Terlebih lagi, Jonas adalah laki-laki yang dicintai Amelia. Sebelumnya, Amelia menyukai Stefan, tapi Stefan sama sekali tidak peduli dengan perasaan Amelia. Sampai akhirnya, Amelia mengetahui Stefan dan Olivia yang merupakan sepupunya sudah melakukan pernikahan dadakan. Amelia seketika langsung memendam perasaannya dan berusaha melupakan Stefan saat itu juga. Kemudian dia mencoba untuk memulai sebuah hubungan baru. Rudy selalu berharap putri semata wayangnya itu akan memiliki hidup yang bahagia kelak. Namun, karena Yuna memiliki sifat yang tegas dan keras, jadi Rudy memilih untuk diam dan tidak berani mengungkapkan pendapatnya tentang hubungan Amelia dan Jonas. “Ma, Pa, aku sudah berjanji dengan Chintya untuk mengundang dia dan murid-muridnya untuk makan siang bersama. Sebentar lagi waktunya tiba, jadi aku harus bergegas ke sana untuk menemuinya. Pa, Ma, tolong bereskan semua masalah ini. Aku juga bisa menghadapi Chintya sendiri tanpa bantuan kalian,” ujar Bram buru-buru. “Pokoknya,
“Aku sudah nggak marah lagi, kok,” ujar Amelia sambil melirik orang tuanya. Akhirnya, Yuna berkata dengan wajah malu, “Bisa dibilang, masalah ini terjadi karenaku. Aku juga nggak berniat untuk menyalahkan kalian. Lagi pula, kepala keluarga Ardaba sudah bilang kalau mereka memberikan semua hadiah ini kepada kita. Jadi, keluarga Sanjaya akan menerimanya dengan senang hati.”Gloria langsung tersenyum lalu berkata, “Walaupun keluarga kita tidak bisa menjadi besan, tapi Bram berhasil bertemu dengan Chintya karena Amelia. Kami sangat berterima kasih dengan semua ini. Di masa depan, keluarga kita harus saling berkomunikasi dan membina hubungan yang baik.”Keluarga Ardaba memiliki hubungan yang sangat dekat dengan keluarga Adhitama. Mereka juga tidak bermusuhan secara langsung dengan keluarga Sanjaya. Namun, karena kedekatan mereka dengan keluarga Ardaba dan keluarga Sanjaya adalah saingan dari keluarga Adhitama, jadi secara tidak langsung keluarga Ardaba selalu berusaha menghindari keluarga
Anak-anak itu langsung menatap Chintya setelah mendengar tentang hadiah. Mereka langsung mengikuti Bram setelah melihat Chintya tidak keberatan dengan ajakan Bram. Bram membuka pintu mobil lalu masuk ke dalamnya untuk mengambil hadiah yang sudah disiapkannya untuk anak-anak itu. Tidak lama kemudian, dia sudah keluar dari dalam mobil sambil membawa banyak hadiah di tangannya. “Nama kalian masing-masing tertulis di hadiah kalian,” ujar Bram. Chintya menghampiri Bram lalu bertanya dengan wajah terkejut, “Pak Bram sudah tahu nama mereka semua?” Padahal dia hanya memberitahu Bram kalau dia membawa 12 anak ke Mambera untuk bertanding bela diri. Ada enam anak laki-laki dan enam anak perempuan. Namun, Chintya merasa kalau dia tidak menyebutkan nama anak-anak itu kepada Bram. “Kamu kan bilang kalau kamu datang ke sini untuk bertanding, jadi aku sudah menyuruh orang untuk mencari tahu nama anak-anak yang kamu bawa ke sini. Setiap anak punya hadiah mereka masing-masing dengan isi yang berbed
Chintya hanya menganggukkan kepalanya, sekalipun dia merasa kalau mobil itu masih terlihat sangat baru. Namun, dia tidak lagi ingin bertanya setelah mendengar perkataan Bram yang menyatakan kalau mobil itu berada di dalam rumahnya. Mungkin saja, mobil itu terlihat masih baru karena Bram tidak pernah mengendarai mobil sederhananya itu. Lagi pula, bagaimana mungkin Bram membeli mobil baru hanya untuk membawa hadiah untuk anak-anak muridnya? Bram membawa Chintya dan anak-anak itu ke sebuah ruang makan elegan dan mewah yang sudah Bram pesan sebelumnya. Kemudian Bram meminta pelayan untuk memberikan menu kepada Chintya setelah semua orang duduk di depan meja makan. “Pak Bram, aku dan anak-anak bukanlah orang yang suka pilih-pilih makanan. Kamu pastinya lebih tahu makanan apa yang harus dipesan di sini. Jadi, lebih baik kamu saja yang memesan makanan,” ujar Chintya sopan. “Bukankah Bu Chintya sudah sering makan di hotel ini?” tanya Bram bingung. “Ya, tapi biasanya kami makan di restoran
“Bagaimanapun juga, Bu Chintya adalah penyelamat hidupku. Mentraktir makan siang ini tidaklah cukup untuk membalas jasa Bu Chintya yang telah menyelamatkanku. Kebaikanmu ini mungkin saja tidak akan bisa aku bayar seumur hidupku,” ujar Bram.“Lalu apa yang terjadi dengan perampok itu? Berapa tahun hukumannya?” tanya Chintya yang berusaha mengubah topik pembicaraan mereka.“Aku belum tahu berapa lama hukuman atas semua kejahatannya. Tapi, kemungkinan kejahatan dengan jenis perampokan akan dihukum selama beberapa tahun di penjara,” jawab Bram. Bram berbohong dengan jawabannya itu. Orang yang berpura-pura merampoknya adalah anak buahnya sendiri. Anak buahnya juga tidak masuk ke dalam penjara, melainkan ke rumah sakit untuk memulihkan luka-luka yang dideritanya. Luka-luka yang di dapatkannya adalah hasil dari perbuatan Chintya dan terjatuh saat sedang menjalankan aksinya. Singkatnya, Chintya berhasil melumpuhkan anak buah Bram dengan kemampuan bela dirinya. Hal ini langsung menghasilkan d
Chintya tergerak dengan ajakan Bram lalu berkata, “Aku akan mempertimbangkannya dulu. Bagaimanapun juga, tempat itu adalah rumah orang lain. Aku nggak mau mengganggu penghuni rumah itu dengan kedatangan kami untuk bertamasya ke sana.”Selain itu, Chintya juga membawa 12 murid bersamanya. Dia pasti tidak akan bisa membiarkan anak-anak muridnya untuk berkeliaran di rumah orang lain sembarangan. “Tidak apa-apa, kok. Sungguh! Aku akan mengirim pesan kepada Pak Stefan kalau kamu merasa khawatir akan mengganggu keluarga Adhitama di sana,” ujar Bram lagi. Bram berusaha keras agar dirinya tetap bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama Chintya. Jadi, dia bergegas mengirimkan pesan kepada Stefan. Namun, hal pertama yang ditulis Bram di dalam pesannya adalah tentang dirinya yang membutuhkan bantuannya untuk mengejar seorang perempuan. Selain itu, Bram juga mengatakan kepada Stefan setelah Stefan membalas pesannya agar Stefan langsung saja memanggil namanya. Karena sampai saat ini, Chintya
Stefan meraih bahu istrinya lalu menarik tubuh Olivia dan berkata, “Sayang, gimana kalau kita pergi berlibur lusa? Kita berdua saja.”“Memangnya kita mau liburan ke mana?” tanya Olivia yang perhatiannya langsung teralihkan. “Liburan di Mambera saja. Kita pergi ke rumahku yang lainnya yang belum pernah kamu datangi,” jawab Stefan. “Kenapa nggak tunggu sampai pesta pernikahan selesai saja? Lagi pula, kita juga nggak bisa pergi jauh saat berbulan madu. Jadi, kita bisa berbulan madu di Mambera dengan mengendarai mobil,” ujar Olivia. Stefan teringat kalau pesta pernikahannya akan dilaksanakan setelah perayaan ulang tahun pernikahan mereka. Mereka berdua tetap akan pergi berdua saja, tapi rasanya tetaplah berbeda.“Kalau begitu, kita tetap akan pergi berdua saja selama dua hari. Lalu kita juga akan pergi liburan lagi di sekitar Mambera dengan mobil setelah pesta pernikahan kita. Lagi pula, aku punya cuti pernikahan selama 1 bulan,” ujar Stefan. “Entah bagaimana marahnya Reiki kalau mende
“Jadi, bagaimana Bu Chintya?” tanya Bram tentang kepergian mereka ke Vila Permai. Chintya sempat menggunakan ponselnya untuk mencari tahu bagaimana bentuk dari Vila Permai. Namun, dia tidak berhasil menemukan apa pun. “Aku mau melihat gambar Vila Permai, tapi aku nggak mendapatkan apa pun di internet,” jawab Chintya. “Aku yakin kamu nggak akan bisa menemukan foto Vila Permai di internet. Vila Permai adalah kediaman keluarga besar Adhitama. Jadi, bagaimana mungkin orang-orang bisa mengambil foto rumah itu sembarangan? Sudah, tenang saja. Kamu pasti nggak akan menyesal sudah pergi ke rumah itu bersamaku,” ujar Bram berusaha meyakinkan Chintya.Akhirnya, Chintya mengangguk karena dia berpikir kalau dirinya sangat tertarik dengan keluarga Adhitama. Selain itu, Bram sudah membantunya dengan memohon izin untuk datang mengunjungi Vila Permai. “Kalau begitu, kita pergi ke sana. Apa besok Pak Bram kosong? Aku akan membawa anak-anak muridku bertamasya besok,” ujar Chintya antusias. “Aku bis