Gloria menyerahkan gantungan kunci itu kepada Yuna sambil menyeringai lalu berkata, “Saya lega sekarang. Akhirnya, Bram bisa terselamatkan. Dia juga tidak harus menjadi bujangan seumur hidup. Bu Yuna, coba Ibu perhatikan perempuan ini. Bukankah dia terlihat sangat serasi dengan putra saya?”Gloria terdengar sudah mengubah nada suaranya. Sebelumnya, dia terus memanggil Yuna dan Rudi sebagai calon besannya. Namun, sekarang nada suaranya tidak lagi selembut sebelumnya. Yuna memperhatikan foto perempuan itu lalu menunjukkannya kepada Rudi seraya berkata, “Perempuan ini memiliki kesan perempuan baik-baik dari pertama kali melihatnya. Dia sangat serasi bila bersanding dengan Pak Bram.”Yuna akan tetap memuji gadis itu, sekalipun gadis itu tidaklah terlihat baik. Terlebih lagi, foto gadis itu memang memberikan kesan yang baik di mata Yuna sejak pertama kali melihatnya. Dia adalah orang kedua yang bisa melakukan hal itu kepada Yuna setelah sebelumnya Odelina yang bisa memberikan kesan baik te
Ini adalah pertama kalinya bagi Bram merasakan jatuh cinta. Jadi, wajar jika sulit baginya untuk mengendalikan perasaannya. “Pa, Ma, aku nggak mau memberitahu kalian sejak awal karena aku takut antusiasme kalian akan menakuti Chintya. Tapi, sekarang aku nggak punya pilihan lain selain mengungkap Chintya karena kalian tiba-tiba saja datang ke sini dan melamar Amelia tanpa sepengetahuanku.”“Kalian pasti akan punya menantu nantinya. Tapi, bukan Amelia orangnya. Jadi, tolong jangan ganggu Bu Amelia lagi mulai dari sekarang,” ujar Bram tegas. Kemudian Bram mengalihkan perhatiannya ke arah Amelia lalu berkata, “Bu Amelia, aku tahu kalau apa yang kulakukan ini salah. Aku sudah terlalu sering mengganggu hidupmu karena kekalahanku dari Yogi.”“Kamu juga jangan menyalahkan Yogi atas masalah ini. Dia melakukan itu juga karena takut pada Bu Yuna.”Amelia tidak lagi marah kepada Bram karena dia sudah berhasil memuaskan keinginan bergosipnya dengan mendapatkan kisah cinta terbaru dari seorang Bra
Terlebih lagi, Jonas adalah laki-laki yang dicintai Amelia. Sebelumnya, Amelia menyukai Stefan, tapi Stefan sama sekali tidak peduli dengan perasaan Amelia. Sampai akhirnya, Amelia mengetahui Stefan dan Olivia yang merupakan sepupunya sudah melakukan pernikahan dadakan. Amelia seketika langsung memendam perasaannya dan berusaha melupakan Stefan saat itu juga. Kemudian dia mencoba untuk memulai sebuah hubungan baru. Rudy selalu berharap putri semata wayangnya itu akan memiliki hidup yang bahagia kelak. Namun, karena Yuna memiliki sifat yang tegas dan keras, jadi Rudy memilih untuk diam dan tidak berani mengungkapkan pendapatnya tentang hubungan Amelia dan Jonas. “Ma, Pa, aku sudah berjanji dengan Chintya untuk mengundang dia dan murid-muridnya untuk makan siang bersama. Sebentar lagi waktunya tiba, jadi aku harus bergegas ke sana untuk menemuinya. Pa, Ma, tolong bereskan semua masalah ini. Aku juga bisa menghadapi Chintya sendiri tanpa bantuan kalian,” ujar Bram buru-buru. “Pokoknya,
“Aku sudah nggak marah lagi, kok,” ujar Amelia sambil melirik orang tuanya. Akhirnya, Yuna berkata dengan wajah malu, “Bisa dibilang, masalah ini terjadi karenaku. Aku juga nggak berniat untuk menyalahkan kalian. Lagi pula, kepala keluarga Ardaba sudah bilang kalau mereka memberikan semua hadiah ini kepada kita. Jadi, keluarga Sanjaya akan menerimanya dengan senang hati.”Gloria langsung tersenyum lalu berkata, “Walaupun keluarga kita tidak bisa menjadi besan, tapi Bram berhasil bertemu dengan Chintya karena Amelia. Kami sangat berterima kasih dengan semua ini. Di masa depan, keluarga kita harus saling berkomunikasi dan membina hubungan yang baik.”Keluarga Ardaba memiliki hubungan yang sangat dekat dengan keluarga Adhitama. Mereka juga tidak bermusuhan secara langsung dengan keluarga Sanjaya. Namun, karena kedekatan mereka dengan keluarga Ardaba dan keluarga Sanjaya adalah saingan dari keluarga Adhitama, jadi secara tidak langsung keluarga Ardaba selalu berusaha menghindari keluarga
Anak-anak itu langsung menatap Chintya setelah mendengar tentang hadiah. Mereka langsung mengikuti Bram setelah melihat Chintya tidak keberatan dengan ajakan Bram. Bram membuka pintu mobil lalu masuk ke dalamnya untuk mengambil hadiah yang sudah disiapkannya untuk anak-anak itu. Tidak lama kemudian, dia sudah keluar dari dalam mobil sambil membawa banyak hadiah di tangannya. “Nama kalian masing-masing tertulis di hadiah kalian,” ujar Bram. Chintya menghampiri Bram lalu bertanya dengan wajah terkejut, “Pak Bram sudah tahu nama mereka semua?” Padahal dia hanya memberitahu Bram kalau dia membawa 12 anak ke Mambera untuk bertanding bela diri. Ada enam anak laki-laki dan enam anak perempuan. Namun, Chintya merasa kalau dia tidak menyebutkan nama anak-anak itu kepada Bram. “Kamu kan bilang kalau kamu datang ke sini untuk bertanding, jadi aku sudah menyuruh orang untuk mencari tahu nama anak-anak yang kamu bawa ke sini. Setiap anak punya hadiah mereka masing-masing dengan isi yang berbed
Chintya hanya menganggukkan kepalanya, sekalipun dia merasa kalau mobil itu masih terlihat sangat baru. Namun, dia tidak lagi ingin bertanya setelah mendengar perkataan Bram yang menyatakan kalau mobil itu berada di dalam rumahnya. Mungkin saja, mobil itu terlihat masih baru karena Bram tidak pernah mengendarai mobil sederhananya itu. Lagi pula, bagaimana mungkin Bram membeli mobil baru hanya untuk membawa hadiah untuk anak-anak muridnya? Bram membawa Chintya dan anak-anak itu ke sebuah ruang makan elegan dan mewah yang sudah Bram pesan sebelumnya. Kemudian Bram meminta pelayan untuk memberikan menu kepada Chintya setelah semua orang duduk di depan meja makan. “Pak Bram, aku dan anak-anak bukanlah orang yang suka pilih-pilih makanan. Kamu pastinya lebih tahu makanan apa yang harus dipesan di sini. Jadi, lebih baik kamu saja yang memesan makanan,” ujar Chintya sopan. “Bukankah Bu Chintya sudah sering makan di hotel ini?” tanya Bram bingung. “Ya, tapi biasanya kami makan di restoran
“Bagaimanapun juga, Bu Chintya adalah penyelamat hidupku. Mentraktir makan siang ini tidaklah cukup untuk membalas jasa Bu Chintya yang telah menyelamatkanku. Kebaikanmu ini mungkin saja tidak akan bisa aku bayar seumur hidupku,” ujar Bram.“Lalu apa yang terjadi dengan perampok itu? Berapa tahun hukumannya?” tanya Chintya yang berusaha mengubah topik pembicaraan mereka.“Aku belum tahu berapa lama hukuman atas semua kejahatannya. Tapi, kemungkinan kejahatan dengan jenis perampokan akan dihukum selama beberapa tahun di penjara,” jawab Bram. Bram berbohong dengan jawabannya itu. Orang yang berpura-pura merampoknya adalah anak buahnya sendiri. Anak buahnya juga tidak masuk ke dalam penjara, melainkan ke rumah sakit untuk memulihkan luka-luka yang dideritanya. Luka-luka yang di dapatkannya adalah hasil dari perbuatan Chintya dan terjatuh saat sedang menjalankan aksinya. Singkatnya, Chintya berhasil melumpuhkan anak buah Bram dengan kemampuan bela dirinya. Hal ini langsung menghasilkan d
Chintya tergerak dengan ajakan Bram lalu berkata, “Aku akan mempertimbangkannya dulu. Bagaimanapun juga, tempat itu adalah rumah orang lain. Aku nggak mau mengganggu penghuni rumah itu dengan kedatangan kami untuk bertamasya ke sana.”Selain itu, Chintya juga membawa 12 murid bersamanya. Dia pasti tidak akan bisa membiarkan anak-anak muridnya untuk berkeliaran di rumah orang lain sembarangan. “Tidak apa-apa, kok. Sungguh! Aku akan mengirim pesan kepada Pak Stefan kalau kamu merasa khawatir akan mengganggu keluarga Adhitama di sana,” ujar Bram lagi. Bram berusaha keras agar dirinya tetap bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama Chintya. Jadi, dia bergegas mengirimkan pesan kepada Stefan. Namun, hal pertama yang ditulis Bram di dalam pesannya adalah tentang dirinya yang membutuhkan bantuannya untuk mengejar seorang perempuan. Selain itu, Bram juga mengatakan kepada Stefan setelah Stefan membalas pesannya agar Stefan langsung saja memanggil namanya. Karena sampai saat ini, Chintya