Ibunya pergi ke Kota Mambera untuk menghadiri pernikahan Stefan, lalu tinggal di Kota Mambera selama lebih dari setengah bulan. Felicia tahu apa tujuan sang ibu, begitu pula yang lainnya.Selama itu, Felicia tidak berani menyuruh orang pergi ke Kota Mambera untuk cari tahu, karena takut akan ketahuan oleh ibunya. Namun, dia bisa menebak kalau rencana ibunya tidak akan berjalan dengan baik di sana.Kota Mambera adalah daerah kekuasaan keluarga Adhitama, keluarga Lumanto, keluarga Ardaba serta keluarga Sanjaya. Saat ini, empat keluarga besar itu juga terikat satu sama lain. Jika Patricia ingin melakukan sesuatu di sana akan sulit untuk berhasil.Saat mendengar Felicia masih lembur di perusahaan, nada bicara Patricia sedikit melembut. “Fani bilang, kamu beritahu kakak iparmu soal kakak-kakakmu cari perempuan di luar? Satu lagi, kamu blokir kartu debitnya Fani?” tanya Patricia.“Kakak-kakakku pada sudah berkeluarga. Bukannya pria yang sudah berkeluarga harus setia pada istrinya? Meskipun k
“Aku nggak bisa blokir kartu debit pribadinya. Memangnya dia nggak bisa belanja pakai tabungannya sendiri? Akhir-akhir ini dia sering banget belanja pakai kartu kredit pemberian Mama. Mau nggak mau aku harus turun tangan urus masalah ini.”“Tabungan pribadinya nggak banyak.”Felicia tertawa, “Nggak banyak? Dia punya tabungan miliaran. Dia kira semua orang kaya raya? Banyak orang yang nggak bisa hasilkan uang sebanyak itu seumur hidup mereka. Dia masih merasa kurang? Dia minta Mama gantikan uangnya?”“Dia sengaja tabrak mobilku. Aku tanya orang bengkel, untuk perbaikan butuh biaya ratusan juta. Kalau nggak minta rugi padanya, aku cari siapa? Kakak-adik? Memangnya aku dan dia kakak-adik? Apakah di tubuhnya juga mengalir darah keluarga Gatara? Kalau dia memang keturunan keluarga Gatara, aku bisa saja nggak minta rugi padanya. Tapi apakah dia keturunan keluarga Gatara?”Patricia seketika terdiam, tidak tahu harus berkata apa.“Setelah rumah dan toko miliknya disewakan, setiap bulan dia bis
Setelah meletakkan telepon, Patricia malah tertawa dan berkata dengan puas, “Anak yang kejam.”Patricia merasa lega, karena putri kandungnya ini memenuhi kualifikasi untuk menjadi seorang penerus. Dengan kekejaman Felicia, dia merasa lega menyerahkan keluarga Gatara ke tangan Felicia.Sebagai keturunan kakak Patricia, Yuna ingin mendorong Odelina menjadi penerus. Apakah Odelina bisa dibandingkan dengan Felicia.Terlebih lagi Odelina seorang ibu tunggal. Dia sendiri juga sudah membuka sebuah toko sarapan dan sebuah restoran. Biasanya Odelina sudah sibuk bukan main. Rasanya dia tidak punya cukup energi untuk pergi ke Kota Cianter untuk bersaing dengan Felicia memperebutkan posisi kepala keluarga. Setelah memikirkan hal itu, Patricia merasa sedikit lebih lega.Tentu saja, Patricia masih harus mencari cara untuk membasmi hingga ke akar-akarnya. Selama anak dan cucu dari kakak pertamanya meninggal semua, maka posisi kepala keluarga Gatara akan selalu menjadi milik Patricia dan keturunannya.
Felicia membalas pesan pria itu, “Aku mau makan es krim. Kamu coba lihat di jalan ada yang jual, nggak. Kalau ada beli yang kemasan gelas. Nggak peduli apa mereknya. Yang penting pakai gelas."Dengan begitu, tidak akan belepotan ke mana-mana saat makan es krim nanti. Felicia suka makan es krim yang dalam kemasan gelas. Biasanya Vandi akan membujuknya kurangi makan makanan dingin. Malam ini Felicia jelas dalam suasana hati yang buruk. Jadi Vandi tidak membujuknya, justru mengiyakan dengan suara lembut.Setelah mendapat jawaban Vandi, Felicia baru meletakkan ponselnya di atas meja lagi. Kemudian, dia berdiri dan berjalan ke depan jendela. Gedung kantor Gatara Group tentu saja tidak setinggi gedung Aurora Group, tapi masih lebih tinggi dari gedung perusahaan lain di sekitarnya.Kantor Felicia hanya berjarak satu lantai dari lantai paling atas. Begitu dia berdiri di depan jendela kantornya dan melihat ke luar, dia bisa melihat pemandangan indah gedung-gedung di sekitarnya. Kota Cianter jug
Felicia yang menyuruh sekretarisnya pulang. Karena Felicia lembur untuk menangani masalahnya sendiri di perusahaan. Sekretarisnya di Gatara Group tidak akan bisa membantunya.Suasana di luar begitu sunyi. Beberapa departemen juga sedang lembur. Namun, di lantai tempat kantor Felicia berada, tidak ada yang lembur selain dirinya. Setelah keluar dari ruangannya, Felicia melewati kantor besar yang penuh dengan meja kubikel, lalu berjalan ke arah lift.Setelah sampai di depan lift, Felicia melihat seorang pria bersandar di pintu masuk lift sambil membawa sebuket bunga. Begitu melihat Felicia datang, pria itu tersenyum. Felicia pernah bertemu dengan pria itu.Ayah kandung Felicia ingin menjodohkan Felicia dengan pria yang bernama Warren itu. Setelah tahu sang ayah ingin menjodohkannya, Felicia langsung meminta Vandi untuk menyelidiki Warren, cari tahu semua hal tentang Warren sampai jelas.Dari situ, Felicia pun tahu kalau Warren hanyalah seorang anak dari keluarga kaya yang hanya tahu berhu
“Felicia, jangan begitu, dong. Aku jatuh cinta padamu pada pandangan pertama. Rasa cintaku semakin besar saat bertemu lagi denganmu. Kita bisa ngobrol baik-baik dulu.”Tatapan Warren tertuju pada kerah jas Felicia. Perempuan itu memang tumbuh besar di desa, tapi hal itu tidak menghalanginya untuk tumbuh menjadi seorang perempuan cantik. Dia memiliki aura yang bagus, tidak salah lagi dia anak kandung keluarga Gatara. Aura itu memang bawaan dari lahir, yang tidak akan hilang karena lingkungan tempat dia dibesarkan.Felicia juga memiliki bentuk tubuh yang sangat bagus. Hanya dengan melihatnya saja sudah membuat hati Warren tergelitik, bahkan air liur hampir menetes dari mulutnya. Warren ingin segera menghambur ke arah Felicia dan menjatuhkannya ke tempat tidur. Dia pasti bisa membuat Felicia jadi cinta mati padanya.Pemikiran itu membuat Warren menjadi tidak sungkan-sungkan lagi. Dia pun mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Felicia. Felicia langsung mencekal tangan besar pria itu dan
Mulai sekarang, Warren tidak akan menginjakkan kakinya di tempat ini lagi. Meskipun kejayaan dan kekayaan keluarga Gatara sangat menggoda, Warren juga tidak bisa menikmatinya. Ternyata benar, perempuan keluarga Gatara galak-galak semua.Vandi bisa menebak apa yang terjadi di dalam ketika melihat Warren yang berlari terbirit-birit. Dia merasa khawatir. Baru saja hendak menelepon Felicia, dia pun melihat Felicia berjalan keluar dengan santai. Karena Vandi datang menjemputnya, Felicia tidak mengemudikan mobilnya sendiri.“Bu Felicia.”Satpam-satpam yang bertugas segera menyapa Felicia ketika melihatnya keluar. Felicia tiba-tiba berhenti dan melihat ke arah mereka.Para satpam merasa bingung dipandang seperti itu oleh Felicia. Salah satu dari mereka memberanikan diri untuk bertanya, “Bu Felicia, apakah kami melakukan kesalahan?”“Kalian lihat pria yang baru saja lari keluar?”Beberapa satpam itu saling menatap satu sama lain. Kemudian, mereka menganggukkan kepala dengan serempak. Kemudian,
Vandi datang ke sini memang untuk mengajak Felicia jalan-jalan, cari angin segar. Dia pun tidak bertanya pada Felicia mau ke mana. Karena di mana ada jalan, di situ dia pergi.Setelah menghabiskan es krimnya, Felicia baru berkata, “Papaku yang baik itu jodohkan aku dengan seorang pria mesum. Aku bertemu dengannya di depan lift. Dia cegat aku, juga ingin sentuh aku. Aku banting saja dia pakai jurus yang kamu ajari. Selain itu, aku juga tendang dia habis-habisan. Aku rasa dia nggak akan berani macam-macam denganku lagi.”Vandi orang yang terpelajar, juga menguasai ilmu bela diri. Meskipun Felicia bisa berkelahi, itu karena dia terlalu sering berkelahi. Dia tidak pernah mempelajari ilmu bela diri. Orang tua angkatnya tidak baik padanya. Bagaimana mungkin mereka rela mengeluarkan uang untuk Felicia pergi belajar ilmu bela diri?Sejak Vandi menjadi asisten Felicia, dia menyadari kalau Felicia sangat gesit, responsif dan kuat. Jadi dia mengajari Felicia beberapa jurus. Makanya Felicia bisa m