang lembur selain dirinya. Setelah keluar dari ruangannya, Felicia melewati kantor besar yang penuh dengan meja kubikel, lalu berjalan ke arah lift.Setelah sampai di depan lift, Felicia melihat seorang pria bersandar di pintu masuk lift sambil membawa sebuket bunga. Begitu melihat Felicia datang, pria itu tersenyum. Felicia pernah bertemu dengan pria itu.Ayah kandung Felicia ingin menjodohkan Felicia dengan pria yang bernama Warren itu. Setelah tahu sang ayah ingin menjodohkannya, Felicia langsung meminta Vandi untuk menyelidiki Warren, cari tahu semua hal tentang Warren sampai jelas.Dari situ, Felicia pun tahu kalau Warren hanyalah seorang anak dari keluarga kaya yang hanya tahu berhu
“Felicia, jangan begitu, dong. Aku jatuh cinta padamu pada pandangan pertama. Rasa cintaku semakin besar saat bertemu lagi denganmu. Kita bisa ngobrol baik-baik dulu.”Tatapan Warren tertuju pada kerah jas Felicia. Perempuan itu memang tumbuh besar di desa, tapi hal itu tidak menghalanginya untuk tumbuh menjadi seorang perempuan cantik. Dia memiliki aura yang bagus, tidak salah lagi dia anak kandung keluarga Gatara. Aura itu memang bawaan dari lahir, yang tidak akan hilang karena lingkungan tempat dia dibesarkan.Felicia juga memiliki bentuk tubuh yang sangat bagus. Hanya dengan melihatnya saja sudah membuat hati Warren tergelitik, bahkan air liur hampir menetes dari mulutnya. Warren ingin segera menghambur ke arah Felicia dan menjatuhkannya ke tempat tidur. Dia pasti bisa membuat Felicia jadi cinta mati padanya.Pemikiran itu membuat Warren menjadi tidak sungkan-sungkan lagi. Dia pun mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Felicia. Felicia langsung mencekal tangan besar pria itu dan
Mulai sekarang, Warren tidak akan menginjakkan kakinya di tempat ini lagi. Meskipun kejayaan dan kekayaan keluarga Gatara sangat menggoda, Warren juga tidak bisa menikmatinya. Ternyata benar, perempuan keluarga Gatara galak-galak semua.Vandi bisa menebak apa yang terjadi di dalam ketika melihat Warren yang berlari terbirit-birit. Dia merasa khawatir. Baru saja hendak menelepon Felicia, dia pun melihat Felicia berjalan keluar dengan santai. Karena Vandi datang menjemputnya, Felicia tidak mengemudikan mobilnya sendiri.“Bu Felicia.”Satpam-satpam yang bertugas segera menyapa Felicia ketika melihatnya keluar. Felicia tiba-tiba berhenti dan melihat ke arah mereka.Para satpam merasa bingung dipandang seperti itu oleh Felicia. Salah satu dari mereka memberanikan diri untuk bertanya, “Bu Felicia, apakah kami melakukan kesalahan?”“Kalian lihat pria yang baru saja lari keluar?”Beberapa satpam itu saling menatap satu sama lain. Kemudian, mereka menganggukkan kepala dengan serempak. Kemudian,
Vandi datang ke sini memang untuk mengajak Felicia jalan-jalan, cari angin segar. Dia pun tidak bertanya pada Felicia mau ke mana. Karena di mana ada jalan, di situ dia pergi.Setelah menghabiskan es krimnya, Felicia baru berkata, “Papaku yang baik itu jodohkan aku dengan seorang pria mesum. Aku bertemu dengannya di depan lift. Dia cegat aku, juga ingin sentuh aku. Aku banting saja dia pakai jurus yang kamu ajari. Selain itu, aku juga tendang dia habis-habisan. Aku rasa dia nggak akan berani macam-macam denganku lagi.”Vandi orang yang terpelajar, juga menguasai ilmu bela diri. Meskipun Felicia bisa berkelahi, itu karena dia terlalu sering berkelahi. Dia tidak pernah mempelajari ilmu bela diri. Orang tua angkatnya tidak baik padanya. Bagaimana mungkin mereka rela mengeluarkan uang untuk Felicia pergi belajar ilmu bela diri?Sejak Vandi menjadi asisten Felicia, dia menyadari kalau Felicia sangat gesit, responsif dan kuat. Jadi dia mengajari Felicia beberapa jurus. Makanya Felicia bisa m
Vandi tersenyum, “Aku ada memang untuk Bu Felicia.”Vandi sangat suka dengan sifat Felicia. Felicia terlihat lemah, tapi kenyataannya dia lebih kejam dari siapa pun. Felicia juga memiliki pandangan hidup yang bagus, bisa memisahkan budi dan dendam dengan jelas.“Bu Patricia gagal menjalankan rencananya di Kota Mambera,” kata Vandi.Felicia tertawa sinis, “Dia kira Kota Mambera sama seperti Kota Cianter? Sekalipun di Kota Cianter, dia juga nggak bisa berbuat seenaknya. Jangankan dengan keluarga besar di Kota Mambera, keluarga Gatara sama sekali nggak bisa dibandingkan dengan keluarga Arahan di Kota Cianter.”Kota Cianter saat ini bukan lagi Kota Cianter seperti ketika Patricia baru menjadi kepala keluarga. Keluarga Gatara juga bukan keluarga Gatara yang dulu lagi.Felicia merasa ibunya cukup kejam, tapi ibunya masih sedikit tertinggal dalam urusan bisnis. Gatara Group sedang mengalami kemunduran, tapi ibunya malah tidak berdaya. Manajemen internal perusahaan juga kurang memuaskan.Mungk
“Kamu bisa hamil dan melahirkan anak?” tanya Felicia dengan nada bercanda.“Kalau itu ... aku benar-benar nggak bisa.”Felicia tertawa, Vandi juga ikut tertawa. Hanya saja, telinganya diam-diam memerah. Pada saat yang sama, di rumah keluarga Gatara.Fani bertanya pada ayahnya dengan gugup, “Pa, Warren berguna, nggak?”“Aku rasa kalau untuk hadapi Felicia sudah cukup. Lagi pula, Vandi nggak lagi bareng Felicia. Tenang saja.” Cakra sangat percaya diri.“Sebentar lagi mamamu pulang. Selama Warren selesaikan tugasnya, begitu mamamu pulang, dia akan atur pernikahan Felicia. Biar dia menikah dengan pria nggak berguna. Dengan begitu, dia akan kalah dari kamu. Kamu juga harus kerja lebih keras, cepat taklukkan Riko.”“Pa, percuma saja aku kerja keras. Aku nggak bisa taklukkan hati Riko. Aku bahkan sama sekali nggak punya kesempatan. Apa lagi Mama sudah pesan berulang kali jangan provokasi Ricky lagi. Kita nggak boleh singgung orang seperti dia.” Fani memanyunkan bibir dan berkata, “Aku harus g
“Mama juga suruh aku ganti rugi biaya perbaikan mobil Felicia. Lagi pula dia nggak hanya punya satu mobil. Kalau mobil yang ini rusak, ganti yang lain saja. Masih bisa pakai juga. Dia malah mau aku ganti rugi segala. Sekali minta ratusan juta lagi. Sekarang tabunganku sudah menipis. Ratusan juta sama saja dengan potong dagingku. Terlebih lagi untuk bayar ganti rugi pada Felicia.”“Mau bagaimana lagi? Siapa suruh dia anak kandung keluarga Gatara,” kata Cakra.Keduanya sangat tidak senang dengan Felicia, tapi mereka tidak bisa melakukan apa pun terhadap Felicia. Mereka hanya bisa berharap Warren berhasil meniduri Felicia, agar Felicia menikah dengannya.Saat ini, terdengar suara pertengkaran di luar rumah. Semakin lama suara itu semakin keras. Bahkan sepertinya ada yang berkelahi. Cakra dan Fani mendengar suara pengurus rumah tangga yang berusaha melerai.Cakra dan Fani saling menatap satu sama lain. Kemudian, mereka segera berdiri dan berjalan keluar. Ternyata menantu pertama keluarga G