“Stefan menolakku untuk bekerja sama menipu perempuan itu,” ujar Olivia putus asa setelah menutup teleponnya. Junia langsung terkekeh lalu berkata, “Aku sudah tahu kalau suamimu pasti nggak akan mau melakukannya. Dia itu kayak prangko sama kamu yang akan terus menempel selama 24 jam. Jadi, mana mungkin dia mau berpura-pura berpisah sama kamu cuma untuk menipu perempuan itu? Dia juga pastinya tahu kalau idemu ini lebih banyak kerugiannya daripada keuntungannya.”“Kamu ngomong Stefan kayak prangko sama aku. Padahal Pak Reiki juga sama prangkonya kayak Stefan,” balas Olivia sambil mencibir. “Nggak begitu juga, kok. Oh iya, aku belum bilang sama Reiki soal rencana liburan akhir pekan kita ke vila. Nanti, aku akan kasih tahu dia saat makan siang,” ujar Junia yang sadar kalau memberitahu suaminya sekarang hanya akan mempengaruhi pekerjaan Reiki hari ini. Di sisi lain, Stefan sedang menelepon Petrus untuk membicarakan masalah Stella. Petrus dengan cepat menerima panggilan telepon Stefan se
“Bu Stella tidak sendirian melakukan aksinya. Ada orang lain yang turut membantunya,” ujar Stefan lagi. Kemudian Petrus berkali-kali berusaha untuk meyakinkan Stefan kalau dia akan mengurus masalah ini dengan baik. Stefan pun mengangguk dan menaruh kepercayaannya pada Petrus. Dia akan menggunakan Petrus untuk mengurus Stella dan perempuan yang membantunya, jadi Stefan maupun Olivia tidak perlu turun tangan secara langsung untuk menangani masalah ini. Petrus bergegas menghubungi Kenny setelah Stefan tidak lagi mengiriminya pesan apa pun. Paman dan keponakan itu saling mengobrol setiap hari melalui telepon. Mereka berdua mendiskusikan berbagai macam masalah dan keputusan perusahaan yang harus dikonsultasikan kepada Petrus. Bahkan, Kenny juga akan meminta instruksi dari pamannya ketika Stella membuat suatu keputusan. Sikap Kenny yang sangat hati-hati dan selalu memprioritaskan pamannya telah berhasil menarik hati Petrus. “Om Petrus,” jawab Kenny cepat setelah melihat panggilan telepon
Petrus hanya bisa terdiam setelah mendengar pertanyaan Kenny. Namun, Sikap itu secara tidak langsung menunjukkan kalau pemikiran Kenny benar adanya.Dia pun kembali berkata dengan nada terkejut, “Apa sih yang dipikirkan sama Stella? Bagaimana bisa dia jatuh cinta sama Pak Stefan? Pak Stefan kan sudah menikah cukup lama. Jadi, kenapa Stella masih saja ....”“Walaupun Stefan sangatlah luar biasa, tapi dia sudah menikah. Apa Stella mau menjadi orang ketiga yang menghancurkan mahligai pernikahan orang lain? Selain itu, apa dia pikir dirinya bisa menghancurkan pernikahan Pak Stefan semudah itu?”Sebenarnya, Kenny juga sudah bisa menebak kalau pastinya Stefan sudah menelepon pamannya dan memberitahu pamannya tentang semua kelakuan Stella. Putrinya itu sudah berusaha menghancurkan pernikahan Stefan dengan menggunakan pemeran pengganti yang memiliki perawakan tubuh mirip seperti Stefan. Namun, laki-laki itu tidak memiliki wajah yang mirip dengan Stefan. Jadi, pastinya Stefan tidak bisa melaku
“Calvin selalu saja menyuruh Rosalina membawakannya bunga. Aku mau buket mawar,” ujar Olivia sambil tersenyum. “Oke,” jawab si pegawai lalu bergegas merangkai buket mawar sesuai permintaan Olivia. Olivia menanyakan kepada si pegawai sambil menunggu buket bunganya siap. Si pegawai membalas pertanyaan Olivia dengan ramah dan penuh senyuman. “Bisnis toko ini sedang baik. Bu Rosalina juga menaikkan gaji kami. Tapi, Bu Rosalina sudah jarang berada di toko karena dia punya bisnis lainnya yang harus dia urus.”Rosalina selalu membawa Doni setiap kali mengadakan rapat perusahaan. Karena keterbatasan fisiknya yang masih belum bisa melihat sampai saat ini. Doni sudah menjadi tangan kanan sekaligus juru bicara Rosalina. Dia selalu mengerti apa pun yang dikatakan oleh Rosalina. Mereka berdua bekerja sama dengan sangat baik. Walaupun Siahaan Group sempat bergejolak ketika Rosalina masuk ke dalam perusahaan, sekarang perusahaan sudah berjalan dengan lebih baik. Bahkan, perkembangan ke jalur yang
Pegawai itu langsung memberikan rangkaian buket mawar kepada Olivia setelah dia selesai membungkusnya. Olivia mengambil buket itu lalu membayarnya dan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pegawai itu. “Terima kasih, ya. Saya harus segera pergi untuk memberikan bunga ini kepada Pak Stefan. Dia sedang marah dan harus dibujuk,” ujar Olivia sambil tersenyum.“Kalau begitu, Bu Olivia harus bergegas menghampiri Pak Stefan,” balas petugas itu sambil tersenyum. Semua laki-laki keluarga Adhitama sepertinya memang sangat senang dibujuk dan dirayu oleh pasangannya. Begitu pun yang terjadi pada Rosalina. Dia sering sekali harus menghampiri Calvin dan membujuk laki-laki itu agar tidak marah padanya. Sampai akhirnya, Rosalina sempat mengeluh pada si pegawai kalau laki-laki dewasa sering sekali bertingkah layaknya seorang gadis kecil. Olivia bergegas pergi meninggalkan Spring Blossom menuju Adhitama Group. Dia melihat sosok Rosalina ketika dia hampir tiba di perusahaan. Rosalina terlihat sed
Siapa orang yang berani menyentuh tunangan seorang Calvin Adhitama? Apa orang itu tidak takut akan kematian atas apa yang telah dilakukannya?Calvin berlari keluar perusahaan secepat yang dia bisa. Dia melihat mobil Olivia yang terparkir di pinggir jalan ketika dia tiba di luar perusahaan. Selain itu, ada 4 orang pengawal yang berada di sekeliling Olivia. Dua orang pengawal adalah pengawal Olivia yang diatur oleh Stefan, sedangkan dua lainnya adalah pengawal yang diam-diam mengikuti Rosalina. Keempat pengawal itu datang terlambat ketika Rosalina diserang oleh orang-orang tidak dikenal itu. Olivia sudah berhasil menghajar orang jahat itu ketika mereka berempat hendak bertindak untuk melindungi Rosalina. “Kak Oliv!” seru Calvin sambil berlari dengan panik.“Bagaimana keadaan Rosalina?” tanya Calvin dengan napas yang terengah-engah karena habis berlari.Dia juga langsung berjongkok dan mengambil Rosalina yang tidak sadarkan diri dari tangan Olivia. Olivia menyerahkan Rosalina dengan rau
Stefan mengambil buket bunga yang disodorkan Olivia kepadanya lalu mencubit wajah Olivia seraya berkata, “Ternyata kamu sadar kalau aku marah padamu.”“Aku pasti tahu, dong,” balas Olivia sambil tersenyum malu-malu. Kemudian dia menoleh ke arah para pengawal lalu berkata, “Sekarang sudah aman. Kalian bisa kembali ke tempat kalian masing-masing.”Keempat pengawal itu langsung memandang ke arah Stefan dengan tatapan khawatir bosnya itu akan menghukum mereka. Sampai akhirnya, Olivia berkata, “Insiden itu terjadi sangat tiba-tiba. Rosalina juga tampak tersenyum seakan dia mengenal orang itu. Tidak ada yang bisa menebak perubahan plot peristiwa yang sangat tiba-tiba ini.” “Jadi, saya juga tidak bisa menyalahkan kalian dan mengatakan masalah ini terjadi karena kelalaian kalian. Sayang, kamu jangan salahkan mereka, ya,” ujar Olivia berusaha untuk membujuk suaminya. “Bu Olivia sudah menyuruh kalian untuk kembali ke tempat kalian masing-masing. Jadi, cepat kembali,” ujar Stefan dengan suaran
Calvin pasti akan menghabisi orang yang sudah berani menyentuh Rosalina dari bagian leher. Dia akan membuat orang itu merasakan betapa sakitnya ketika dipukul di bagian belakang leher seperti Rosalina. Rosalina mengulurkan tangannya berusaha untuk meraih Calvin. Calvin bergegas meraih tangan Rosalina lalu menariknya mendekat. Rosalina akhirnya mencium aroma familier dari tubuh Calvin yang membuat sarafnya terasa lebih rileks. Lalu Rosalina melepaskan tangannya dari genggaman Calvin. “Rosalina, kamu kenapa?” tanya Calvin bingung. “Kita kembali ke mobil dulu. Apa kita hampir sampai? Kita bicarakan masalah ini di rumah saja,” jawab Rosalina.“Kita hampir sampai, kok. Oke, kita bicarakan masalah ini di rumah saja. Lalu apa lehermu masih terasa sakit?” tanya Calvin lagi dengan wajah khawatir. “Masih terasa nyeri,” jawab Rosalina. “Nanti aku akan kasih minyak untuk meredakan rasa sakitnya sesampai kita di rumah,” balas Calvin penuh perhatian.Rosalina bergegas masuk kembali ke dalam mo
Sarah pun tidak marah. Dia justru berkata, “Sekarang transportasi sudah mudah. Ada pesawat terbang, kereta cepat, mau ke mana-mana gampang. Pagi di Kota Mambera, siang sudah di luar negeri. Takut apa jauh? Yang penting orangnya baik, cocok untuk anak-anak. Kalian harusnya senang, malah bilang orang yang aku pilihkan kejauhan. Kalau suruh kalian yang urus, rambut kalian pasti akan semakin cepat beruban. Mana bisa santai seperti sekarang.”Sarah menyentuh rambut putihnya dan berkata lagi, “Rambutku putih semua karena mengkhawatirkan pernikahan mereka.”Dewi melihat rambut putih ibu mertuanya dan bercanda, “Mama bisa saja cat rambut Mama jadi hitam. Mama rawat diri dengan baik, kelihatan seperti baru usia awal enam puluhan. Kalau rambut Mama dicat hitam, pasti kelihatan lebih muda.”“Nggak mau. Harus berani hadapi kenyataan kalau aku sudah tua.”Orang yang datang adalah Rosalina. Baru saja masuk ke ruangan, dia mendengar percakapan santai antara ibu mertua dan menantunya.“Nenek, Tante.”
Setelah Olivia dan yang lainnya pergi, Dewi baru menelepon Yuna. Yuna pun segera mengangkat telepon.“Oliv sudah berangkat?” tanya Yuna.“Baru saja berangkat. Aku lihat dia dan Russel naik ke helikopter, sampai helikopternya terbang jauh, aku baru berani telepon kamu. Dia nggak akan bisa dengar percakapan kita, kecuali dia punya pendengaran super.”“Oke, terima kasih sudah kasih kabar.”“Sama saudara sendiri nggak perlu sungkan-sungkan. Toh, tujuan kita sama,” kata Dewi.“Kamu juga sungkan sama aku. Setelah semuanya selesai, ayo kita makan bareng. Aku yang traktir.”Keduanya adalah perempuan paling terhormat di Kota Mambera, tapi mereka tidak pernah makan bersama di luar. Karena Olivia menjadi menantu keluarga Adhitama, keduanya baru menjadi sadara. Namun, keduanya belum pernah membuat janji makan bersama.Mereka juga tidak sedekat Dewi dengan ibunya Bram dan ibunya Daniel. Namun, keluarga Ardaba dan keluarga Lumanto memang sangat dekat dengan keluarga Adhitama. Wajar saja Dewi dekat d
“Aku dan Tante akan pulang sebelum Tahun Baru. Om Stefan bilang habis dari luar kota, dia akan pergi ke sana jemput aku dan Tante.”Dewi tersenyum. “Kalau begitu kita nggak akan bisa bertemu selama belasan hari.”Dewi menarik Russel ke dekatnya lagi dan memeluknya sebentar. Kemudian, dia mencium pipi Russel dan berkata, “Selamat bersenang-senang di sana. Nanti ceritkan pada Nenek kamu dan Liam main apa saja, pergi ke mana, makan apa, terus bawa oleh-oleh dari sana buat kami.”Seandainya bukan karena khawatir Olivia akan mengetahui bahwa semua orang menyembunyikan situasi di Kota Cianter darinya, Dewi pasti tidak akan membiarkan Russel pergi ke Vila Ferda secepat ini.Di hari biasa, Russel harus masuk sekolah. Akhir pekan belum tentu anak itu datang. Hanya sesekali, itu pun untuk satu atau dua hari saja. Semua orang merindukan anak itu. Sekarang Russel sedang libur panjang, tapi dia malah merengek ingin pergi bertemu teman sepermainannya.“Oliv, karena kalian pergi main, bersenang-senan
“Kami nggak pilih kasih. Russel satu-satunya cucu keluarga Pamungkas. Kami juga sangat sayang Russel. Dulu, dulu ... karena kami yang asuh Aiden, jadi lebih dekat dengan Aiden. Otomatis juga jadi pilih kasih, lebih sayang Aiden. Sekarang nggak akan seperti itu lagi,” janji Rita.Rita tahu kalau Roni kesal terhadap mereka. Dia juga menyadari kalau ini salah mereka, karena mereka selalu lebih mengutamakan Shella.Terutama karena terakhir kali, ketika Shella mengajak mertuanya makan di restoran. Shella ingin menipu Olivia dan membuatnya bayar tagihan, tapi tentu saja dia gagal. Tidak disangka, Shella malah menelepon Rita dan minta Rita yang bayar. Rita tidak tahu Shella sedang menipunya, dia pun mentransfer uang ke rekening Shella.Russel yang mengungkapkan hal itu. Saat Roni tahu, dia marah besar kepada mereka, bilang kalau mereka lebih sayang Shella. Kalau begitu, mereka pindah saja ke rumah Shella. Roni tidak akan memberikan biaya hidup kepada mereka lagi.Sekarang Roni menjadi sopir t
Seumur hidupnya, Roni hanya memiliki satu anak, yaitu Russel. Baginya, yang penting Russel masih mau mengakuinya sebagai ayah. Meskipun tidak dekat, setidaknya anaknya tidak menjauh. Itu sudah termasuk penghiburan bagi Roni.Setelah mengakhiri panggilan telepon, Russel mengembalikan ponsel ke Olivia dan berkata, “Papa mau jemput aku dan suruh aku menginap di rumahnya selama beberapa hari. Aku bilang nggak mau. Besok kita mau pergi cari Liam. Aku nggak mau ke sana dan main sama Kak Aiden. Kak Aiden selalu ganggu aku. Tapi sekarang aku sudah nggak takut dengan Kak Aiden lagi. Aku sudah belajar ilmu bela diri.”Meskipun Russel tidak memiliki banyak bakat dalam seni bela diri, setelah menjalani latihan dalam waktu lama, tubuhnya menjadi lebih kuat dan bertenaga. Pelatih bilang kalau dia terus berlatih, Russel akan memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri. Russel tidak serakah. Dia hanya ingin memiliki kemampuan seperti Olivia.“Iya, kalau kamu nggak mau pulang ke sana ya nggak u
“Angkat saja.”Pada akhirnya Russel mengangkat telepon dari ayahnya. Olivia menyerahkan ponselnya kepada Russel dan menyuruhnya mengangkat telepon. Selama bisa tidak bicara dengan Roni, Olivia tidak akan bicara dengan pria itu.“Papa,” panggil Russel.Roni menjawab dan bertanya sambil tertawa pelan, “Russel belum tidur?”“Ini sudah mau tidur. Tiba-tiba Papa telepon. Papa sudah pulang kerja? Ribut sekali di sana.”“Papa belum pulang kerja. Tapi kalau Papa mau pulang kerja juga nggak apa-apa. Tantemu ada di sana, nggak?” tanya Roni.“Ada. Papa cari Tante?”“Russel, kamu mau ke sini selama beberapa hari, nggak? Kamu lagi libur, kan. Bagaimana kalau kamu ke sini? Kakek dan nenekmu kangen sama kamu.”Roni menelepon untuk berdiskusi dengan Olivia. Dia ingin menjemput Russel ke rumahnya dan tinggal di sana selama beberapa hari. Toh, anak sekolah sedang libur. Apalagi orang tuanya juga rindu dengan cucu mereka.Shella mengantar Aiden ke sana. Kalau hanya ada Aiden, rasanya terlalu bosan. Jadi
Ingatan anak sebelum usia tiga tahun biasanya akan hilang seiring bertambahnya usia. Namun, kejadian itu meninggalkan luka yang terlalu dalam bagi Russel, sehingga dia tidak dapat melupakannya.Setelah kejadian itu, Russel mengalami mimpi buruk untuk waktu yang lama. Dia juga selalu ingat adegan di mana ibunya terluka dan berlumuran darah ketika menyelamatkannya.“Aku hanya percaya Mama, Tante, Om Stefan, Om Daniel dan yang lainnya.” Russel berkata dengan serius, “Aku nggak berani percaya papaku dan yang lainnya.”Russel mengerti segalanya. Olivia mengelus wajah mungil keponakannya dan menatapnya dengan lembut.“Kamu segalanya bagi mamamu. Apa pun yang terjadi, Tante nggak akan biarkan kalian terpisah. Russel, mamamu sudah melewati banyak masa-masa sulit. Setelah dewasa, kamu harus berbakti pada mamamu.”“Pasti, Tante. Kalau aku sudah besar, aku akan cari banyak uang untuk beli rumah besar dan mobil baru untuk Mama. Biar Mama nggak perlu capek-capek kerja lagi. Aku juga akan belikan ru
Pukul sembilan malam, Kota Mambera.Setelah melakukan panggilan video dengan kakaknya, Olivia berkata kepada Russel, “Kamu sudah selesai kemas barangmu, belum? Jangan lupa bawa hadiah untuk Liam.”“Sudah. Aku hanya bawa beberapa mainan dan hadiah untuk Liam,” jawab Russel. “Biar aku yang ketinggalan, hadiah untuk Liam juga nggak akan ketinggalan.”Olivia tertawa pelan. “Kalau kamu ketinggalan, siapa yang kasihkan hadiah untuk Liam?”Russel tersipu malu. Olivia menggendongnya, lalu mendudukkannya di tempat tidur. “Om Stefan lagi ke luar kota. Malam ini kamu tidur sama Tante. Besok pagi habis sarapan, kita langsung pergi ke rumah Om Yose. Suruh kamu pergi bareng kakek-kakek itu, kamu nggak mau. Padahal mereka suka banget sama kamu. Mereka akan jaga kamu dengan baik.”Russel baring di tempat tidur, tapi dia menyandarkan kepalanya di paha Olivia dan berkata, “Mereka sangat suka sama aku. Tapi aku nggak terlalu kenal mereka. Tante dan Mama sering bilang jangan mau pergi dengan orang lain se
Kepala pelayan hanya bisa menghela napas dalam hati. Bahkan Cakra saja tidak memiliki kebebasan seperti ini, padahal dia adalah suami dari Patricia. Namun, perempuan itu lebih memercayai Dikta. Dia adalah asisten setia yang telah menemani Patricia sepanjang hidupnya. Sementara itu, sejak skandal perselingkuhannya, Cakra sudah tidak memiliki posisi apa pun di hati Patricia. Jika bukan karena mereka memiliki anak, demi mempertimbangkan masa depan anak dan cucunya, mungkin mereka sudah lama bercerai. Setelah naik ke lantai atas, Dikta langsung menuju ruang kerja. Dia mengetuk pintu beberapa kali. Setelah mendapatkan izin dari Patricia, barulah lelaki itu masuk. Di dalam, Patricia sedang berlatih kaligrafi. Dikta berjalan mendekat dan mengamati tulisan yang dibuatnya. "Bagaimana menurutmu?" Patricia bertanya. "Tulisan tanganku ini." "Hati Bu Patricia sedang gelisah. Tulisan tangan pun ikut gelisah. Lebih baik berhenti saja, jangan buang-buang tinta dan kertas." Dikta adalah satu-sa