“Untung saja Oliv nggak terlalu peduli dengan hal seperti ini. Dia nggak marah, dia juga berhasil bujuk Stefan. Kalau nggak, nggak tahu Stefan bakal mengomel sampai kapan. Aku ini papanya, diomelin sama anak sendiri benar-benar memalukan.”Dewi tersenyum sambil merangkul lengan suaminya, “Nanti makan lebih banyak lauk kesukaanmu, isi ulang tenaga. Kamu gantikan aku jadi sasaran pelampiasan amarah Stefan.”Dewi yang membawa resep obat itu dari rumah orang tuanya. Dia juga yang menyimpan resep obat itu di bawah meja. Semua itu salahnya. Namun, suaminya juga dimarahi oleh putranya. Dia sudah melibatkan suaminya.“Ayo, kita juga pergi makan.”Saat ini, Reiki datang bersama Junia. Keduanya langsung menyapa dengan manis, “Om, Tante.”Handi dan Dewi menyambut mereka dengan hangat dan mengajak mereka untuk makan bersama. Reiki dan Junia berencana menghabiskan akhir pekan mereka di Vila Permai. Apalagi mereka sudah sering bertamu ke vila, jadi mereka sama sekali tidak sungkan. Mereka langsung m
Baik lingkungan maupun orangnya, keluarga Adhitama amat sangat baik. Rosalina bahkan belum resmi menikah dengan Calvin. Hanya karena mereka sudah bertunangan, Rosalina juga mulai pelan-pelan memanggil calon mertuanya dengan sebutan ayah dan ibu. Keduanya juga memperlakukan Rosalina seperti putri mereka sendiri. Mereka sama sekali tidak membencinya karena dia buta.Sebagai ibu mertua, Fenny kerap menggunakan tindakan untuk membuktikan kalau sebagai calon menantu keluarga Adhitama, Rosalina hanya perlu tahu cara membelanjakan uang, tidak perlu mengkhawatirkan hal lain.Saat bersama ibu kandungnya, Rosalina tidak bisa merasakan kasih sayang ibunya. Namun, dia bisa merasakan kasih sayang itu dari calon ibu mertuanya. Rasanya sungguh bahagia ada ibu yang menyayangi dan memanjakannya.“Benar, jadi orang harus bersyukur. Anak perempuan memang lebih perhatian.”Fenny meraih tangan Rosalina dan terus mencurahkan perhatiannya kepada Rosalina. Rosalina hampir mengalami hal yang tidak diinginkan.
“Selama mereka benar-benar jatuh cinta, mereka pasti bisa mengucapkan kata-kata manis,” kata Lukas.Fenny merasa ucapan suaminya masuk akal juga. Dia pun mengangguk sambil tersenyum, “Kira-kira bagaimana kabar Ricky di Kota Cianter sana, ya? Kalau Ricky sudah mantap, Samuel dan Hansel juga akan segera mulai. Kalau mereka bisa menikah bareng, keluarga kita benar-benar akan sangat bahagia.”Lukas tertawa pelan, “Kalau dipikir-pikir iya, sih. Tapi kenyataannya nggak seindah itu. Sandy masih sekolah.”Sandy sedang liburan di rumah saja, dia pun sibuk mengambil hati saudara iparnya. Setelah mengambil hati Olivia, soal latihan yang perlu dia kerjakan pun jadi lebih sedikit. Kalau tidak, delapan kakaknya pasti selalu memberinya hadiah berupa soal latihan dan menyuruhnya mengerjakan soal hingga kepalanya pusing.“Benar juga, Sandi masih harus menunggu seenggaknya sepuluh tahun lagi. Minimal sepuluh tahun. Kalau dia seperti Stefan, mungkin dia harus menunggu lebih dari sepuluh tahun baru bisa m
Rosalina memiliki harga diri yang tinggi. Saat menghabiskan waktu dengannya, Calvin tidak bisa menyelesaikan semua masalah sendirian.“Calvin.”“Hmm.”“Apakah kamu merasa sangat lelah saat bersamaku?”Calvin tiba-tiba berhenti berjalan, lalu mencolek wajah Rosalina dengan jarinya. Kulit Rosalina begitu halus. Setelah colek sebentar, Calvin tak tahan ingin mencubitnya. Usai dicubit sebentar, Calvin mengelusnya berulang kali. Pada akhirnya, Rosalina tidak tahan lagi. Dia langsung menepis tangan Calvin.“Aku lagi ngomong sama kamu, lagi ngomong serius. Kamu elus-elus terus, elus apaan?”Rosalina juga ingin mencubit wajah Calvin. Calvin menundukkan kepala, membiarkan Rosalina menyentuh wajahnya dengan mudah. Rosalina meletakkan tangannya di kedua sisi wajah Calvin dan mencubitnya, tapi tidak terlalu kuat.Pokoknya Calvin tidak merasa sakit. Rosalina juga pasti tidak tega mencubitnya sampai sakit. Sama seperti Calvin. Awalnya, dia mencubit wajah Rosalina dan merasa wajah itu sangat lembut.
“Mamaku pernah bilang, untuk jadi menantu keluargaku nggak perlu punya keahlian apa pun. Yang penting bisa membelanjakan uang sudah cukup. Kami sibuk kerja, uang yang kami hasilkan banyak, tapi nggak punya waktu untuk menghabiskan uang. Jadi kalau kami punya istri, istri harus bantu kami habiskan uang.”Rosalina tertawa, “Sekarang aku juga nggak kekurangan uang.”Saat ini, Rosalina telah memegang kendali penuh atas bisnis Siahaan Group. Dia sudah memiliki cukup banyak uang. Rosalina yang sekarang bukan lagi Rosalina yang dulu. Dia tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi.“Aku tahu kamu nggak kekurangan uang, tapi aku tetap berharap kamu pakai uangku. Uang yang aku hasilkan memang buat dipakai istri. Kelak kalau kita sudah punya anak, aku juga yang akan urus anak. Kamu nggak usah urus apa pun. Pokoknya kamu rawat diri dan belanja saja.”“Siapa istrimu? Kita bahkan belum daftarkan pernikahan kita, sudah bahas soal anak. Jangan mimpi,” gerutu Rosalina.“Nggak mimpi, kan. Kita sudah bertunangan
Apalagi kalau Ricky minum terlalu banyak hingga mabuk, orang tuanya pasti akan meminta Rika untuk mengantar Ricky kembali ke hotel.“Papa juga nggak minum terlalu banyak. Jarang-jarang Ricky makan di sini. Bahkan dia sendiri yang panggang begitu banyak yang enak-enak. Papa temani dia minum dua gelas, nggak banyak. Bagaimana kalau kamu yang temani dia minum?”Rika langsung berkata dengan dingin, “Aku nggak minum di malam hari.”Ricky tersenyum pada Rika dan berkata, “Rika, sebenarnya kamu nggak mau aku minum terlalu banyak, tapi kamu nggak enak hati mau bilang. Makanya kamu pakai Om Rhoma jadi alasan. Tenang saja, aku nggak akan minum banyak-banyak.”“Sudah kubilang jangan panggil aku Rika!” tukas Rika.“Rika!” Cathy memanggil Rika dengan serius, “Namamu memang Rika. Apa salahnya Ricky panggil kamu Rika?”“Ma, dia bisa panggil aku Pak Riko. Hanya keluarga kita yang panggil aku Rika. Aku nggak terbiasa dia panggil aku seperti itu,” ujar Rika tanpa daya. “Dia sudah kasih Papa dan Mama oba
“Rika, nggak peduli apa pun yang orang lain katakan, yang penting kamu jalani hidupmu sendiri dengan baik. Ricky sangat cocok untukmu, kalian berdua sangat serasi,” kata Rhoma dengan serius.Rika menundukkan kepala kembali menghabiskan supnya. Dia bersikap seolah-olah tidak mendengar ucapan ayahnya barusan. Ricky mengejarnya dengan begitu gencar, tapi dia belum memiliki perasaan terhadap pria itu. Rika bahkan belum terpikir untuk kembali menjadi seorang perempuan demi Ricky.Rhoma berhenti bicara ketika melihat Rika diam saja. Masalah perasaan tidak bisa dipaksa, harus dipupuk secara pelan-pelan. Cinta pada pandangan pertama tidak akan terjadi pada Rika dan Ricky.Pada akhirnya, Ricky benar-benar minum sampai mabuk. Sangat mabuk hingga dia tidak bisa berjalan dengan benar.“Rika, kalau kamu mau pergi, sekalian antar Ricky kembali ke hotel. Rumahnya masih direnovasi, entah kapan baru selesai.”Rhoma dengan santainya menyuruh Rika mengantar Ricky kembali ke Blanche Hotel. Ricky telah mem
Ronald juga memiliki kemampuan untuk mengelola perusahaan. Akan tetapi, Ronald tidak sestabil Rika.“Kalau soal perasaan bisa dipupuk,” kata Cathy.“Aku nggak mau jalin hubungan dengannya. Aku nggak punya perasaan padanya, juga nggak punya perasaan pada pria lainnya. Karena aku merasa aku sendiri seorang pria.”“Rika, kamu bukan pria, kamu seorang perempuan!” tegas Cathy.Cathy tiba-tiba merasa seharusnya sejak awal dia tidak membiarkan Rika menyamar sebagai seorang pria.“Semua orang panggil aku Pak Riko, nggak ada yang panggil aku Bu Rika.”“Rika, kamu hanya menipu dirimu sendiri. Apa kurangnya Ricky? Keluarga mereka sederajat dengan keluarga kita. Meski jaraknya agak jauh, transportasi sekarang sudah nyaman banget, pakai pesawat sebentar saja sudah sampai. Selain itu, dia juga cakap, nggak jauh berbeda denganmu. Yang lebih penting lagi, dia bukan tipe orang yang suka menindas yang lemah.”Cathy membujuk putrinya dengan sungguh-sungguh, “Kamu juga bukan anak kecil lagi, sudah 28 tahu
Kalau bukan karena campur tangan Odelina, Fani tidak akan mati. Sekalipun kematian Fani disebabkan oleh banyak faktor, Ivan juga tidak bisa dan tidak berani melakukan apa pun pada ibu serta adiknya. Oleh karena itu, dia hanya bisa melampiaskannya kepada Odelina.Di belakang Odelina ada tiga keluarga besar. Namun, keluarga Adhitama, keluarga Lumanto dan keluarga Sanjaya berada di Kota Mambera. Di sini Kota Cianter. Selama Ivan tidak melakukannya secara terang-terangan, maka tidak akan ada masalah.Felicia tidak tahu apa yang dipikirkan kakaknya. Dia berjalan keluar dari gedung kantor. Baru saja masuk ke mobil, Felicia menerima hasil penyelidikan yang dikirim oleh Vandi. Setelah melihat hasil penyelidikan, Felicia bersikap seperti biasa saja. Dia mengemudikan mobilnya keluar dan meninggalkan perusahaan.Beberapa menit kemudian, Vandi menelepon. Felicia menepikan mobilnya dan mengangkat telepon dari Vandi.“Bu Felicia, Pak Ivan adalah dalang dibalik kejadian dua mobil yang menabrak Bu Ode
Felicia menatap Ivan sejenak, lalu berkata, “Baguslah kalau nggak ada. Sekarang aku sangat sibuk. Mama nggak ada di sini juga. Kalau Kak Ivan buat masalah, aku nggak ada waktu untuk bantu Kak Ivan.”“Tenang saja, nggak akan. Aku kerja setiap hari. Kalau nggak kerja juga pergi ke rumah mama mertuaku. Urusan dengan kakak iparmu saja nggak kelar-kelar, mana ada waktu untuk pergi buat masalah. Lagi pula, aku sudah tua. Kalau aku benar-benar buat masalah, aku akan bereskan sendiri. Aku mana berani minta kamu bantu aku.”“Baguslah kalau begitu. Kak Ivan kembali saja. Aku juga mau keluar,” kata Felicia.Usai berkata, Felicia berdiri dan berjalan keluar dari meja kerjanya. Keduanya keluar dari ruangan bersama-sama. Ivan ingin cari tahu apa yang Felicia lakukan di luar, tapi Felicia menutup rapat mulutnya. Alhasil, Ivan tidak mendapatkan informasi apa pun.Setelah masuk ke dalam lift, Felicia berdiri tegak di depan. Sedangkan Ivan di belakangnya. Dia yang mengenakan setelan formal benar-benar m
“Memangnya kenapa kalau dia punya banyak pendukung? Toh mereka semua ada di Kota Mambera. Mereka hanya punya bisnis kecil di Kota Cianter. Kamu kira mereka bisa ikut campur urusan keluarga kita?”“Memangnya kenapa kalau dia keturunan Tante? Tante sudah meninggal puluhan tahun yang lalu. Kepala keluarga yang sekarang adalah mama kita. Kalau kamu nggak mampu, wajar saja posisi kepala keluarga dikembalikan ke mereka. Tapi kamu mampu. Mana mungkin posisi ini dikembalikan ke mereka?”“Apakah Odelina punya kemampuan itu? Memangnya kenapa kalau dia buka perusahaan di Kota Cianter? Keluarga Gatara nggak ada yang kenal dia. Saat kamu baru pulang pun, banyak orang yang nggak anggap kamu bagian dari keluarga. Apalagi Odelina. Banyak orang yang nggak senang dengan Mama. Tapi mereka bisa apa?” ujar Ivan panjang lebar.Usai berkata, Ivan bergumam pelan, “Mungkin saja Odelina juga orang yang berumur pendek, seperti neneknya, meninggal di usia paruh baya.”Ivan sudah menyuruh orang untuk menabrak Odel
Felicia menatap dan berkata, “Keponakanku usianya hanya sepuluh tahun lebih muda dariku, nggak cocok jadi anakku. Kalau memang mau adopsi, keponakan yang paling kecil baru berusia beberapa tahun, dia lebih cocok.”Keponakan Felicia yang paling kecil adalah anak dari Erwin, kakak ketiga Felicia. Anak itu baru berusia enam tahun. Tentu saja, Felicia hanya asal bicara saja. Dia tidak akan benar-benar mengadopsi keponakannya untuk menjadi anaknya. Felicia ingin punya anak sendiri.Jika tidak ada pria lain, dengan Vandi pun tidak masalah. Nanti Felicia tinggal melakukan program bayi tabung dengan menggunakan benih dari Vandi. Dengan kecerdasan dan kemampuan Vandi, anak mereka pasti akan jadi anak yang pintar juga.Sebenarnya bakat beberapa keponakan Felicia boleh dibilang rata-rata, sulit untuk dilatih menjadi penerus keluarga. Kalau bisa, Patricia juga tidak akan terburu-buru untuk melatih Felicia. Begitu tahu Fani bukan anak kandungnya, perhatian Patricia sudah tertuju pada cucu-cucunya.
Patricia tidak ingin melanjutkan pembicaraannya dengan Ivan. Dia pun berkata, “Kalau nggak ada urusan lain, aku tutup dulu teleponnya.”“Ma, aku akan bantu Felicia. Nggak ada apa-apa, Ma. Mama lanjut kerja saja.”Patricia menutup telepon. Ivan spontan menghela napas lega setelah ibunya menutup telepon. Kemudian, dia mengangkat tangannya untuk menyeka keringat dingin di dahinya. Setelah bertindak impulsif dengan menuding ibunya, Ivan langsung berkeringat dingin. Di cuaca yang begitu dingin, dia masih bisa berkeringat. Itu membuktikan kalau dia sangat ketakutan.Felicia mengambil tisu dan memberikannya kepada Ivan. Ivan meletakkan ponsel dan mengambil tisu dari adiknya, lalu menyeka keringat di wajahnya sambil berkata, “Aku ketakutan setengah mati tadi. Aku bahkan nggak tahu kenapa aku berani ngomong seperti itu.”“Salah makan obat kali, makanya jadi berani.”Ivan memelototi Felicia dan menyalahkannya. “Gara-gara kamu. Kamu telepon sama Mama, kenapa pula kasih ponselmu ke aku. Sekarang a
“Ma.” Ivan terkekeh dan berkata, “Papa nggak mungkin marah Mama. Dia memang sudah berbuat salah, tapi Mama selalu ada di hatinya. Papa tinggal sama aku. Setiap hari dia selalu ngomong soal Mama. Dia bilang kalau Mama lagi kesal, siapa yang temani Mama cari angin segar? Setiap hari Papa baca novel dari ponselnya. Baca novel roman lagi. Dia sampai bilang mau minta maaf pada Mama seperti tokoh dalam novel.”Cakra sudah mengebiri dirinya sendiri. Tidak peduli secantik dan semuda apa perempuan di luar sana, Cakra juga tidak bisa menyentuh mereka lagi. Patricia telah menghancurkan satu-satunya kebanggaan Cakra.Namun, Cakra tidak mau bercerai. Sekalipun dia sangat membenci istrinya, dia juga tidak mau bercerai. Karena dia tahu, setelah cerai, dia tidak akan mendapatkan apa pun. Kemungkinan besar, dia harus pergi dengan tangan kosong.Di Kota Cianter, Cakra tidak akan pernah bisa mengalahkan Patricia. Kecuali dia bisa hidup lebih lama dari Patricia. Dengan begitu, setelah Patricia meninggal,
Ivan tidak memiliki perasaan apa pun terhadap istrinya lagi sekarang. Padahal dulu hubungan mereka sangat baik. Mereka punya putra dan putri. Ivan pun sangat sayang anak-anaknya. Dia paling sayang putrinya.Pada saat Ivan tahu kalau Fani bukan adik kandungnya, lalu adik kandungnya Felicia, terlihat seperti orang yang lemah dan tidak bisa apa-apa, Ivan merasa sangat senang. Dia berharap ibunya bisa mewariskan posisi sebagai kepala keluarga kepada putrinya.Meskipun sekarang putri Ivan tampak tidak memiliki kemampuan apa pun, itu karena putrinya masih kecil. Selama ibunya bersedia melatih cucunya sebagai penerus, Ivan yakin putrinya tidak terlalu buruk. Oleh karena itu, dia sangat menyayangi putrinya.Setelah mendengar pertanyaan Felicia, Ivan membuka mulutnya, ingin memberikan penjelasan. Namun, dia mendapati kalau dia sama sekali tidak bisa membantah. Dia hanya bisa diam.Felicia selesai membaca dokumen di tangannya dan merasa tidak ada masalah. Dia pun menelepon ibunya dan berkata kal
Felicia bertemu dengan Ivan yang baru keluar dari lift di pintu lift. Kedua saudara itu berhenti sejenak. Ivan keluar lebih dulu dari lift, sementara Felicia tidak terburu-buru masuk. "Felicia, kamu mau pergi?" Ivan memegang sebuah map dokumen, mungkin ada dokumen yang perlu ditandatangani Felicia. Karena ibu mereka sedang tidak berada di perusahaan, semua cap penting diserahkan kepada Felicia.Banyak dokumen penting harus ditandatangani dan dicap olehnya agar berlaku. Biasanya, urusan tanda tangan dokumen seperti itu selalu diserahkan kepada sekretaris, dan jarang Ivan datang langsung. Felicia dengan tenang menjawab, "Ya, ada sedikit urusan yang harus aku urus, Kak. Ada apa?" Dia melirik map dokumen di tangan Ivan. Namun, lelaki itu tidak langsung menyerahkan map itu, melainkan berkata, "Ada dokumen yang butuh tanda tangan dan cap darimu." "Bisa ditunda sebentar? Kamu mau pergi urus apa? Apakah penting sekali?" Nada Ivan terdengar ramah, tetapi ada sedikit nada menyelidik. Ke ma
Mereka sangat menyayangi Fani, dan itu tulus. Setelah pewaris yang sebenarnya kembali, mereka tetap tidak bisa menerimanya, selalu merasa Felicia adalah penyusup yang merebut semua yang seharusnya milik Fani. Di hati mereka, ada rasa benci terhadap Felicia. Karena sejak kecil dia hidup di lingkungan yang keras tanpa kasih sayang, Felicia tidak pernah berharap bahwa orang tua kandung atau saudara laki-lakinya akan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana dia sendiri juga tidak memiliki banyak rasa terhadap mereka. Hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak, saudara laki-laki dan perempuan, memang perlu dipupuk. Karena dia tidak tumbuh besar di sisi orang tua kandung atau saudara laki-lakinya, tidak ada hubungan emosional yang terbentuk. Meskipun sudah kembali ke sisi orang tua kandung selama dua tahun, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Fani yang tumbuh besar bersama keluarga Gatara sejak kecil. Sekarang, setelah Fani tiada, ayah dan tiga saudara laki-lakinya hanya