Russel lahir dari rahim Odelina, tapi terasa seperti milik bersama. Semua orang menyayangi Russel dan memperlakukannya seolah-olah dia adalah anak kandung sendiri. Meskipun Odelina dan Roni telah bercerai, Russel tetap dikelilingi oleh banyak orang yang mencintainya. Dengan tumbuh dalam lingkungan penuh kasih, Russel pasti akan berkembang menjadi anak yang sehat.“Bisa dijemput jam 4 sore. Jam setengah tiga sudah bisa berangkat ke sekolah. Kalau Pak Daniel ada waktu, sore nanti bisa sama-sama jemput Russel ke sekolah. Russel pasti senang banget kalau lihat Pak Daniel.”Daniel berkata, "Aku biasanya fisioterapi di pagi hari. Sore sampai malam aku bebas. Duduk di rumah saja membosankan. Sedikit jalan-jalan bisa membuat hatiku terasa lebih baik." Meskipun sering menerima pandangan simpati dari orang-orang di luar, Daniel telah belajar untuk menerima hal tersebut dengan hati yang lebih terbuka. Saat bertemu dengan kenalan, Daniel kini dapat menyapa mereka seperti biasa, tidak lagi takut
"Kamu ini ada di pihak siapa, sih? Keluarga Pamungkas sial, keluarga Renaldi juga rugi. Kalau Roni dan Odelina rujuk, kamu juga yang akan ikut dapat keuntungan," kata Shella pada Chris."Belum lagi soal mendapatkan pekerjaan dari suami Olivia, bahkan Odelina pun bisa kasih pekerjaan untuk kita. Dia ‘kan baru buka restoran baru, pasti lagi butuh orang buat bantu-bantu, ‘kan?"Kalau mereka rujuk, sebagai kakak ipar, aku bisa bantu Odelina mengelola restoran barunya. Bukannya begitu akan lebih baik daripada mempekerjakan orang luar?" Chris juga ingin mendapat keuntungan, tapi dia tahu itu hanya mimpi. Chris meringis dan berkata, "Itu sih mimpi siang bolong." Setelah mengatakan itu, Chris segera pergi meninggalkan Shella untuk menghindari omelan lagi. Shella mengejar Chris dan memukulnyanya beberapa kali.Chris dan Shella terus mengikuti Odelina. Mereka melihat Odelina dan Daniel naik mobil. Daniel naik mobil Odelina, sedangkan mobilnya sendiri dibawa oleh pengawal. Pengawal Daniel meng
Semua spanduk-spanduk besar itu tergantung di depan hotel Blanche. Tanpa persetujuan Ricky, Rika tidak akan bisa menurunkannya. Rika sungguh kesal. Ricky tak menunjukkan diri sepanjang siang. Rika kira akhirnya dia bisa tenang. Siapa sangka Ricky malah membuat kehebohan seperti ini. Berita viral di Cianter hari ini sudah pasti tentang Rika. Sebenarnya Rika sangat tidak bersedia menjadi pusat perhatian di media-media publik seperti itu. Apa daya, statusnya dan Ricky memang sudah sangat mencolok dari awal. Netizen pun juga sudah terlanjur “mengikuti” kisah mereka. “Pak Ricky sudah dapatin Pak Riko belum, sih?”“Kalau mereka sampai jadi, mungkin nggak ya mereka mendobrak pandangan tradisional dengan mengadakan pesta pernikahan besar-besaran?”“Mereka berdua sudah sama-sama ganteng, kaya pula. Sayang banget. Berapa banyak perempuan yang nangis gara-gara mereka.”Rika masuk ke dalam hotel. Para pengawal mengikuti Rika sembari mencegah orang-orang yang ingin mendekatinya. Meski demikian,
“Rika, terharu nggak? Tulisan-tulisan di spanduk ini semuanya adalah kata hatiku yang sejujurnya. Aku tulus sama kamu.” Ricky memandang Rika dengan tatapan penuh kasih sayang. Rika berbalik badan. Dia ingin segera pergi. Baru saja beberapa langkah, Rika berhenti dan berbalik badan lagi, “Turunkan spanduk-spanduk itu!”“Kenapa diturunkan? Itu ungkapan perasaanku sama kamu. Kalau kamu nggak mau dengar, ya sudah, tetap digantung saja di situ. Kalau kamu melihatnya setiap hari, mungkin saja suatu saat nanti kamu akan percaya.”Rika memelototi Ricky lama sekali sebelum akhirnya kembali berbalik badan dan pergi. Rika sungguh tak bisa melakukan apa pun pada lelaki yang satu itu. Tak tahu malu! Entah bagaimana keluarga Adhitama mendidik putra mereka sehingga sangat tebal muka seperti itu. “Riko!” Ricky menyusul Rika, meraih tangannya. Para pengawal keluarga Arahan ingin menghentikan Ricky, tetapi mereka tak berani. Mereka tahu kemampuan bela diri Ricky sangat hebat. Jika para pengawal itu m
Ricky menoleh dan tersenyum penuh ejekan kepada Rika, "Rika, kamu lucu kalau marah-marah." Sejak Ricky secara terbuka menyatakan keinginannya untuk mengejar Rika, reaksi Rika selalu membuat Ricky merasa tertarik. Jika Rika tidak memberikan reaksi apa pun, mungkin Ricky pasti sudah menyerah. Ricky tidak tertarik pada orang yang tidak bereaksi. Untungnya, Rika bukan tipe orang seperti itu."Ricky!" Tiba-tiba terdengar teriakan keras dari belakang mereka.Ricky dan Rika berhenti dan menoleh ke arah sumber suara. Mereka melihat seorang perempuan dengan penuh kemarahan berjalan mendekat. Perempuan itu adalah Fani.Fani mendengar kabar tentang spanduk yang digantung Ricky di Blanche dan aksi terbuka Ricky dalam menunjukkan cintanya kepada Riko. Dia langsung bergegas ke tempat kejadian.Saat melihat Ricky dengan tidak sopan menarik Riko masuk ke dalam hotel, Fani merasa sangat marah. Meskipun dia tidak lagi menjadi pewaris keluarga Gatara, perasaan tersembunyinya terhadap Riko kini tidak pe
Gosip itu pun tersebar ke seluruh Cianter. Banyak perempuan yang menyukai “Riko” iri pada Ricky dan berencana untuk bergabung melawan Ricky. Namun, keluarga dari orang-orang itu selalu memperingatkan bahwa mereka tidak bisa menyinggung Ricky. Ricky seperti macan tidur. Dia bisa saja melahap siapa saja yang datang mengganggunya tanpa sedikit pun meninggalkan bekas. Bahkan jika pun orang-orang itu bersatu untuk melawan Ricky, itu tidak akan jadi masalah yang berarti bagi Ricky. Di dalam ruangan mewah itu hanya ada Ricky dan Rika yang duduk di depan meja bundar besar yang dapat menampung lebih dari selusin orang. Di atas meja tidak terdapat hidangan mewah, hanya ada enam lauk dan satu sup, serta dua botol minuman bermerk. Para pengawal dari keluarga Arahan makan di ruangan sebelah, tentu saja Ricky yang mentraktir. Merekalah pengawal calon tunangannya, tentu saja Ricky tidak akan memperlakukan mereka semena-mena. "Rika, coba deh makanan ini. Semuanya aku masak sendiri buat kamu," k
"Kamu tadi kamu ngomong gitu sama Fani hanya akan membuat konflik antara dia dan Felicia semakin memburuk," kata Rika tiba-tiba. "Keluarga Gatara sekarang mungkin terlihat damai, tapi sebenarnya sudah lama mereka nggak tenang. Kamu malah nyiram bensin ke api dia dan Felicia."Ricky memang tak tahu malu dalam mengejar cintanya, tapi dia adalah orang yang berpendidikan. Seharusnya Ricky tidak mudah marah pada seseorang. Malam itu di pesta, ketika Ricky berdebat dengan para pesaingnya, dia sama sekali tidak berkata kasar. Ricky malah membuat para pesaingnya merasa bahwa pria itu sangat hebat. Mereka tidak bisa marah. Entah mengapa di depan Fani, Ricky seolah-olah menjadi orang yang berbeda.Ricky hanya tertawa, "Bahkan kalau aku nggak 'menyulut api' di antara mereka pun, mereka juga nggak akan tenang. Malam itu di pesta, aku sudah lihat Felicia diisolasi oleh keluarganya sendiri di keluarga Gatara. Mereka semua berpihak pada Fani.""Pemimpin keluarga Gatara kayaknya nggak terlalu sayang
“Riko, aku suka kamu yang kayak gini. Bersaing dengan adil,” puji Ricky. Rika menjawab datar, “Yang namanya kekalahan pasti ada alasannya. Kalau menemukan alasan kekalahan dan memperbaikinya, maka kita bisa menang di kemudian hari. Tapi, saya sih nggak terlalu peduli tentang menang atau kalah. Juga nggak ingin persaingan bisnis membuat kita menjadi musuh."Di dunia bisnis, tidak ada musuh atau teman yang sejati. Rika sangat menyadari hal itu."Apa kamu sudah memastikan Yuna dari Mambera itu adalah putri dari keluarga Gatara?" tanya Rika pada Ricky."Belum dikonfirmasi, tapi kemungkinan besar iya. Melihat dari ciri khas putri tertua keluarga Gatara yang sangat luar biasa, Yuna juga memenuhi kriteria itu. Yuna sekarang sudah pensiun. Tapi sebelum pensiun, dia juga merupakan sosok yang sangat berpengaruh di dunia bisnis Mambera.""Nenekku saja sangat mengagumi dia. Nenekku bilang saat Yuna masih muda, nenekku sudah melihat potensinya dan ingin menjadikannya menantu, tapi apa boleh buat,
Kalau bukan karena campur tangan Odelina, Fani tidak akan mati. Sekalipun kematian Fani disebabkan oleh banyak faktor, Ivan juga tidak bisa dan tidak berani melakukan apa pun pada ibu serta adiknya. Oleh karena itu, dia hanya bisa melampiaskannya kepada Odelina.Di belakang Odelina ada tiga keluarga besar. Namun, keluarga Adhitama, keluarga Lumanto dan keluarga Sanjaya berada di Kota Mambera. Di sini Kota Cianter. Selama Ivan tidak melakukannya secara terang-terangan, maka tidak akan ada masalah.Felicia tidak tahu apa yang dipikirkan kakaknya. Dia berjalan keluar dari gedung kantor. Baru saja masuk ke mobil, Felicia menerima hasil penyelidikan yang dikirim oleh Vandi. Setelah melihat hasil penyelidikan, Felicia bersikap seperti biasa saja. Dia mengemudikan mobilnya keluar dan meninggalkan perusahaan.Beberapa menit kemudian, Vandi menelepon. Felicia menepikan mobilnya dan mengangkat telepon dari Vandi.“Bu Felicia, Pak Ivan adalah dalang dibalik kejadian dua mobil yang menabrak Bu Ode
Felicia menatap Ivan sejenak, lalu berkata, “Baguslah kalau nggak ada. Sekarang aku sangat sibuk. Mama nggak ada di sini juga. Kalau Kak Ivan buat masalah, aku nggak ada waktu untuk bantu Kak Ivan.”“Tenang saja, nggak akan. Aku kerja setiap hari. Kalau nggak kerja juga pergi ke rumah mama mertuaku. Urusan dengan kakak iparmu saja nggak kelar-kelar, mana ada waktu untuk pergi buat masalah. Lagi pula, aku sudah tua. Kalau aku benar-benar buat masalah, aku akan bereskan sendiri. Aku mana berani minta kamu bantu aku.”“Baguslah kalau begitu. Kak Ivan kembali saja. Aku juga mau keluar,” kata Felicia.Usai berkata, Felicia berdiri dan berjalan keluar dari meja kerjanya. Keduanya keluar dari ruangan bersama-sama. Ivan ingin cari tahu apa yang Felicia lakukan di luar, tapi Felicia menutup rapat mulutnya. Alhasil, Ivan tidak mendapatkan informasi apa pun.Setelah masuk ke dalam lift, Felicia berdiri tegak di depan. Sedangkan Ivan di belakangnya. Dia yang mengenakan setelan formal benar-benar m
“Memangnya kenapa kalau dia punya banyak pendukung? Toh mereka semua ada di Kota Mambera. Mereka hanya punya bisnis kecil di Kota Cianter. Kamu kira mereka bisa ikut campur urusan keluarga kita?”“Memangnya kenapa kalau dia keturunan Tante? Tante sudah meninggal puluhan tahun yang lalu. Kepala keluarga yang sekarang adalah mama kita. Kalau kamu nggak mampu, wajar saja posisi kepala keluarga dikembalikan ke mereka. Tapi kamu mampu. Mana mungkin posisi ini dikembalikan ke mereka?”“Apakah Odelina punya kemampuan itu? Memangnya kenapa kalau dia buka perusahaan di Kota Cianter? Keluarga Gatara nggak ada yang kenal dia. Saat kamu baru pulang pun, banyak orang yang nggak anggap kamu bagian dari keluarga. Apalagi Odelina. Banyak orang yang nggak senang dengan Mama. Tapi mereka bisa apa?” ujar Ivan panjang lebar.Usai berkata, Ivan bergumam pelan, “Mungkin saja Odelina juga orang yang berumur pendek, seperti neneknya, meninggal di usia paruh baya.”Ivan sudah menyuruh orang untuk menabrak Odel
Felicia menatap dan berkata, “Keponakanku usianya hanya sepuluh tahun lebih muda dariku, nggak cocok jadi anakku. Kalau memang mau adopsi, keponakan yang paling kecil baru berusia beberapa tahun, dia lebih cocok.”Keponakan Felicia yang paling kecil adalah anak dari Erwin, kakak ketiga Felicia. Anak itu baru berusia enam tahun. Tentu saja, Felicia hanya asal bicara saja. Dia tidak akan benar-benar mengadopsi keponakannya untuk menjadi anaknya. Felicia ingin punya anak sendiri.Jika tidak ada pria lain, dengan Vandi pun tidak masalah. Nanti Felicia tinggal melakukan program bayi tabung dengan menggunakan benih dari Vandi. Dengan kecerdasan dan kemampuan Vandi, anak mereka pasti akan jadi anak yang pintar juga.Sebenarnya bakat beberapa keponakan Felicia boleh dibilang rata-rata, sulit untuk dilatih menjadi penerus keluarga. Kalau bisa, Patricia juga tidak akan terburu-buru untuk melatih Felicia. Begitu tahu Fani bukan anak kandungnya, perhatian Patricia sudah tertuju pada cucu-cucunya.
Patricia tidak ingin melanjutkan pembicaraannya dengan Ivan. Dia pun berkata, “Kalau nggak ada urusan lain, aku tutup dulu teleponnya.”“Ma, aku akan bantu Felicia. Nggak ada apa-apa, Ma. Mama lanjut kerja saja.”Patricia menutup telepon. Ivan spontan menghela napas lega setelah ibunya menutup telepon. Kemudian, dia mengangkat tangannya untuk menyeka keringat dingin di dahinya. Setelah bertindak impulsif dengan menuding ibunya, Ivan langsung berkeringat dingin. Di cuaca yang begitu dingin, dia masih bisa berkeringat. Itu membuktikan kalau dia sangat ketakutan.Felicia mengambil tisu dan memberikannya kepada Ivan. Ivan meletakkan ponsel dan mengambil tisu dari adiknya, lalu menyeka keringat di wajahnya sambil berkata, “Aku ketakutan setengah mati tadi. Aku bahkan nggak tahu kenapa aku berani ngomong seperti itu.”“Salah makan obat kali, makanya jadi berani.”Ivan memelototi Felicia dan menyalahkannya. “Gara-gara kamu. Kamu telepon sama Mama, kenapa pula kasih ponselmu ke aku. Sekarang a
“Ma.” Ivan terkekeh dan berkata, “Papa nggak mungkin marah Mama. Dia memang sudah berbuat salah, tapi Mama selalu ada di hatinya. Papa tinggal sama aku. Setiap hari dia selalu ngomong soal Mama. Dia bilang kalau Mama lagi kesal, siapa yang temani Mama cari angin segar? Setiap hari Papa baca novel dari ponselnya. Baca novel roman lagi. Dia sampai bilang mau minta maaf pada Mama seperti tokoh dalam novel.”Cakra sudah mengebiri dirinya sendiri. Tidak peduli secantik dan semuda apa perempuan di luar sana, Cakra juga tidak bisa menyentuh mereka lagi. Patricia telah menghancurkan satu-satunya kebanggaan Cakra.Namun, Cakra tidak mau bercerai. Sekalipun dia sangat membenci istrinya, dia juga tidak mau bercerai. Karena dia tahu, setelah cerai, dia tidak akan mendapatkan apa pun. Kemungkinan besar, dia harus pergi dengan tangan kosong.Di Kota Cianter, Cakra tidak akan pernah bisa mengalahkan Patricia. Kecuali dia bisa hidup lebih lama dari Patricia. Dengan begitu, setelah Patricia meninggal,
Ivan tidak memiliki perasaan apa pun terhadap istrinya lagi sekarang. Padahal dulu hubungan mereka sangat baik. Mereka punya putra dan putri. Ivan pun sangat sayang anak-anaknya. Dia paling sayang putrinya.Pada saat Ivan tahu kalau Fani bukan adik kandungnya, lalu adik kandungnya Felicia, terlihat seperti orang yang lemah dan tidak bisa apa-apa, Ivan merasa sangat senang. Dia berharap ibunya bisa mewariskan posisi sebagai kepala keluarga kepada putrinya.Meskipun sekarang putri Ivan tampak tidak memiliki kemampuan apa pun, itu karena putrinya masih kecil. Selama ibunya bersedia melatih cucunya sebagai penerus, Ivan yakin putrinya tidak terlalu buruk. Oleh karena itu, dia sangat menyayangi putrinya.Setelah mendengar pertanyaan Felicia, Ivan membuka mulutnya, ingin memberikan penjelasan. Namun, dia mendapati kalau dia sama sekali tidak bisa membantah. Dia hanya bisa diam.Felicia selesai membaca dokumen di tangannya dan merasa tidak ada masalah. Dia pun menelepon ibunya dan berkata kal
Felicia bertemu dengan Ivan yang baru keluar dari lift di pintu lift. Kedua saudara itu berhenti sejenak. Ivan keluar lebih dulu dari lift, sementara Felicia tidak terburu-buru masuk. "Felicia, kamu mau pergi?" Ivan memegang sebuah map dokumen, mungkin ada dokumen yang perlu ditandatangani Felicia. Karena ibu mereka sedang tidak berada di perusahaan, semua cap penting diserahkan kepada Felicia.Banyak dokumen penting harus ditandatangani dan dicap olehnya agar berlaku. Biasanya, urusan tanda tangan dokumen seperti itu selalu diserahkan kepada sekretaris, dan jarang Ivan datang langsung. Felicia dengan tenang menjawab, "Ya, ada sedikit urusan yang harus aku urus, Kak. Ada apa?" Dia melirik map dokumen di tangan Ivan. Namun, lelaki itu tidak langsung menyerahkan map itu, melainkan berkata, "Ada dokumen yang butuh tanda tangan dan cap darimu." "Bisa ditunda sebentar? Kamu mau pergi urus apa? Apakah penting sekali?" Nada Ivan terdengar ramah, tetapi ada sedikit nada menyelidik. Ke ma
Mereka sangat menyayangi Fani, dan itu tulus. Setelah pewaris yang sebenarnya kembali, mereka tetap tidak bisa menerimanya, selalu merasa Felicia adalah penyusup yang merebut semua yang seharusnya milik Fani. Di hati mereka, ada rasa benci terhadap Felicia. Karena sejak kecil dia hidup di lingkungan yang keras tanpa kasih sayang, Felicia tidak pernah berharap bahwa orang tua kandung atau saudara laki-lakinya akan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana dia sendiri juga tidak memiliki banyak rasa terhadap mereka. Hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak, saudara laki-laki dan perempuan, memang perlu dipupuk. Karena dia tidak tumbuh besar di sisi orang tua kandung atau saudara laki-lakinya, tidak ada hubungan emosional yang terbentuk. Meskipun sudah kembali ke sisi orang tua kandung selama dua tahun, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Fani yang tumbuh besar bersama keluarga Gatara sejak kecil. Sekarang, setelah Fani tiada, ayah dan tiga saudara laki-lakinya hanya