"Felicia, kamu cepat keluar, jangan di sini merusak mood Mama, deh. Lihat, kamu sudah membuat Mama marah seperti apa, cepat keluar sana." Fani berperan sebagai orang baik, membujuk Felicia untuk keluar. Dia bahkan mendekat, mendorong-dorong Felicia agar segera pergi. Felicia tidak lagi menjelaskan atau melawan. Dia membiarkan saja Fani mendorongnya keluar. Setelah Fani mendorong Felicia keluar dari ruangan, dia dengan keras menutup pintu ruangan dengan hati yang berbunga-bunga.Ternyata bisnis kecil dan anak perusahaan yang diserahkan Mama kepada Felicia untuk diurus, yang terlihat dikelola dengan sangat baik oleh Felicia, sebenarnya dibantu oleh orang lain.Fani merasa lega. Jika Felicia tidak bisa membuat ibunya puas, maka meskipun dia adalah putri kandung Patricia, Felicia tetap tidak akan bisa menduduki posisi kepala keluarga. Siapa tahu, Patricia malah menyerahkan posisi kepala keluarga kepada Fani, karena sejak kecil dia sudah dilatih untuk itu. Meski tidak sehebat Patricia,
Felicia juga paham tentang apa yang dipikirkan oleh orang-orang. “Kring … Kring … Kring ….”Felicia menerima telepon saat sedang berada di lift. Dia melihat terlebih dahulu nama yang muncul di layar, baru kemudian menerimanya. “Bu, saya baru dapat info. Kepala keluarga yang sebelumnya, Bibimu, memang benar punya dua anak perempuan. Kedua anak itu hilang beberapa puluh tahun yang lalu. Sekarang sepertinya ada di Mambera.”Mambera?Felicia bertanya dengan suara rendah, “Tahu mereka di Mambera sebelah mana? Gimana kehidupannya sekarang? Apa mereka masih ingat asal usul keluarga mereka?”“Putri pertamanya menjadi nyonya besar keluarga Sanjaya. Ibu kandung CEO Sanjaya Group. Putri keduanya meninggal enam belas tahun yang lalu karena kecelakaan. Tapi dia punya dua anak perempuan. Salah satunya jadi menantu pertama keluarga Adhitama, Olivia namanya.”Mendengar nama itu, raut wajah Felicia segera berubah. Sedari pertama kali Felicia kembali ke keluarga Gatara, dia sudah mendengar desas-desu
"Bu, sepertinya ini sudah nggak bisa disembunyikan lagi. Saya dapat info ini juga dari mereka. Sekarang mereka sudah mengirim orang ke Mambera untuk bertemu dengan Yuna."Felicia terdiam sejenak sebelum berkata, "Oke. Sementara ini, sembunyikan dulu dari Bu Patricia, ya."Hal-hal yang sudah ibunya rampas dulu, kemungkinan besar harus dikembalikan lagi. Tinggal lihat bagaimana Patricia akan memilih.Setelah berakhirnya panggilan, Felicia menyadarkan diri dinding lift, menatap ke atas. Keluarga ini benar-benar kacau, pikirnya. Jika gosip-gosip itu benar, ibu kandungnya telah merusak keluarga sendiri, bahkan mengambil nyawa kedua bibinya. Bagaimana dia harus memilih? Apa yang harus dilakukannya? Felicia tidak mau ikut campur dalam kejahatan.Meskipun Felicia dibesarkan di desa, pandangannya tentang hal benar dan salah tetap utuh. Felicia tahu mana kebaikan dan kejahatan.Setelah memastikan bahwa Yuna adalah putri dari bibinya, dia akan membuat rencana.Sekarang, yang harus Felicia lakuka
"Aku pengin kerja lagi di perusahaan. Aku minta Mama buat kasih aku pekerjaan santai, tapi Felicia menentang. Dia bilang perusahaan bukan tempat untuk orang malas. Cuih, memangnya dia berharga? Dia sama saja."Fani yang sedari tadi penuh dengan uneg-uneg, akhirnya mengeluarkan semuanya kepada Dania. Di rumah, orang tua dan kakak iparnya cenderung lebih memanjakannya. "Mama bilang apa lagi?" Dania senang melihat Fani dan Felicia bersaing. "Mama bilang, kalau Felicia nggak bisa mandiri, posisi sebagai kepala keluarga mungkin nggak akan jatuh ke tangan Felicia. Dari apa yang Mama bilang, sih, sepertinya posisi Felicia sebagai penerus nggak begitu aman. Jadi aku masih punya kesempatan yang besar. Kak, tolong dong bicara sama kakak. Minta kakak ngomong yang baik-baik di hadapan Mama, biar aku bisa kembali kerja di perusahaan. Aku akan bersaing dengan Felicia sampai akhir. Akulah penerus yang dibina langsung sama Mama." Fani sangat percaya diri untuk mengalahkan Felicia. Dania berkata, "
"Felicia, Felicia, siapa sih Felicia itu? Seperti lumpur, mama berusaha keras menempelkannya di dinding tapi tetap saja seperti lumpur. Tungga saja sampai mama menyerah, baru deh kelihatan siapa sebenarnya penerus keluarga Gatara. Orang-orang yang meremehkanku, tunggu saja tanggal mainnya!""Dan Pak Riko, pria yang kuidamkan. Suatu hari nanti, aku akan membuatnya jatuh cinta sama aku. Mama juga mendukungku buat ngejar Riko."Fani berpikir, selagi dia bukan penerus sekarang, lebih baik dia mengejar Riko dulu. Kalau sudah berhasil, baru dia akan merebut kembali posisi sebagai penerus keluarga Gatara. Dengan begitu, dia akan memiliki segalanya. Pria idamannya maupun status dan posisinya.Semua akan sempurna!Sedangkan Dania hanya berharap Fani dan Felicia bertengkar, sehingga suaminya bisa mendapatkan keuntungan dari pertengkaran mereka. Dia selalu memuji Fani, membuat Fani merasa dirinya adalah wanita paling hebat di dunia.Olivia juga diam-diam memperhatikan perebutan kekuasaan dalam ke
"Ih, kamu cantik banget, deh. Meski hamil, tapi badannya tetap bagus! Pantas Pak Reiki tergila-gila sama kamu!"Junia tertawa, "Keluarga Reiki memperlakukanku seperti sapi peliharaan. Meski bentuk tubuhku masih bagus, tapi aku merasa perutku akan segera membesar nggak lama lagi. Mereka kasih aku makan terus. Aku sampai nggak bisa berhenti makan. Sejak hamil, aku jadi kayak kecanduan makan. Mulutku seperti kelinci, nggak bisa berhenti makan.”Junia berkata sambil berdiri, membawa dua kotak kue, "Ini cemilan baru yang dibuat juru masak kue keluargaku. Menurutku ini enak banget, jadi aku bawakan dua kotak biar kamu coba.”Olivia menerima satu kotak kue, berkata, "Juru masak kue keluargamu memang sangat ahli, aku mau coba. Kalau rasanya enak, aku mau bawa pulang satu kotak lagi, terus aku kasih ke juru masak kue di villa, supaya mereka juga belajar.”"Apa kamu mau pergi ke villa akhir pekan ini?""Iya, dua minggu sekali aku pergi ke villa, menghabiskan waktu dengan keluarga. Aku punya ban
Stefan tidak bisa membalas pesan itu dengan cepat karena dia sedang rapat. Dia langsung mengambil ponselnya dan membuka aplikasi pesan setelah rapat berhenti sejenak. Raut wajahnya seketika berubah lembut setelah melihat pengirim pesan ke ponselnya adalah istrinya tercinta. Orang-orang yang berada di ruang rapat langsung mengembangkan senyuman mereka setelah melihat perubahan ekspresi Stefan yang tampak lebih lembut dari sebelumnya. Mereka semua langsung bisa menebak kalau Stefan pastinya baru saja menerima pesan dari istrinya. Stefan dan istrinya sudah menikah selama 1 tahun lamanya. Hubungan mereka juga terlihat semakin mesra, sekalipun mereka belum melaksanakan resepsi pernikahan yang rencananya baru akan dilaksanakan bulan depan. Pasangan muda ini memiliki hubungan suami istri yang semakin baik dan mesra dari hari ke hari. Mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana orang sekeras dan sedingin Stefan bisa luluh dan tidak berdaya di hadapan istrinya sendiri. Banyak
“Aku nggak akan bercanda lagi deh sama kamu. Sudahlah, jangan marah begitu sama aku. Kita serahkan saja masalah ini sama papanya Stella. Aku yakin, dia punya cara berpikir yang berbeda sama anak perempuannya,” ujar Olivia yang memiliki kesan baik kepada Petrus Krama. Bagaimanapun juga, Stella adalah anak tunggal dari Petrus Krama yang didapatkannya dari hasil berobat selama bertahun-tahun. Jadi, tidak heran kalau Stella memiliki sifat egois dan mendominasi yang sangat kuat. Dia harus mendapatkan apa pun dan siapa pun yang diinginkannya tanpa pandang bulu.Olivia yakin kalau Petrus pastinya sudah berbicara dari hati ke hati dengan putrinya. Selain itu, Petrus pastinya juga sudah memarahi Stella atas perbuatannya. Jika tidak, Stella pastinya akan terus melayangkan serangan membabi buta untuk mendapatkan Stefan. Dia juga tidak akan hanya menggunakan pemeran pengganti lalu mengirimkan foto mereka kepada Olivia hanya untuk mencari masalah secara diam-diam seperti saat ini. “Aku akan mengh
Kalau bukan karena campur tangan Odelina, Fani tidak akan mati. Sekalipun kematian Fani disebabkan oleh banyak faktor, Ivan juga tidak bisa dan tidak berani melakukan apa pun pada ibu serta adiknya. Oleh karena itu, dia hanya bisa melampiaskannya kepada Odelina.Di belakang Odelina ada tiga keluarga besar. Namun, keluarga Adhitama, keluarga Lumanto dan keluarga Sanjaya berada di Kota Mambera. Di sini Kota Cianter. Selama Ivan tidak melakukannya secara terang-terangan, maka tidak akan ada masalah.Felicia tidak tahu apa yang dipikirkan kakaknya. Dia berjalan keluar dari gedung kantor. Baru saja masuk ke mobil, Felicia menerima hasil penyelidikan yang dikirim oleh Vandi. Setelah melihat hasil penyelidikan, Felicia bersikap seperti biasa saja. Dia mengemudikan mobilnya keluar dan meninggalkan perusahaan.Beberapa menit kemudian, Vandi menelepon. Felicia menepikan mobilnya dan mengangkat telepon dari Vandi.“Bu Felicia, Pak Ivan adalah dalang dibalik kejadian dua mobil yang menabrak Bu Ode
Felicia menatap Ivan sejenak, lalu berkata, “Baguslah kalau nggak ada. Sekarang aku sangat sibuk. Mama nggak ada di sini juga. Kalau Kak Ivan buat masalah, aku nggak ada waktu untuk bantu Kak Ivan.”“Tenang saja, nggak akan. Aku kerja setiap hari. Kalau nggak kerja juga pergi ke rumah mama mertuaku. Urusan dengan kakak iparmu saja nggak kelar-kelar, mana ada waktu untuk pergi buat masalah. Lagi pula, aku sudah tua. Kalau aku benar-benar buat masalah, aku akan bereskan sendiri. Aku mana berani minta kamu bantu aku.”“Baguslah kalau begitu. Kak Ivan kembali saja. Aku juga mau keluar,” kata Felicia.Usai berkata, Felicia berdiri dan berjalan keluar dari meja kerjanya. Keduanya keluar dari ruangan bersama-sama. Ivan ingin cari tahu apa yang Felicia lakukan di luar, tapi Felicia menutup rapat mulutnya. Alhasil, Ivan tidak mendapatkan informasi apa pun.Setelah masuk ke dalam lift, Felicia berdiri tegak di depan. Sedangkan Ivan di belakangnya. Dia yang mengenakan setelan formal benar-benar m
“Memangnya kenapa kalau dia punya banyak pendukung? Toh mereka semua ada di Kota Mambera. Mereka hanya punya bisnis kecil di Kota Cianter. Kamu kira mereka bisa ikut campur urusan keluarga kita?”“Memangnya kenapa kalau dia keturunan Tante? Tante sudah meninggal puluhan tahun yang lalu. Kepala keluarga yang sekarang adalah mama kita. Kalau kamu nggak mampu, wajar saja posisi kepala keluarga dikembalikan ke mereka. Tapi kamu mampu. Mana mungkin posisi ini dikembalikan ke mereka?”“Apakah Odelina punya kemampuan itu? Memangnya kenapa kalau dia buka perusahaan di Kota Cianter? Keluarga Gatara nggak ada yang kenal dia. Saat kamu baru pulang pun, banyak orang yang nggak anggap kamu bagian dari keluarga. Apalagi Odelina. Banyak orang yang nggak senang dengan Mama. Tapi mereka bisa apa?” ujar Ivan panjang lebar.Usai berkata, Ivan bergumam pelan, “Mungkin saja Odelina juga orang yang berumur pendek, seperti neneknya, meninggal di usia paruh baya.”Ivan sudah menyuruh orang untuk menabrak Odel
Felicia menatap dan berkata, “Keponakanku usianya hanya sepuluh tahun lebih muda dariku, nggak cocok jadi anakku. Kalau memang mau adopsi, keponakan yang paling kecil baru berusia beberapa tahun, dia lebih cocok.”Keponakan Felicia yang paling kecil adalah anak dari Erwin, kakak ketiga Felicia. Anak itu baru berusia enam tahun. Tentu saja, Felicia hanya asal bicara saja. Dia tidak akan benar-benar mengadopsi keponakannya untuk menjadi anaknya. Felicia ingin punya anak sendiri.Jika tidak ada pria lain, dengan Vandi pun tidak masalah. Nanti Felicia tinggal melakukan program bayi tabung dengan menggunakan benih dari Vandi. Dengan kecerdasan dan kemampuan Vandi, anak mereka pasti akan jadi anak yang pintar juga.Sebenarnya bakat beberapa keponakan Felicia boleh dibilang rata-rata, sulit untuk dilatih menjadi penerus keluarga. Kalau bisa, Patricia juga tidak akan terburu-buru untuk melatih Felicia. Begitu tahu Fani bukan anak kandungnya, perhatian Patricia sudah tertuju pada cucu-cucunya.
Patricia tidak ingin melanjutkan pembicaraannya dengan Ivan. Dia pun berkata, “Kalau nggak ada urusan lain, aku tutup dulu teleponnya.”“Ma, aku akan bantu Felicia. Nggak ada apa-apa, Ma. Mama lanjut kerja saja.”Patricia menutup telepon. Ivan spontan menghela napas lega setelah ibunya menutup telepon. Kemudian, dia mengangkat tangannya untuk menyeka keringat dingin di dahinya. Setelah bertindak impulsif dengan menuding ibunya, Ivan langsung berkeringat dingin. Di cuaca yang begitu dingin, dia masih bisa berkeringat. Itu membuktikan kalau dia sangat ketakutan.Felicia mengambil tisu dan memberikannya kepada Ivan. Ivan meletakkan ponsel dan mengambil tisu dari adiknya, lalu menyeka keringat di wajahnya sambil berkata, “Aku ketakutan setengah mati tadi. Aku bahkan nggak tahu kenapa aku berani ngomong seperti itu.”“Salah makan obat kali, makanya jadi berani.”Ivan memelototi Felicia dan menyalahkannya. “Gara-gara kamu. Kamu telepon sama Mama, kenapa pula kasih ponselmu ke aku. Sekarang a
“Ma.” Ivan terkekeh dan berkata, “Papa nggak mungkin marah Mama. Dia memang sudah berbuat salah, tapi Mama selalu ada di hatinya. Papa tinggal sama aku. Setiap hari dia selalu ngomong soal Mama. Dia bilang kalau Mama lagi kesal, siapa yang temani Mama cari angin segar? Setiap hari Papa baca novel dari ponselnya. Baca novel roman lagi. Dia sampai bilang mau minta maaf pada Mama seperti tokoh dalam novel.”Cakra sudah mengebiri dirinya sendiri. Tidak peduli secantik dan semuda apa perempuan di luar sana, Cakra juga tidak bisa menyentuh mereka lagi. Patricia telah menghancurkan satu-satunya kebanggaan Cakra.Namun, Cakra tidak mau bercerai. Sekalipun dia sangat membenci istrinya, dia juga tidak mau bercerai. Karena dia tahu, setelah cerai, dia tidak akan mendapatkan apa pun. Kemungkinan besar, dia harus pergi dengan tangan kosong.Di Kota Cianter, Cakra tidak akan pernah bisa mengalahkan Patricia. Kecuali dia bisa hidup lebih lama dari Patricia. Dengan begitu, setelah Patricia meninggal,
Ivan tidak memiliki perasaan apa pun terhadap istrinya lagi sekarang. Padahal dulu hubungan mereka sangat baik. Mereka punya putra dan putri. Ivan pun sangat sayang anak-anaknya. Dia paling sayang putrinya.Pada saat Ivan tahu kalau Fani bukan adik kandungnya, lalu adik kandungnya Felicia, terlihat seperti orang yang lemah dan tidak bisa apa-apa, Ivan merasa sangat senang. Dia berharap ibunya bisa mewariskan posisi sebagai kepala keluarga kepada putrinya.Meskipun sekarang putri Ivan tampak tidak memiliki kemampuan apa pun, itu karena putrinya masih kecil. Selama ibunya bersedia melatih cucunya sebagai penerus, Ivan yakin putrinya tidak terlalu buruk. Oleh karena itu, dia sangat menyayangi putrinya.Setelah mendengar pertanyaan Felicia, Ivan membuka mulutnya, ingin memberikan penjelasan. Namun, dia mendapati kalau dia sama sekali tidak bisa membantah. Dia hanya bisa diam.Felicia selesai membaca dokumen di tangannya dan merasa tidak ada masalah. Dia pun menelepon ibunya dan berkata kal
Felicia bertemu dengan Ivan yang baru keluar dari lift di pintu lift. Kedua saudara itu berhenti sejenak. Ivan keluar lebih dulu dari lift, sementara Felicia tidak terburu-buru masuk. "Felicia, kamu mau pergi?" Ivan memegang sebuah map dokumen, mungkin ada dokumen yang perlu ditandatangani Felicia. Karena ibu mereka sedang tidak berada di perusahaan, semua cap penting diserahkan kepada Felicia.Banyak dokumen penting harus ditandatangani dan dicap olehnya agar berlaku. Biasanya, urusan tanda tangan dokumen seperti itu selalu diserahkan kepada sekretaris, dan jarang Ivan datang langsung. Felicia dengan tenang menjawab, "Ya, ada sedikit urusan yang harus aku urus, Kak. Ada apa?" Dia melirik map dokumen di tangan Ivan. Namun, lelaki itu tidak langsung menyerahkan map itu, melainkan berkata, "Ada dokumen yang butuh tanda tangan dan cap darimu." "Bisa ditunda sebentar? Kamu mau pergi urus apa? Apakah penting sekali?" Nada Ivan terdengar ramah, tetapi ada sedikit nada menyelidik. Ke ma
Mereka sangat menyayangi Fani, dan itu tulus. Setelah pewaris yang sebenarnya kembali, mereka tetap tidak bisa menerimanya, selalu merasa Felicia adalah penyusup yang merebut semua yang seharusnya milik Fani. Di hati mereka, ada rasa benci terhadap Felicia. Karena sejak kecil dia hidup di lingkungan yang keras tanpa kasih sayang, Felicia tidak pernah berharap bahwa orang tua kandung atau saudara laki-lakinya akan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana dia sendiri juga tidak memiliki banyak rasa terhadap mereka. Hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak, saudara laki-laki dan perempuan, memang perlu dipupuk. Karena dia tidak tumbuh besar di sisi orang tua kandung atau saudara laki-lakinya, tidak ada hubungan emosional yang terbentuk. Meskipun sudah kembali ke sisi orang tua kandung selama dua tahun, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Fani yang tumbuh besar bersama keluarga Gatara sejak kecil. Sekarang, setelah Fani tiada, ayah dan tiga saudara laki-lakinya hanya