Olivia terkejut tak percaya. Dia menunjuk ke arah seikat bunga dan beberapa tas itu, "Dari Bram? Bram yang aku kenal itu?"Di mata Olivia, meski Bram tampak ramah, tapi sebenarnya dia sangat sulit untuk didekati. Olivia adalah istri Stefan dan sahabat baik Junia. Itulah mengapa Bram bisa sedikit “dekat” dengan Olivia. Bram bahkan juga pernah mengatakan bahwa dia memiliki penyakit. Penyakit tanpa perasaan, katanya. Maksudnya, di antara semua wanita di dunia, hanya akan ada satu wanita yang bisa membuatnya menjadi pria sejati. Wanita itu, tidak mungkin adalah Amelia. Bram bukan pertama kali bertemu dengan Amelia. Jika memang Amelia adalah wanita yang Baram maksud, Bram tidak mungkin masih “sendiri” sampai sekarang. Urusan pernikahan Bram sudah membuat ayah dan ibunya sangat frustasi. Karena Bram tidak kunjung menikah, adiknya juga ikut tak mau menikah. Dan sepupu-sepupu Bram, kecuali Reiki, juga tidak ingin menikah. Mereka semua menggunakan Bram sebagai tameng. Paman dan bibi Bram
Olivia berpikir lagi, kemudian berkata, “Iya juga, Jonas bukan orang yang kayak gitu, ya. Bram juga nggak mungkin mudah dimintai tolong. Bahkan Stefan saja belum tentu bisa minta tolong sama dia. Setiap kali Stefan mau minta Bram melakukan sesuatu, dia pasti minta Reiki yang bilang.“Mel, apa pun motif Bram, yang penting kamu tetap harus baik-baik sama Jonas, ya. Tante sudah merasa Jonas lebih cocok sama kamu, ‘kan? Nggak lama lagi kalian pasti akan dapat hasilnya.”Olivia sangat optimis. Mungkin karena hal ini tidak terjadi pada dirinya sendiri, itulah mengapa Olivia tidak sekhawatir Amelia. Jika Bram tidak benar-benar menyukai Amelia, maka seharusnya bukan masalah besar. “Tapi ini jadi kayak batu besar yang terikat di depan aku dan Jonas, Liv. Entah kapan batu itu akan kena kami,” Amelia menghela napas, “Aku nggak beruntung banget, deh, kayaknya. Di percintaan, ada saja masalahnya.”Tak usah bicarakan masalahnya dengan Stefan, itu murni bertepuk sebelah tangan. Akan tetapi, saat ini
Setelah berbincang sejenak, Rudy dan Aksa pulang. Saat melihat ayah dan anak itu pulang, Amelia dan Olivia juga ikut masuk ke dalam rumah. Namun, Olivia segera meninggalkan rumah keluarga Sanjaya karena Stefan meneleponnya. Setelah keluar dari rumah keluarga Sanjaya, Olivia menuju ke Adhitama Group. Stefan baru saja selesai rapat dan kembali ke ruangannya. Begitu duduk, Olivia mengetuk pintu dan masuk."Sayang," sapa Stefan saat melihat istrinya datang. Dia bangkit menyambut Olivia."Kamu menelepon, menyuruhku datang ke kantor, ada apa? Aku tanya di telepon, kamu nggak mau jawab," keluh Olivia. Tadi Olivia buru-buru meninggalkan rumah keluarga Sanjaya untuk ke kantor atas panggilan Stefan, tapi ketika ditanya apa perkaranya, Stefan tidak menjawab. Olivia pun segera bergegas datang karena khawatir.Stefan menyuruh Olivia duduk di sofa, kemudian menuangkan segelas air hangat untuknya dan membawa beberapa cemilan sebelum tersenyum berkata, "Nggak ada apa-apa, kok. Aku cuma pengin makan
“Kamu sudah ngomong sama tante?” tanya Stefan. “Sudah, aku ke tante ya buat ngomongin masalah ini. Tante sudah nggak terlalu ingat sama masa-masa kecilnya, cuma ingat waktu kecil kondisi keluarganya cukup baik. Tante ingat waktu kecil banyak orang yang memanggil tante dengan sebutan ‘Non’. Kata tante, mamanya dulu sibuk banget, kakekku yang biasanya menemani tante dan mamaku.”“Terus katanya juga, ayah dan ibunya papa nggak keberatan papa dan mamaku melahirkan dua anak perempuan. Malah senang banget. Dari sedikit ingatan tante, menurutku kemungkinan besar tante adalah putri dari kepala keluarga Gatara yang sebelumnya.”Stefan mengangguk, “Nama belakang “Gatara” juga jarang. Marga tante Gatara. Dari situ saja sudah gampang banget menghubungkan tante sama keluarga Gatara. Kayaknya tebakan kita nggak salah.”Olivia terdiam sejenak, lalu berkata, “Tante sekarang lagi bingung, dia bilang dia pengin menenangkan diri dulu. Tante juga nyuruh om dan kakak sepupuku pulang. Katanya tante masih p
"Masa Bram nggak tahu konsekuensinya? Kalau ayahnya sampai tahu, dia dan Amelia nggak akan bisa tenang," kata Olivia sambil tertawa kecil. "Benar ini nggak ada hubungannya sama kamu? Terus kenapa kamu menghindar dan nggak berani menatapku langsung?" Olivia meraih wajah tampan Stefan, memaksanya untuk bertatapan. "Stefan, kamu pernah janji nggak akan bohong lagi sama aku. Kalau kamu bohong lagi, kamu akan tidur di ruang kerja selama setahun." “Aku nggak pernah bilang mau tidur di ruang kerja setahun," Stefan menjawab dengan rasa bersalah. Dia hanya berjanji tidak akan berbohong lagi, tetapi tidak pernah menyebutkan tentang tidur di ruang kerja selama setahun. Bisa saja Stefan tidur di sana selama sehari. Akan tetapi setahun, itu tidak mungkin, bahkan sebulan pun tidak. "Kamu memang nggak bilang, itu aku yang bilang. Kalau kamu bohong lagi dan aku tahu, kamu akan tidur di ruang kerja selama setahun. Jangan sentuh aku sama sekali." Stefan tampak murung, "Sayang, Istriku, kamu tahu i
Olivia berkata, "Meskipun adikmu yang minta bantuan, selama itu berkaitan dengan cinta, jangan sembarangan membantu. Lebih baik nggak bantu daripada malah tambah buat masalah. Kalau kamu playboy, ahli dalam urusan percintaan, aku nggak peduli lah. Kamu boleh kasih saran sesukamu.""Aku bukan playboy, juga bukan ahli cinta. EQ-ku rendah banget ‘kan kamu tahu. Reiki saja sering mengeluh. Katanya EQ-ku negatif.""Nanti kalau mereka kesusahan dalam percintaan, aku suruh mereka minta saran dari kamu saja, ya."Stefan memberikan kesempatan kepada Olivia untuk membantu adik-adiknya, agar istrinya tampak lebih berwibawa di hadapan mereka."Masalah Bram mengejar Amelia itu …," ujar Olivia."Jangan sampai Amelia tahu, ya," Stefan memotong."Aku bisa bantu kamu menyembunyikannya sementara. Tapi kalau Bram terus melakukan ini, ya, pasti pusing."Stefan menanggapi, "Aku akan ngomong sama Bram, minta dia mengurangi frekuensinya muncul di hadapan Amelia. Gimana?"Olivia sebenarnya langsung ingin setu
“Sedikit buah dan vitamin, Tante. Buat Papanya Russel.”Odelina tidak menyebut nama Roni. Dia memanggil Roni dengan sebutan “Papa Russel”. Maksudnya adalah untuk memberi tahu orang-orang di sana bahwa kedatangan Odelina ke sana adalah karena Roni adalah ayah kandung Russel. Tanpa adanya hubungan ini, Odelina bahkan sama sekali tidak ingin menginjakkan kaki di ruang perawatan Roni.Andi dan Rita juga menyadari bahwa Odelina datang karena mempertimbangkan Russel. Saat ini mereka merasa keputusan memberikan hak asuh kepada Odelina adalah keputusan yang benar.Russel selalu bersama ibu dan bibinya. Hak asuh kepada Odelina tidak berpengaruh pada kehidupan Russel. Odelina juga dapat memberikan pendidikan terbaik untuk Russel.Dan yang paling utama adalah, kehidupan sehari-hari Odelina tidak banyak pertengkaran dan konflik. Perkembangan Russel tidak akan terganggu."Kak Shella," sapa Odelina saat melihat mantan kakak iparnya.Setelah bercerai, hubungannya dengan mantan mertua dan kakak ipar-
Andi juga berkata, “Odelina, simpan saja. Besarkan Russel dengan baik. Kami sudah akan sangat senang kalau kamu melakukan itu.”Nama baik putra mereka sudah rusak. Esok hari kemungkinan besar Roni tidak akan menikah lagi. Dia juga sudah pasti akan bercerai dengan Yenny. Russel adalah satu-satunya cucu keluarga Pamungkas. Saat ini di mata Rita dan Andi, cucu mereka adalah yang terpenting. “Bisnis restoranku lumayan bisa menghasilkan uang, Tante. Ini juga nggak banyak, kok. Kalian ambil saja untuk beli makan. Aku masih ada urusan, harus segera pulang. Nanti kalau Russel libur hari sabtu, aku bawa dia ke sini, ya.”Odelina memaksa mereka untuk menerima uang yang dia berikan. Tidak banyak, hanya empat juta. Rita terpaksa menerimanya sambil menenteng buah yang Odelina bawa untuk diserahkan kembali ke Odelina. Mereka saling menolak, hingga pada akhirnya Rita kembali ke ruang rawat inap dengan menenteng buah itu kembali. Shella membuka kantong yang dibawa Odelina dan memeriksa isinya, kem