Pak Arif tersadar dan langsung menjawab, "Bu, sekarang juga akan saya siapkan mobil.""Cepat, cepat. Hari ini saya nggak pulang makan. Besok baru kembali lagi. Nanti bilang sama Stefan waktu dia pulang," pesan Sarah."Baik, Ibu."Sarah memang senang sekali berpindah-pindah dan Pak Arif juga sudah terbiasa dengan hal itu. Perempuan tua itu pulang ke rumahnya sendiri sehingga tidak perlu membawa apa pun. Dia mengambil ponselnya dan langsung berjalan ke arah luar rumah.Pak Arif sudah mempersiapkan mobil. Sarah ingin mengendarai sendiri, tetapi langsung ditolak mentah-mentah oleh Pak Arif. Meski kondisi tubuh majikannya itu masih sangat kuat, bagaimanapun dia tetap orang tua. Bagaimana jika terjadi sesuatu di tengah jalan? Pak Arif tidak akan sanggup mengemban tanggung jawab tersebut. Apalagi Sarah sangat suka balap.Baik Stefan atau kedua orang tua lelaki itu, mereka menitipkan pesan bahwa jangan pernah mengizinkan Sarah untuk menyetir sendiri."Baik, baik. Saya buru-buru pulang dan ngga
Bram tersenyum menjawab sapaan mereka semua. Setelah itu, dia mengajak semuanya untuk sarapan. Anak-anak yang sudah tinggal di Mambera Hotel selama beberapa hari sudah tahu tempat-tempat di hotel tersebut. Mereka bergegas ke arah restoran ketika mendengar Bram mengajak mereka sarapan.Bram dan Chintya otomatis mengikuti dari belakang para anak-anak. Melihat ekspresi bahagia para bocah itu membuat Chintya terkekeh dan berkata,"Iri sekali dengan mereka yang jauh lebih bahagia dari aku kecil dulu. Waktu aku seusia mereka, aku sering mengikuti lomba. Tapi papaku nggak akan membawaku bermain.""Setelah selesai lomba, aku hanya akan dibawa keliling ke taman yang gratis. Kemudian beli dua es krim dan setelah itu pulang."Tidak seperti dia yang mengeluarkan uang sendiri agar anak-anak itu makan dan minum enak. Tentu saja dia sendiri juga menikmatinya."Kamu seorang guru yang sangat baik. Muridmu sangat menghormatimu."Bram kembali melontarkan pujiannya dengan berkata, "Ada yang dikorbankan pa
“Kamu tenang saja. Setelah aku mempelajari bela diri dari keluarga Baruna, aku akan membantu mengangkat nama kalian saja dan nggak akan melakukan kejahatan.”Bram yang memang sudah memiliki keahlian bela diri berpura-pura tidak bisa. Dia mengajukan diri untuk belajar di Sanggar Bela Diri Keluarga Baruna. Dengan begitu, dia bisa bersama dengan Chintya setiap harinya. Lambat laun, perempuan itu pasti akan menyukainya.Di dunia ini, hanya Chintya yang bisa membuatnya menjadi lelaki normal. Dia tidak akan melepaskan Chintya begitu saja dan tidak akan membiarkan orang lain mendekati perempuan itu.Chintya menoleh dan menatap Bram. Dia terkekeh sambil berkata, “Pak Bram sudah sedikit berumur. Kalau kamu mau belajar untuk dijadikan sebuah olahraga dan nggak mengejar apa pun, kamu bisa tanya papaku atau kakakku. Kalau mereka bersedia, kamu boleh ke sana.”“Bukan kamu yang mengajariku?” tanya Bram.“Biasanya aku hanya mengajar anak kecil saja. Orang dewasa langsung sama papaku. Orang dewasa yan
Para anak-anak sudah mendapatkan makanan kesukaan mereka. Mereka memilih dua buah meja dan duduk berkeliling. Chintya sangat suka makan terutama makanan di hotel. Dia mengambil dua piring dan memenuhi piringnya dengan berbagai jenis makanan.Setelah itu dia mengambil sebuah piring lagi dan mengisinya dengan kue dan mengambil segelas kopi panas. Bram juga mengambil banyak sekali makanan untuk dirinya sendiri.Chintya memang sangat kuat makan, jika Bram makannya lebih sedikit maka perempuan itu akan merasa malu. Jika selanjutnya mereka makan bersama, kemungkinan Chintya akan bersikap pura-pura anggun dan berakhir kelaparan. Calon istrinya itu juga harus disayang meski masih belum menjadi istri sesungguhnya.Setelah Chintya mengambil makanan yang ingin dia makan, dia duduk di kursinya. Mendadak perempuan itu merasa dia mengambil terlalu banyak makanan. Ketika melihat Bram yang juga mengambil beberapa piring, rasa malu di dalam dirinya mendadak sirna.Tidak hanya Chintya yang jago makan, p
Reiki adalah asisten utama direktur Adhitama Group. Dia cukup terkenal di Mambera dan sering muncul di publik dibandingkan Bram. Orang-orang bisa menemukan foto Reiki di internet dan mengetahui identitasnya.Berbeda dengan Bram yang selalu misterius. Biasanya jika Stefan ingin bertemu dengan Bram, dia akan meminta Reiki membuat janji terlebih dahulu. Di internet juga tidak bisa menemukan foto lelaki itu dan tidak ada yang melihat sosok Bram sesungguhnya.Terkadang mereka bersisian dengan Bram, tetapi tidak tahu identitas lelaki itu yang sesungguhnya. Reiki tebak seharusnya kakaknya itu takut jika Chintya tahu identitas dirinya dan setelah itu mengetahui identitas Bram dan akhirnya memilih mundur.“Lelaki yang tadi mengenakan setelan jas itu kenapa nggak asing?”Begitu keluar dari hotel, Chintya langsung menoleh ke dalam sambil berkata pada Bram.“Itu adalah petinggi dari Adhitama Group. Mungkin mereka datang untuk bertemu denga tamu. Mambera Hotel adalah salah satu perusahaan dari Adhi
“Pak Bram.”Bram membawa sopir dan juga dua orang anak buah. Melihat majikan mereka datang, para anak buahnya bergegas menyambut lelaki itu. Sesuai dengan perintah lelaki itu sebelumnya, mereka hanya boleh memanggilnya dengan sebutan “Pak Bram” saja.Di mata anak buahnya, mereka merasa majikannya terlalu banyak berpikir. Keberanian calon nyonya besar mereka menunjukkan bahwa dia tidak takut akan apa pun. Bagaimana mungkin dia bisa takut dengan identitas Bram?“Iya,” sahut Bram sambil menganggukkan kepalanya. Setelah itu dia kembali berkata, “Mobilku nggak muat terlalu banyak orang. Makanya aku minta dua sopir kemari. Kita pakai tiga mobil biar nggak begitu sempit.”Chintya mengucapkan terima kasih padanya. “Maaf merepotkanmu. Ternyata Pak Bram sudah memikirkannya dengan baik.”Bram tertawa dan berkata, “Nggak repot. Bu Chintya saja nggak takut direpotkan olehku ketika nggak kenal. Bahkan sudah menolong nyawaku. Aku hanya bantu kamu menyiapkan mobil dan hanya masalah kecil. Bu Chintya n
Bram berkata, "Yang aku tahu, ada kebun Mawar, Lily dan Bunga Matahari. Tapi karena sekarang masih bulan Oktober sehingga nggak begitu banyak bunga. Kalau musim panas, bunga di sini akan sangat indah."Chintya menurunkan kaca jendela mobil. Dia menatap ke arah kejauhan dan sambil berdecak kagum bertanya, "Tempat yang kulihat ini milik keluarga Adhitama? Orang-orang di sana juga orangnya keluarga Adhitama?""Tempat yang kamu lihat sekarang adalah milik keluarga Adhitama. Orang-orang yang kamu lihat juga karyawannya keluarga Adhitama. Untuk merawat kebun bunga dan buah ini memerlukan banyak sekali karyawan.""Ada sebagian orang yang berasal dari keluarga Adhitama sendiri. Pokoknya mereka keluarganya Stefan.""Rumah-rumah itu juga sama. Ada sebagian ditempati oleh anggota keluarga Adhitama. Ada juga tempat tinggalnya karyawan. Mereka memperlakukan karyawan dengan sangat baik. Kalau lajang, mereka akan mendapat sebuah kamar yang terdapat dapur kecil dan kamar mandi. Bisa masak untuk diri s
Bram tertawa dan berkata, "Bu Chintya, sudah dibilang jangan mengucapkan terima kasih padaku lagi. Sekarang kita sudah berteman, apalagi kamu adalah penolongku."Perempuan itu ikut tertawa dan berkata, "Iya, iya. Kita jangan bersikap sungkan lagi. Aku juga merasa canggung kalau selalu bersikap sungkan seperti itu. Aku orang yang kasar dan akan terasa aneh kalau terlalu sungkan,""Pak Bram juga jangan selalu bilang aku penolongmu. Aku hanya ikut membantu karena sedang jalan santai."Keduanya tertawa bersama-sama. Chintya tidak berencana turun dari mobil untuk menikmati pemandangan bunga. Oleh karena itu, Bram langsung melajukan mobilnya kembali. Dia menebak kemungkinan perempuan itu tidak begitu menyukai bunga.Mobil mereka tiba-tiba berhenti ketika baru tiba di pertengahan gunung. Chintya melihat ada sebuah pos satpam di sana. Mereka menghentikan mobil yang melintas. Ketika mereka melihat sosok Bram, dengan cepat membiarkan lelaki itu melintas."Di gunung ada pemeriksaan?” tanya Chinty
Namun Olivia justru malah bertanya, “Russel, kamu mau menemani Liam kerjain tugasnya? Anggap saja ini sebagai latihan menulis. Ingatan kalian berdua kan bagus, kalau kamu nulis banyak dan bisa ingat apa yang kamu tulis, di masa depan bakal berguna juga buat kamu, lho.” Tidak pernah ada salahnya mengerti sedikit tentang kesehatan dan ilmu kedokteran. Karena ditatap oleh tante dan teman baiknya, Russel secara tak terduga menerima tantangan itu. Biarlah, dia pikir, tidak ada ruginya juga menemani teman baiknya mengerjakan tugas. ***Sementara itu di Aldimo ….Kemarin malam baru saja turun salju yang sangat deras, maka dari itu hari ini di mana-mana dipenuhi dengan pemandangan jalan yang putih pekat. Di halaman rumah keluarga Pangestu, terlihat dua orang anak dengan pakaian tebal sedang asyik bermain dan membuat boneka salju. Mereka adalah dua anak penerus keluarga Pangestu. Tommy membuat boneka salju dengan ukuran yang sangat besar. Setelah boneka salju itu jadi, dia mundur beberapa l
Dalam hatinya Yose berkata “Stefan belajarnya cepat juga ternyata, padahal waktu itu dia yang datang berguru padaku.” Setelah sarapan, Mulan dan Olivia membawa anak-anak mereka untuk bermain di ruang tengah utama, semetara Yose harus berangkat ke kantornya untuk bekerja. Dengan hati yang sangat berat dia menyerahkan putri kesayangannya kepada Mulan, lalu meminta Mulan untuk mengantarnya sampai ke pintu depan. Setelah itu baru Yose berangkat kerja. “Dasar … anak sudah sebesar ini masih saja manja,” ujar Mulan mengeluhkan sikap suaminya kepada Olivia. “Romantis banget. Hubungan kamu dan Yose masih sama seperti waktu pertama kali kalian pacaran. Kalau bukan romantis, apa namanya? Kamu itu kan wanita idaman yang sudah Yose impikan selama belasan tahun, wajah saja kalau dia masih suka bersikap manja sama kamu.” Seketika rona wajah Mulan langsung memerah. Di saat itu juga, Dokter Panca baru datang sambil menggendong Tiano. Sally juga datang menggandeng dua anak lelakinya untuk meramaikan
Raut wajah Liam langsung berubah masam dan seketika nafsu makannya juga hilang. Namun mengingat, jarak liburan musim panas nanti masih ada setengah tahun, nafsu makannya kembali membaik. “Olivia, biasanya Russel dikasih pelajaran apa? Liburan musim panas tahun depan kan mereka berdua main bareng lagi, gimana kalau kita suruh mereka belajar bareng juga. Kalau ada teman belajar, belajarnya pasti bisa lebih cepat masuk,” Yose mengusulkan. “Liburan musim panas nanti, mungkin aku nggak bisa datang, kecuali Liam yang datang ke rumahku,” kata Olivia. Di saat itu anak Olivia baru genap satu bulan. Anaknya masih sangat kecil sehingga tidak memungkinkan Olivia untuk melakukan perjalanan jauh. Jika Liam yang datang ke Mambera juga akan menjadi tanggung jawab yang berat. Olivia tidak berani menanggung itu. Andaikan Mulan mau membawakan Liam dan kedua anak kembarnya ke Mambera, itu akan lebih baik, karena bagaimanapun Mulan dan Yose adalah orang tuanya Liam. Di liburan musim panas nanti, kedua
“Ma, Om Stefan nggak mungkin secepat itu datang jemput aku dan Tante, ‘kan? Aku masih belum puas main di sini, aku masih mau main sebentar lagi.” Mendengar Russel bilang begitu, Liam juga ikut khawatir Russel akan segera pulang ke Mam bera, maka dia pun bergegas berbicara kepada Odelina, “Tante, jangan jemput Russel pulang dulu. Kasih Russel masih di sini beberapa hari lagi saja. Kami masih belum puas. Aku … aku nggak bakal berantem sama Russel, jadi tolong kasih Russel menginap di sini lebih lama, ya.” “Boleh, kalau begitu Tante kasih kasih Russel menginap di sana satu minggu lagi. Seharusnya nanti Stefan ada waktu kosong untuk jemput dia,” kata Odelina. Liam merasa satu minggu saja masih tidak cukup, jadi dia memberikan tawaran baru. “Tante, kalau sepuluh hari saja, boleh nggak?” “Sepuluh hari, ya …,” Odelina menghitung tanggal. “Kalau sepuluh hari, Tante sudah libur. Ya sudah, oleh. Kalau begitu Russel menginap di sana sepuluh hari lagi, tapi kalian berdua harus akur, ya. Jangan
Status keluarga Junaidi di Aldimo membuat mereka tidak bisa bertindak gegabah. Faktor lainnya adalah nantinya mereka tidak akan bisa lagi mendapat informasi apa pun tentang Liam dari Vila Ferda. Mereka menduga keluarga Junaidi mengirim anak itu ke suatu tempat, tetapi mereka tidak tahu tempat apa pastinya. “Nggak apa-apa. Libur musim panas tahun depan waktunya lebih panjang. Nante Tante bawa Russel main ke rumahmu, biar dia bisa menemani kamu selama liburan,” kata Odelina tersenyum. “Tante Odelina harus tepat janji, ya! Liburan musim panas nanti Russel harus temani aku main,” ujar Liam. Liam dan Russel pasti ada saja sesekali bertengkar, tetapi sebagian besar waktu lebih banyak mereka habiskan dengan bermain bersama. Ada banyak sekali anak-anak di Vila Ferda, tetapi Archie dan Audrey masih terlalu kecil untuk bermain bersama dengan Liam. Liam tentu saja berharap Russel yang datang untuk bermain bersama. “Pasti,” Odelina berjanji. Ketika liburan musim panas nanti, anaknya Olivia ju
“Oke!” jawab Russel dengan gembira. “Mama, aku makan sendiri, lho. Tante Olivia nggak suapin aku lagi. Aku makan juga nasinya sudah nggak berantakan di meja. Aku mau tanding sama Liam siapa yang bisa makan lebih cepat.” Lam langsung mendekat dan dengan santun menyapa Odelina. “Halo, Tante. Selamat pagi. Tante sudah makan, belum?” Odelina tersenyum. “Tante baru saja makan. Sekarang lagi perjalanan balik ke kantor. Kamu sama Russel makan yang banyak, ya, biar cepat tinggi.” “Kak Odelina, jangan suruh mereka berdua makan banyak. Mereka ini tukang makan, aku malah takut mereka makan kebanyakan dan malah jadi sakit perut mereka,” sahut Mulan. Odelina juga sadar anaknya, Russel, itu tukang makan. Namun apa mau dikata, semua orang yang menjaganya juga sama-sama suka makan. Karena mendapat pengaruh dari Olivia, reputasi Russel sebagai tukang makan justru malah makin terkenal. Sisi positifnya, paling tidak sekarang sudah tidak pilih-pilih makanan. Dulu Russel paling tidak suka makan sayur,
Selama ada Vandi di sisinya, mau dunia kiamat pun Felicia tidak akan merasa khawatir.Odelina selalu bilang kalau Vandi mencintai Felicia, dan Felicia juga memiliki perasaan kepada Vandi. Odeline sudah pernah mengingatkan Felicia agar tidak menyia-nyiakan Vandi, dan juga jangan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal seperti hanya menginginkan anak tanpa suami agar tidak membuat Vandi bersedih.Tidak peduli bagaimana akhir dari persaingan antara Odelina dengan keluarga Gatara, dalam hubungan asmara, Odelina hanya ingin memberikan saran demi kebaikan Felicia sendiri. Felicia mengakui perasaannya, dia memang mencintai Vandi. Tak bisa dipungkiri, memang sangat mudah untuk mencintai pria yang luar biasa seperti Vandi.Melihat Felicia sudah tertidur, Vandi menghentikan mobil dan melepas jaketnya, lalu dia gunakan jaket itu untuk menutupi tubuh Felicia. Udara masih terasa dingin meski di dalam mobil sudah menggunakan penghangat. Felicia akan mudah masuk angin jika dia tertidur begitu saja.
Felicia menyapu pandangannya ke arah bawahan Dikta yang sudah tumbang di lantai. “Cukup awasi saja mereka, nggak perlu dibunuh.”“Baik, sudah kuperintahkan ke anak buahku,” jawab Vandi.Felicia mengiyakan, lalu dia langsung naik ke mobilnya Vandi. Dengan segera Vandi mengemudikan mobil itu kembali ke Cianter. Selagi di perjalanan, Vandi berkata, “Dari awal Bu Patricia sudah merencanakan ini. Dia sudah minta Dikta untuk menyiapkan seorang pengganti. Sekarang pengganti itu ada di rumah.”“Sudah kuduga Mama pasti bakal melakukan ini,” tutur Felicia seraya memijat lehernya.Karena itu Felicia juga sudah menyiapkan rencananya sendiri. Sewaktu ibunya mengajak dia jalan-jalan di halaman rumah, Felicia sudah menunggu ibunya beraksi, agar ibunya mengira kalau rencananya berjalan dengan lancar. Dengan begitu, Felicia bisa kembali ke Cianter tanpa ketahuan.“Mama sudah tua pun tenaganya masih kuat. Leherku sampai sekarang masih sakit.”“Bu Patricia pernah latihan bela diri. Usianya sudah tua pun
Ketiga putranya sudah memiliki anak, dan menantunya juga lebih mendengarkan Cakra untuk mengungsi ke kediaman keluarga Vikar selama tahun baru.Yang ingin Cakra lindungi adalah anak cucu yang mewarisi marganya, sedangkan yang ingin Patricia lindungi adalah Felicia yang masih menggunakan marga Gatara.Namun, bagaimanapun juga mereka tetaplah cucunya, maka dari itu Patricia tidak meminta para menantunya untuk membawa anak-anak mereka ke Cianter. Biarlah mereka melewati tahun baru yang damai di sana. Akan lebih baik jika mereka jauh dari perseteruan ini. Dalam hal ini, Cakra melakukan bagiannya dengan baik. Cakra menyadari kekejaman istrinya. Jika cucunya tidak segera pergi, dikhawatirkan mereka semua juga tidak akan bertahan hidup.Patricia mengerutkan bibirnya. Apa yang akan terjadi pada malam ini semua bergantung kepada takdir mereka semua. Andaikan, belum waktunya bagi mereka untuk mati, mungkin mereka bisa keluar dari rumah ini dengan selamat. Namun apabila mereka tidak berhasil mela