“Tentu saja hantu itu ada. Cuma nggak semua orang bisa lihat. Sebenarnya karena waktunya mundur, tapi sangat singkat, hanya satu detik. Jadi begitu kamu berkedip, kamu nggak bisa lihat lagi.”Rika mengerucutkan bibirnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Semua yang Ricky katakan benar-benar omong kosong belaka.Keduanya keluar dari hotel melalui jalan rahasia Rika. Memang hanya ada sedikit orang di jalan. Arus lalu lintas di jalan juga berkurang. Jalan yang masih ramai dua jam lalu berangsur-angsur menjadi sepi dan tenang.“Sudah malam begini, aku mau bawa kamu pergi belanja juga sudah nggak bisa. Semua toko sudah tutup,” gumam Ricky.Rika langsung memberinya peringatan, “Jangan kirimkan gaun, sepatu hak tinggi dan perhiasan ke kantorku lagi.”“Aku hanya ingin lihat betapa cantiknya kamu kalau pakai baju perempuan.”“Aku pakai pakaian pria,” tukas Rika dengan wajah muram.Lemari pakaian Rika penuh dengan pakaian pria. Sejak kecil dia sudah tidak pernah memakai gaun lagi, apalagi sepat
“Tapi aku benar-benar nggak bisa temukan celah sedikit pun untuk dapat bukti kalau kamu seorang perempuan. Setelah itu, Kak Calvin dan kakak iparku sarankan aku langsung kejar kamu saja. Aku rasa waktuku sudah hampir habis, jadi aku pun ikuti saran mereka. Tepat di hari aku buat lautan bunga untukmu itu, aku resmi mulai kejar kamu.”“Ternyata reaksi kamu malah buat aku jadi sangat tertarik. Kemudian, aku jadi lakukan hal-hal seperti ini. Sekarang aku nggak tahu apakah aku benar-benar jatuh cinta padamu. Tapi keinginan untuk kejar kamu bahkan nikahi kamu benar-benar tulus dari dalam hatiku.”Rika, “....”Ternyata Olivia dan Calvin yang membuat Ricky mulai mengejar Rika secara terang-terangan. Mereka berdua benar-benar telah mengacaukan hidupnya. Kehidupan Rika yang damai hancur dengan begitu saja.Jika mengikuti rencana Ricky, yaitu dengan menemukan celah untuk mengungkapkan kalau Rika adalah seorang perempuan, maka Ricky mungkin tidak dapat menemukannya bahkan setelah menghabiskan wakt
“Kak, aku telepon ke ponselmu, tapi kenapa kamu nggak angkat?” tanya Ronald.“Aku atur ke mode senyap. Ricky sialan!”Rika langsung memarahi Ricky. Kemudian, dia bertanya pada adiknya, “Kenapa kamu bisa pakai telepon interkom hotel padahal kamu di rumah?”“Aku lagi di hotel, di bagian resepsionis. Si Permen Karet juga ada di sini. Kami berdua datang ke sini untuk jemput kamu pulang ke rumah untuk makan siang. Selain itu, kamu dan Si Permen Karet lagi-lagi masuk pencarian populer di Kota Cianter. Kalau kamu mau lihat, lihat saja. Nggak tahu bakal jadi pencarian teratas, nggak.”Rika langsung menutup telepon. Setelah meletakkan telepon, dia pun duduk di tempat tidur. Kemudian, dia mengambil ponselnya dan mematikan mode senyap dulu, lalu mengubahnya kembali menjadi berdering.Setelah itu, Rika baru melihat pencarian populer di Kota Cianter. Benar saja, lagi-lagi mereka muncul di pencarian populer. Foto itu diambil tadi malam, saat dia dan Ricky sedang jalan-jalan.Paparazzi itu sungguh lu
“Kakakku datang.” Ronald ingin mengingatkan Ricky, tapi siapa sangka Ricky sudah berdiri lebih dulu dan berjalan ke arah Rika dengan dua kantong di tangannya.“Matanya sangat tajam, gerakannya juga sangat cepat,” gumam Ronald.Pantas saja Ricky berani mengejar Rika, juga bisa membuat Rika menolerirnya. Orang lain melihat Rika terus diganggu Ricky, mereka pun bertanya-tanya kapan mereka berakhir bersama. Namun, adik kembarnya justru merasa kalau kakaknya membiarkan Ricky mengganggunya.Ronald tahu jelas orang seperti apa kakaknya. Orang sehebat kakaknya bagaimana mungkin dia tidak mampu menyingkirkan Ricky? Jelas-jelas kakaknya juga sangat mengagumi Ricky, jadi dia memasang sikap seperti tidak berdaya diganggu oleh Ricky dan membiarkan Ricky terus mengganggunya.Oh, tentu saja Ronald hanya bisa mengatakan kata-kata seperti itu di dalam hati, jangan sampai dia mengatakannya dengan lantang. Kalau dia berani melakukannya, kakaknya pasti akan memukulinya habis-habisan.Rika melihat Ricky be
Ricky juga sangat menyukai calon adik iparnya ini.***Kota Mambera.Tadi malam Odelina memberitahu putranya kalau dia akan membawa Russel ke rumah sakit untuk menjenguk ayahnya hari ini.Russel tidur sampai siang baru bangun. Kemudian, dia makan sedikit dulu. Saat dia keluar, matahari sudah begitu tinggi, di luar terasa sangat panas.Russel membawa tas kecil sambil mengikuti ibunya ke bawah. Tasnya berisi beberapa makanan ringan. Russel bilang makanan ringan itu untuk ayahnya.“Mama, kita mau pergi beli bunga, nggak?” tanya Russel sambil berjalan.Odelina tiba-tiba berhenti, menunggu Russel mendekat. Setelah itu, dia menggandeng tangan Russel dan bertanya, “Kamu mau beli bunga untuk Papa?”“Mau, aku juga bawa uang. Orang-orang di TV selalu bawa bunga saat pergi ke rumah sakit.”Sekarang Russel sudah masuk TK. Sebelumnya dia tidak begitu aktif. Namun setelah masuk TK, dia menjadi lebih pengertian dan sok dewasa. Dia tahu harus membeli bunga ketika pergi menjenguk ayahnya.“Berapa banya
Odelina menghampiri mereka dan menyapa, “Pak Daniel.”Daniel menatapnya dengan lekat, “Odelina, hari ini aku juga mau ke rumah sakit sebentar. Begitu tahu kamu mau bawa Russel jenguk papanya, aku datang ke sini tunggu kalian. Ayo, kita pergi bareng.”Sebenarnya Daniel tidak perlu kembali ke rumah sakit. Waktu untuk pemeriksaan ulang bahkan belum tiba. Hanya saja, dia butuh alasan. Dia tidak bisa membiarkan Odelina dan putranya pergi ke rumah sakit berdua saja.Daniel khawatir keluarga Pamungkas akan mencuci otak Odelina lagi, membujuk Odelina untuk menikah lagi dengan Roni. Setelah mengalami kejadian hingga membuat dirinya di ambang kematian, Roni pasti sudah mengerti siapa yang cocok untuknya. Siapa tahu Roni akan mendengar bujukan keluarganya dan mendekati Odelina lagi.Dulu Roni tidak suka dengan Odelina yang menjadi gemuk dan jelek. Roni yang berselingkuh dan mengkhianati Odelina. Bagaimana mungkin dia masih punya muka untuk meminta Odelina menikah lagi dengannya?Odelina juga berk
Setelah beberapa hari pemulihan, kondisi mental Roni sedikit lebih baik dibandingkan saat pertama kali sadar. Akan tetapi, dia masih belum bisa turun dari tempat tidur dan berjalan sendiri.Roni mengalami terlalu banyak luka tusuk. Sungguh ajaib dia bisa selamat setelah ditusuk secara membabi buta seperti itu oleh Yenny. Dokter bilang akan memakan waktu lebih lama sampai Roni bisa turun dari tempat tidur.Setelah berada di ambang kematian, Roni baru tahu siapa yang baik dan siapa yang jahat. Namun, dia tidak menyalahkan Yenny. Pada akhirnya, dialah yang telah mencelakakan Yenny.Seperti kata Yenny, awalnya Roni sendiri yang mulai menggoda Yenny. Jika Roni tidak menggodanya, Yenny hanya akan menjadi sekretarisnya. Mereka berdua tidak akan pacaran, juga tidak akan mengalami begitu banyak hal.Roni telah melepaskan istri terbaiknya. Setelah menikahi Yenny, dia juga tidak bisa memberikan kehidupan yang Yenny inginkan. Mereka menjalani kehidupan yang tidak bahagia sama sekali. Mereka berten
Shella membantu ibunya menyalahkan adiknya, “Roni, kali ini kamu harus ceraikan dia apa pun yang terjadi. Kamu nggak boleh bersama perempuan jahat itu lagi. Kamu tahu nggak bagaimana kehidupan keluarga kita setelah dia tikam kamu?”“Kamu nggak bisa hanya pikirkan perasaan kamu dan perempuan itu. Kamu juga harus pikirkan perasaan kami. Demi menyelamatkan kamu, aku juga terluka sampai harus diopname di rumah sakit selama beberapa hari. Kita saudara kandung, jadi aku nggak minta ganti rugi biaya rumah sakit sama kamu.”“Tapi kamu harus dengarkan kami, cepat ceraikan perempuan jahat itu. Selain itu, kamu juga jangan kasih surat damai. Dia hampir saja bunuh kamu, kamu tetap maafkan dia. Untuk apa coba?! Sekalipun kamu yang goda dia lebih dulu, kalau dia nggak ada perasaan apa pun padamu, kalian berdua juga nggak akan bersama. Semuanya nggak akan terjadi kalau hanya kamu yang punya perasaan.”“Saat kamu goda dia, kenapa dia nggak undurkan diri? Kenapa dia nggak menjauh darimu? Dia malah main
Sarah pun tidak marah. Dia justru berkata, “Sekarang transportasi sudah mudah. Ada pesawat terbang, kereta cepat, mau ke mana-mana gampang. Pagi di Kota Mambera, siang sudah di luar negeri. Takut apa jauh? Yang penting orangnya baik, cocok untuk anak-anak. Kalian harusnya senang, malah bilang orang yang aku pilihkan kejauhan. Kalau suruh kalian yang urus, rambut kalian pasti akan semakin cepat beruban. Mana bisa santai seperti sekarang.”Sarah menyentuh rambut putihnya dan berkata lagi, “Rambutku putih semua karena mengkhawatirkan pernikahan mereka.”Dewi melihat rambut putih ibu mertuanya dan bercanda, “Mama bisa saja cat rambut Mama jadi hitam. Mama rawat diri dengan baik, kelihatan seperti baru usia awal enam puluhan. Kalau rambut Mama dicat hitam, pasti kelihatan lebih muda.”“Nggak mau. Harus berani hadapi kenyataan kalau aku sudah tua.”Orang yang datang adalah Rosalina. Baru saja masuk ke ruangan, dia mendengar percakapan santai antara ibu mertua dan menantunya.“Nenek, Tante.”
Setelah Olivia dan yang lainnya pergi, Dewi baru menelepon Yuna. Yuna pun segera mengangkat telepon.“Oliv sudah berangkat?” tanya Yuna.“Baru saja berangkat. Aku lihat dia dan Russel naik ke helikopter, sampai helikopternya terbang jauh, aku baru berani telepon kamu. Dia nggak akan bisa dengar percakapan kita, kecuali dia punya pendengaran super.”“Oke, terima kasih sudah kasih kabar.”“Sama saudara sendiri nggak perlu sungkan-sungkan. Toh, tujuan kita sama,” kata Dewi.“Kamu juga sungkan sama aku. Setelah semuanya selesai, ayo kita makan bareng. Aku yang traktir.”Keduanya adalah perempuan paling terhormat di Kota Mambera, tapi mereka tidak pernah makan bersama di luar. Karena Olivia menjadi menantu keluarga Adhitama, keduanya baru menjadi sadara. Namun, keduanya belum pernah membuat janji makan bersama.Mereka juga tidak sedekat Dewi dengan ibunya Bram dan ibunya Daniel. Namun, keluarga Ardaba dan keluarga Lumanto memang sangat dekat dengan keluarga Adhitama. Wajar saja Dewi dekat d
“Aku dan Tante akan pulang sebelum Tahun Baru. Om Stefan bilang habis dari luar kota, dia akan pergi ke sana jemput aku dan Tante.”Dewi tersenyum. “Kalau begitu kita nggak akan bisa bertemu selama belasan hari.”Dewi menarik Russel ke dekatnya lagi dan memeluknya sebentar. Kemudian, dia mencium pipi Russel dan berkata, “Selamat bersenang-senang di sana. Nanti ceritkan pada Nenek kamu dan Liam main apa saja, pergi ke mana, makan apa, terus bawa oleh-oleh dari sana buat kami.”Seandainya bukan karena khawatir Olivia akan mengetahui bahwa semua orang menyembunyikan situasi di Kota Cianter darinya, Dewi pasti tidak akan membiarkan Russel pergi ke Vila Ferda secepat ini.Di hari biasa, Russel harus masuk sekolah. Akhir pekan belum tentu anak itu datang. Hanya sesekali, itu pun untuk satu atau dua hari saja. Semua orang merindukan anak itu. Sekarang Russel sedang libur panjang, tapi dia malah merengek ingin pergi bertemu teman sepermainannya.“Oliv, karena kalian pergi main, bersenang-senan
“Kami nggak pilih kasih. Russel satu-satunya cucu keluarga Pamungkas. Kami juga sangat sayang Russel. Dulu, dulu ... karena kami yang asuh Aiden, jadi lebih dekat dengan Aiden. Otomatis juga jadi pilih kasih, lebih sayang Aiden. Sekarang nggak akan seperti itu lagi,” janji Rita.Rita tahu kalau Roni kesal terhadap mereka. Dia juga menyadari kalau ini salah mereka, karena mereka selalu lebih mengutamakan Shella.Terutama karena terakhir kali, ketika Shella mengajak mertuanya makan di restoran. Shella ingin menipu Olivia dan membuatnya bayar tagihan, tapi tentu saja dia gagal. Tidak disangka, Shella malah menelepon Rita dan minta Rita yang bayar. Rita tidak tahu Shella sedang menipunya, dia pun mentransfer uang ke rekening Shella.Russel yang mengungkapkan hal itu. Saat Roni tahu, dia marah besar kepada mereka, bilang kalau mereka lebih sayang Shella. Kalau begitu, mereka pindah saja ke rumah Shella. Roni tidak akan memberikan biaya hidup kepada mereka lagi.Sekarang Roni menjadi sopir t
Seumur hidupnya, Roni hanya memiliki satu anak, yaitu Russel. Baginya, yang penting Russel masih mau mengakuinya sebagai ayah. Meskipun tidak dekat, setidaknya anaknya tidak menjauh. Itu sudah termasuk penghiburan bagi Roni.Setelah mengakhiri panggilan telepon, Russel mengembalikan ponsel ke Olivia dan berkata, “Papa mau jemput aku dan suruh aku menginap di rumahnya selama beberapa hari. Aku bilang nggak mau. Besok kita mau pergi cari Liam. Aku nggak mau ke sana dan main sama Kak Aiden. Kak Aiden selalu ganggu aku. Tapi sekarang aku sudah nggak takut dengan Kak Aiden lagi. Aku sudah belajar ilmu bela diri.”Meskipun Russel tidak memiliki banyak bakat dalam seni bela diri, setelah menjalani latihan dalam waktu lama, tubuhnya menjadi lebih kuat dan bertenaga. Pelatih bilang kalau dia terus berlatih, Russel akan memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri. Russel tidak serakah. Dia hanya ingin memiliki kemampuan seperti Olivia.“Iya, kalau kamu nggak mau pulang ke sana ya nggak u
“Angkat saja.”Pada akhirnya Russel mengangkat telepon dari ayahnya. Olivia menyerahkan ponselnya kepada Russel dan menyuruhnya mengangkat telepon. Selama bisa tidak bicara dengan Roni, Olivia tidak akan bicara dengan pria itu.“Papa,” panggil Russel.Roni menjawab dan bertanya sambil tertawa pelan, “Russel belum tidur?”“Ini sudah mau tidur. Tiba-tiba Papa telepon. Papa sudah pulang kerja? Ribut sekali di sana.”“Papa belum pulang kerja. Tapi kalau Papa mau pulang kerja juga nggak apa-apa. Tantemu ada di sana, nggak?” tanya Roni.“Ada. Papa cari Tante?”“Russel, kamu mau ke sini selama beberapa hari, nggak? Kamu lagi libur, kan. Bagaimana kalau kamu ke sini? Kakek dan nenekmu kangen sama kamu.”Roni menelepon untuk berdiskusi dengan Olivia. Dia ingin menjemput Russel ke rumahnya dan tinggal di sana selama beberapa hari. Toh, anak sekolah sedang libur. Apalagi orang tuanya juga rindu dengan cucu mereka.Shella mengantar Aiden ke sana. Kalau hanya ada Aiden, rasanya terlalu bosan. Jadi
Ingatan anak sebelum usia tiga tahun biasanya akan hilang seiring bertambahnya usia. Namun, kejadian itu meninggalkan luka yang terlalu dalam bagi Russel, sehingga dia tidak dapat melupakannya.Setelah kejadian itu, Russel mengalami mimpi buruk untuk waktu yang lama. Dia juga selalu ingat adegan di mana ibunya terluka dan berlumuran darah ketika menyelamatkannya.“Aku hanya percaya Mama, Tante, Om Stefan, Om Daniel dan yang lainnya.” Russel berkata dengan serius, “Aku nggak berani percaya papaku dan yang lainnya.”Russel mengerti segalanya. Olivia mengelus wajah mungil keponakannya dan menatapnya dengan lembut.“Kamu segalanya bagi mamamu. Apa pun yang terjadi, Tante nggak akan biarkan kalian terpisah. Russel, mamamu sudah melewati banyak masa-masa sulit. Setelah dewasa, kamu harus berbakti pada mamamu.”“Pasti, Tante. Kalau aku sudah besar, aku akan cari banyak uang untuk beli rumah besar dan mobil baru untuk Mama. Biar Mama nggak perlu capek-capek kerja lagi. Aku juga akan belikan ru
Pukul sembilan malam, Kota Mambera.Setelah melakukan panggilan video dengan kakaknya, Olivia berkata kepada Russel, “Kamu sudah selesai kemas barangmu, belum? Jangan lupa bawa hadiah untuk Liam.”“Sudah. Aku hanya bawa beberapa mainan dan hadiah untuk Liam,” jawab Russel. “Biar aku yang ketinggalan, hadiah untuk Liam juga nggak akan ketinggalan.”Olivia tertawa pelan. “Kalau kamu ketinggalan, siapa yang kasihkan hadiah untuk Liam?”Russel tersipu malu. Olivia menggendongnya, lalu mendudukkannya di tempat tidur. “Om Stefan lagi ke luar kota. Malam ini kamu tidur sama Tante. Besok pagi habis sarapan, kita langsung pergi ke rumah Om Yose. Suruh kamu pergi bareng kakek-kakek itu, kamu nggak mau. Padahal mereka suka banget sama kamu. Mereka akan jaga kamu dengan baik.”Russel baring di tempat tidur, tapi dia menyandarkan kepalanya di paha Olivia dan berkata, “Mereka sangat suka sama aku. Tapi aku nggak terlalu kenal mereka. Tante dan Mama sering bilang jangan mau pergi dengan orang lain se
Kepala pelayan hanya bisa menghela napas dalam hati. Bahkan Cakra saja tidak memiliki kebebasan seperti ini, padahal dia adalah suami dari Patricia. Namun, perempuan itu lebih memercayai Dikta. Dia adalah asisten setia yang telah menemani Patricia sepanjang hidupnya. Sementara itu, sejak skandal perselingkuhannya, Cakra sudah tidak memiliki posisi apa pun di hati Patricia. Jika bukan karena mereka memiliki anak, demi mempertimbangkan masa depan anak dan cucunya, mungkin mereka sudah lama bercerai. Setelah naik ke lantai atas, Dikta langsung menuju ruang kerja. Dia mengetuk pintu beberapa kali. Setelah mendapatkan izin dari Patricia, barulah lelaki itu masuk. Di dalam, Patricia sedang berlatih kaligrafi. Dikta berjalan mendekat dan mengamati tulisan yang dibuatnya. "Bagaimana menurutmu?" Patricia bertanya. "Tulisan tanganku ini." "Hati Bu Patricia sedang gelisah. Tulisan tangan pun ikut gelisah. Lebih baik berhenti saja, jangan buang-buang tinta dan kertas." Dikta adalah satu-sa