“Riko, aku suka kamu yang kayak gini. Bersaing dengan adil,” puji Ricky. Rika menjawab datar, “Yang namanya kekalahan pasti ada alasannya. Kalau menemukan alasan kekalahan dan memperbaikinya, maka kita bisa menang di kemudian hari. Tapi, saya sih nggak terlalu peduli tentang menang atau kalah. Juga nggak ingin persaingan bisnis membuat kita menjadi musuh."Di dunia bisnis, tidak ada musuh atau teman yang sejati. Rika sangat menyadari hal itu."Apa kamu sudah memastikan Yuna dari Mambera itu adalah putri dari keluarga Gatara?" tanya Rika pada Ricky."Belum dikonfirmasi, tapi kemungkinan besar iya. Melihat dari ciri khas putri tertua keluarga Gatara yang sangat luar biasa, Yuna juga memenuhi kriteria itu. Yuna sekarang sudah pensiun. Tapi sebelum pensiun, dia juga merupakan sosok yang sangat berpengaruh di dunia bisnis Mambera.""Nenekku saja sangat mengagumi dia. Nenekku bilang saat Yuna masih muda, nenekku sudah melihat potensinya dan ingin menjadikannya menantu, tapi apa boleh buat,
Ricky belum tahu kabar bahwa Roni sudah melewati masa kritis. Dia juga tak peduli dengan nasib Roni. Yang Ricky tahu hanyalah bahwa semua anggota keluarga Pamungkas sangat menyesal. “Ibu dan kakak Roni masih sering berharap Roni dan Odelina bisa rujuk lagi. Kak Odelina nggak bodoh. Mana mau dia masuk ke lubang yang sama. Mereka menyesal karena melihat kehidupan Kak Odelina semakin lama semakin baik saja. “Setelah selingkuhan Roni itu resmi menjadi istrinya, mereka tidak punya anak. Tadinya dia hamil, tapi keguguran karena terpeleset jatuh. Menurutku itu sih karma.”Ricky menyaksikan sendiri bagaimana Roni dan keluarganya mendapatkan balasan kontan setelah mereka menyia-nyiakan Odelina. Rika menghela napas panjang setelah mendengar cerita Ricky, berkata, “Baguslah kalau mereka sudah bercerai. Saya tadinya khawatir Odelina akan bertahan demi anaknya. Banyak pasangan suami istri yang meski suaminya ketahuan selingkuh, istrinya tetap bertahan demi anak. Saya nggak suka melihat hasil yan
Ricky langsung berbinar kegirangan dan berkata, "Rika, kamu memang punya selera yang bagus. Para pria di keluarga Adhitama memang luar biasa, jauh berbeda dengan pria-pria tak bertanggung jawab itu. Kamu mengagumi kami itu sah-sah saja, tapi aku tetap berharap kamu lebih mengagumi aku."Rika menatap Ricky, lalu tiba-tiba bertanya, "Ricky, apa aku calon istri yang dipilih oleh nenekmu itu?" Pertanyaan ini sudah lama ada di pikiran Rika. Dia merasa hanya itu penjelasan yang masuk akal mengapa semua orang di keluarga Adhitama bereaksi serupa. Selain itu, Ricky sepertinya terlalu mudah mengetahui bahwa dia seorang wanita. Itu juga sangat mencurigakan. Jika dikatakan bahwa Ricky memiliki intuisi yang tajam dan bisa langsung menyadari Rika adalah wanita hanya dengan sekali lihat, itu tidak bisa dipercaya. Mereka tidak terlalu lama mengenal satu sama lain, dan Ricky, secerdas apa pun dia, tidak mungkin memiliki kemampuan supernatural. Rika sudah menyamar sebagai pria selama lebih dari dua
Rika berdiri lalu menghapus senyumnya. Wajahnya kembali serius. Dia berkata pada Ricky dengan suara rendah, “Ricky, kalau kamu sampai membocorkan rahasiaku, habis kamu!”Ricky sama sekali tidak mengindahkan ancaman Rika. Dia menjawab, “Mana mungkin aku membocorkan rahasiamu sama orang-orang. Kalau sampai orang-orang di luar sana tahu kamu perempuan, lalu mereka ada yang suka sama kamu, aku yang rugi. Dapat saingan!“Sekarang saja sainganku banyak banget. Nggak mau lagi aku punya saingan baru. Kayaknya aku adalah laki-laki paling menyedihkan, deh. Sainganku perempuan semua!”Rika menjawab, “Salahmu sendiri!” Kemudian Rika menarik kursinya dan bersipa hendak pergi. Toh, bukan Rika yang menyuruh Ricky untuk mendekatinya. Ricky tidak mengejar Rika. Dia justru berbicara dengan sedikit berteriak, “Nanti malam jangan lupa pulang makan ikan bakar, ya. Panggil juga calon adik iparku.”“Siapa calon adik iparmu? Ricky, tolonglah tahu malu sedikit!” Rika mendengus kesal. Para pengawalnya sudah
Sorot mata Patricia terasa dingin. Kalimat yang dia ucapkan asal-asalan saja, ternyata dipercaya oleh Fani. Bagaimana pun juga, Felicia adalah anak kandungnya. Meski Fani tidak bersalah, tetapi kesalahan ayahnya, dia yang harus membayarnya. Patricia menyimpan kembali tatapan mata itu, dengan nada yang lebih hangat mencoba menghibur Fani, "Sudah, jangan nangis lagi. Dia ‘kan dari keluarga Adhitama, ya wajar kalau dia nggak ngasih kamu muka.""Sudah berhenti nangisnya, nanti make-up mu luntur, loh. Mending nanti ke ruang istirahat touch-up lagi sana."Dengan napas panjang, Patricia menambahkan, "Fani, keluarga Gatara di Cianter ini memang termasuk keluarga kaya, tapi bukan juga yang paling kaya. Kita bahkan masih harus hormat kepada keluarga Arahan. Sedangkan keluarga Arahan itu sendiri masih di bawah keluarga Adhitama. Keluarga sekelas keluarga Adhitama itu jarang ada loh.""Mama ‘kan sudah bilang, kamu jangan neko-neko sama Ricky, kamu malah kayak nggak dengar. Kalau orang lain, mung
Setelah Patricia menghapus air mata Fani, ia berbicara dengan suara lembut, "Pak Riko itu muda dan berbakat, keluarga Arahan lebih kaya dan berpengaruh di Cianter dibandingkan keluarga Gatara. Mustahil Pak Riko akan menjadi menantu di keluarga kita."Kecuali kalau kamu bisa membuat dia jatuh cinta sama kamu, sampai-sampai dia bersedia menjadi menantu keluarga Gatara. Sekarang Felicia sudah kembali, dan menurut aturan keluarga Gatara, posisi itu harus diberikan kepada Felicia. Meskipun Mama nggak senang melihat dia berada di posisi itu, tapi aturan keluarga nggak bisa diubah."Tapi begini juga baik. Felicia dan Pak Riko itu mustahil jadi. Kamu justru sekarang bisa dengan terang-terangan mengejar Pak Riko. Kamu suka Pak Riko, kalau mau mengejar dia, kamu harus pakai cara yang benar. Kamu nggak boleh mengintimidasi. Sainganmu sekarang sangat kuat."Kamu harus memikirkan bagaimana cara mendapatkan perhatian Pak Riko. Ingat, selama kamu bisa membuat Pak Riko jatuh cinta sama kamu, seberapa
"Felicia, kamu cepat keluar, jangan di sini merusak mood Mama, deh. Lihat, kamu sudah membuat Mama marah seperti apa, cepat keluar sana." Fani berperan sebagai orang baik, membujuk Felicia untuk keluar. Dia bahkan mendekat, mendorong-dorong Felicia agar segera pergi. Felicia tidak lagi menjelaskan atau melawan. Dia membiarkan saja Fani mendorongnya keluar. Setelah Fani mendorong Felicia keluar dari ruangan, dia dengan keras menutup pintu ruangan dengan hati yang berbunga-bunga.Ternyata bisnis kecil dan anak perusahaan yang diserahkan Mama kepada Felicia untuk diurus, yang terlihat dikelola dengan sangat baik oleh Felicia, sebenarnya dibantu oleh orang lain.Fani merasa lega. Jika Felicia tidak bisa membuat ibunya puas, maka meskipun dia adalah putri kandung Patricia, Felicia tetap tidak akan bisa menduduki posisi kepala keluarga. Siapa tahu, Patricia malah menyerahkan posisi kepala keluarga kepada Fani, karena sejak kecil dia sudah dilatih untuk itu. Meski tidak sehebat Patricia,
Felicia juga paham tentang apa yang dipikirkan oleh orang-orang. “Kring … Kring … Kring ….”Felicia menerima telepon saat sedang berada di lift. Dia melihat terlebih dahulu nama yang muncul di layar, baru kemudian menerimanya. “Bu, saya baru dapat info. Kepala keluarga yang sebelumnya, Bibimu, memang benar punya dua anak perempuan. Kedua anak itu hilang beberapa puluh tahun yang lalu. Sekarang sepertinya ada di Mambera.”Mambera?Felicia bertanya dengan suara rendah, “Tahu mereka di Mambera sebelah mana? Gimana kehidupannya sekarang? Apa mereka masih ingat asal usul keluarga mereka?”“Putri pertamanya menjadi nyonya besar keluarga Sanjaya. Ibu kandung CEO Sanjaya Group. Putri keduanya meninggal enam belas tahun yang lalu karena kecelakaan. Tapi dia punya dua anak perempuan. Salah satunya jadi menantu pertama keluarga Adhitama, Olivia namanya.”Mendengar nama itu, raut wajah Felicia segera berubah. Sedari pertama kali Felicia kembali ke keluarga Gatara, dia sudah mendengar desas-desu
Kalau bukan karena campur tangan Odelina, Fani tidak akan mati. Sekalipun kematian Fani disebabkan oleh banyak faktor, Ivan juga tidak bisa dan tidak berani melakukan apa pun pada ibu serta adiknya. Oleh karena itu, dia hanya bisa melampiaskannya kepada Odelina.Di belakang Odelina ada tiga keluarga besar. Namun, keluarga Adhitama, keluarga Lumanto dan keluarga Sanjaya berada di Kota Mambera. Di sini Kota Cianter. Selama Ivan tidak melakukannya secara terang-terangan, maka tidak akan ada masalah.Felicia tidak tahu apa yang dipikirkan kakaknya. Dia berjalan keluar dari gedung kantor. Baru saja masuk ke mobil, Felicia menerima hasil penyelidikan yang dikirim oleh Vandi. Setelah melihat hasil penyelidikan, Felicia bersikap seperti biasa saja. Dia mengemudikan mobilnya keluar dan meninggalkan perusahaan.Beberapa menit kemudian, Vandi menelepon. Felicia menepikan mobilnya dan mengangkat telepon dari Vandi.“Bu Felicia, Pak Ivan adalah dalang dibalik kejadian dua mobil yang menabrak Bu Ode
Felicia menatap Ivan sejenak, lalu berkata, “Baguslah kalau nggak ada. Sekarang aku sangat sibuk. Mama nggak ada di sini juga. Kalau Kak Ivan buat masalah, aku nggak ada waktu untuk bantu Kak Ivan.”“Tenang saja, nggak akan. Aku kerja setiap hari. Kalau nggak kerja juga pergi ke rumah mama mertuaku. Urusan dengan kakak iparmu saja nggak kelar-kelar, mana ada waktu untuk pergi buat masalah. Lagi pula, aku sudah tua. Kalau aku benar-benar buat masalah, aku akan bereskan sendiri. Aku mana berani minta kamu bantu aku.”“Baguslah kalau begitu. Kak Ivan kembali saja. Aku juga mau keluar,” kata Felicia.Usai berkata, Felicia berdiri dan berjalan keluar dari meja kerjanya. Keduanya keluar dari ruangan bersama-sama. Ivan ingin cari tahu apa yang Felicia lakukan di luar, tapi Felicia menutup rapat mulutnya. Alhasil, Ivan tidak mendapatkan informasi apa pun.Setelah masuk ke dalam lift, Felicia berdiri tegak di depan. Sedangkan Ivan di belakangnya. Dia yang mengenakan setelan formal benar-benar m
“Memangnya kenapa kalau dia punya banyak pendukung? Toh mereka semua ada di Kota Mambera. Mereka hanya punya bisnis kecil di Kota Cianter. Kamu kira mereka bisa ikut campur urusan keluarga kita?”“Memangnya kenapa kalau dia keturunan Tante? Tante sudah meninggal puluhan tahun yang lalu. Kepala keluarga yang sekarang adalah mama kita. Kalau kamu nggak mampu, wajar saja posisi kepala keluarga dikembalikan ke mereka. Tapi kamu mampu. Mana mungkin posisi ini dikembalikan ke mereka?”“Apakah Odelina punya kemampuan itu? Memangnya kenapa kalau dia buka perusahaan di Kota Cianter? Keluarga Gatara nggak ada yang kenal dia. Saat kamu baru pulang pun, banyak orang yang nggak anggap kamu bagian dari keluarga. Apalagi Odelina. Banyak orang yang nggak senang dengan Mama. Tapi mereka bisa apa?” ujar Ivan panjang lebar.Usai berkata, Ivan bergumam pelan, “Mungkin saja Odelina juga orang yang berumur pendek, seperti neneknya, meninggal di usia paruh baya.”Ivan sudah menyuruh orang untuk menabrak Odel
Felicia menatap dan berkata, “Keponakanku usianya hanya sepuluh tahun lebih muda dariku, nggak cocok jadi anakku. Kalau memang mau adopsi, keponakan yang paling kecil baru berusia beberapa tahun, dia lebih cocok.”Keponakan Felicia yang paling kecil adalah anak dari Erwin, kakak ketiga Felicia. Anak itu baru berusia enam tahun. Tentu saja, Felicia hanya asal bicara saja. Dia tidak akan benar-benar mengadopsi keponakannya untuk menjadi anaknya. Felicia ingin punya anak sendiri.Jika tidak ada pria lain, dengan Vandi pun tidak masalah. Nanti Felicia tinggal melakukan program bayi tabung dengan menggunakan benih dari Vandi. Dengan kecerdasan dan kemampuan Vandi, anak mereka pasti akan jadi anak yang pintar juga.Sebenarnya bakat beberapa keponakan Felicia boleh dibilang rata-rata, sulit untuk dilatih menjadi penerus keluarga. Kalau bisa, Patricia juga tidak akan terburu-buru untuk melatih Felicia. Begitu tahu Fani bukan anak kandungnya, perhatian Patricia sudah tertuju pada cucu-cucunya.
Patricia tidak ingin melanjutkan pembicaraannya dengan Ivan. Dia pun berkata, “Kalau nggak ada urusan lain, aku tutup dulu teleponnya.”“Ma, aku akan bantu Felicia. Nggak ada apa-apa, Ma. Mama lanjut kerja saja.”Patricia menutup telepon. Ivan spontan menghela napas lega setelah ibunya menutup telepon. Kemudian, dia mengangkat tangannya untuk menyeka keringat dingin di dahinya. Setelah bertindak impulsif dengan menuding ibunya, Ivan langsung berkeringat dingin. Di cuaca yang begitu dingin, dia masih bisa berkeringat. Itu membuktikan kalau dia sangat ketakutan.Felicia mengambil tisu dan memberikannya kepada Ivan. Ivan meletakkan ponsel dan mengambil tisu dari adiknya, lalu menyeka keringat di wajahnya sambil berkata, “Aku ketakutan setengah mati tadi. Aku bahkan nggak tahu kenapa aku berani ngomong seperti itu.”“Salah makan obat kali, makanya jadi berani.”Ivan memelototi Felicia dan menyalahkannya. “Gara-gara kamu. Kamu telepon sama Mama, kenapa pula kasih ponselmu ke aku. Sekarang a
“Ma.” Ivan terkekeh dan berkata, “Papa nggak mungkin marah Mama. Dia memang sudah berbuat salah, tapi Mama selalu ada di hatinya. Papa tinggal sama aku. Setiap hari dia selalu ngomong soal Mama. Dia bilang kalau Mama lagi kesal, siapa yang temani Mama cari angin segar? Setiap hari Papa baca novel dari ponselnya. Baca novel roman lagi. Dia sampai bilang mau minta maaf pada Mama seperti tokoh dalam novel.”Cakra sudah mengebiri dirinya sendiri. Tidak peduli secantik dan semuda apa perempuan di luar sana, Cakra juga tidak bisa menyentuh mereka lagi. Patricia telah menghancurkan satu-satunya kebanggaan Cakra.Namun, Cakra tidak mau bercerai. Sekalipun dia sangat membenci istrinya, dia juga tidak mau bercerai. Karena dia tahu, setelah cerai, dia tidak akan mendapatkan apa pun. Kemungkinan besar, dia harus pergi dengan tangan kosong.Di Kota Cianter, Cakra tidak akan pernah bisa mengalahkan Patricia. Kecuali dia bisa hidup lebih lama dari Patricia. Dengan begitu, setelah Patricia meninggal,
Ivan tidak memiliki perasaan apa pun terhadap istrinya lagi sekarang. Padahal dulu hubungan mereka sangat baik. Mereka punya putra dan putri. Ivan pun sangat sayang anak-anaknya. Dia paling sayang putrinya.Pada saat Ivan tahu kalau Fani bukan adik kandungnya, lalu adik kandungnya Felicia, terlihat seperti orang yang lemah dan tidak bisa apa-apa, Ivan merasa sangat senang. Dia berharap ibunya bisa mewariskan posisi sebagai kepala keluarga kepada putrinya.Meskipun sekarang putri Ivan tampak tidak memiliki kemampuan apa pun, itu karena putrinya masih kecil. Selama ibunya bersedia melatih cucunya sebagai penerus, Ivan yakin putrinya tidak terlalu buruk. Oleh karena itu, dia sangat menyayangi putrinya.Setelah mendengar pertanyaan Felicia, Ivan membuka mulutnya, ingin memberikan penjelasan. Namun, dia mendapati kalau dia sama sekali tidak bisa membantah. Dia hanya bisa diam.Felicia selesai membaca dokumen di tangannya dan merasa tidak ada masalah. Dia pun menelepon ibunya dan berkata kal
Felicia bertemu dengan Ivan yang baru keluar dari lift di pintu lift. Kedua saudara itu berhenti sejenak. Ivan keluar lebih dulu dari lift, sementara Felicia tidak terburu-buru masuk. "Felicia, kamu mau pergi?" Ivan memegang sebuah map dokumen, mungkin ada dokumen yang perlu ditandatangani Felicia. Karena ibu mereka sedang tidak berada di perusahaan, semua cap penting diserahkan kepada Felicia.Banyak dokumen penting harus ditandatangani dan dicap olehnya agar berlaku. Biasanya, urusan tanda tangan dokumen seperti itu selalu diserahkan kepada sekretaris, dan jarang Ivan datang langsung. Felicia dengan tenang menjawab, "Ya, ada sedikit urusan yang harus aku urus, Kak. Ada apa?" Dia melirik map dokumen di tangan Ivan. Namun, lelaki itu tidak langsung menyerahkan map itu, melainkan berkata, "Ada dokumen yang butuh tanda tangan dan cap darimu." "Bisa ditunda sebentar? Kamu mau pergi urus apa? Apakah penting sekali?" Nada Ivan terdengar ramah, tetapi ada sedikit nada menyelidik. Ke ma
Mereka sangat menyayangi Fani, dan itu tulus. Setelah pewaris yang sebenarnya kembali, mereka tetap tidak bisa menerimanya, selalu merasa Felicia adalah penyusup yang merebut semua yang seharusnya milik Fani. Di hati mereka, ada rasa benci terhadap Felicia. Karena sejak kecil dia hidup di lingkungan yang keras tanpa kasih sayang, Felicia tidak pernah berharap bahwa orang tua kandung atau saudara laki-lakinya akan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana dia sendiri juga tidak memiliki banyak rasa terhadap mereka. Hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak, saudara laki-laki dan perempuan, memang perlu dipupuk. Karena dia tidak tumbuh besar di sisi orang tua kandung atau saudara laki-lakinya, tidak ada hubungan emosional yang terbentuk. Meskipun sudah kembali ke sisi orang tua kandung selama dua tahun, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Fani yang tumbuh besar bersama keluarga Gatara sejak kecil. Sekarang, setelah Fani tiada, ayah dan tiga saudara laki-lakinya hanya