"Masa Bram nggak tahu konsekuensinya? Kalau ayahnya sampai tahu, dia dan Amelia nggak akan bisa tenang," kata Olivia sambil tertawa kecil. "Benar ini nggak ada hubungannya sama kamu? Terus kenapa kamu menghindar dan nggak berani menatapku langsung?" Olivia meraih wajah tampan Stefan, memaksanya untuk bertatapan. "Stefan, kamu pernah janji nggak akan bohong lagi sama aku. Kalau kamu bohong lagi, kamu akan tidur di ruang kerja selama setahun." “Aku nggak pernah bilang mau tidur di ruang kerja setahun," Stefan menjawab dengan rasa bersalah. Dia hanya berjanji tidak akan berbohong lagi, tetapi tidak pernah menyebutkan tentang tidur di ruang kerja selama setahun. Bisa saja Stefan tidur di sana selama sehari. Akan tetapi setahun, itu tidak mungkin, bahkan sebulan pun tidak. "Kamu memang nggak bilang, itu aku yang bilang. Kalau kamu bohong lagi dan aku tahu, kamu akan tidur di ruang kerja selama setahun. Jangan sentuh aku sama sekali." Stefan tampak murung, "Sayang, Istriku, kamu tahu i
Olivia berkata, "Meskipun adikmu yang minta bantuan, selama itu berkaitan dengan cinta, jangan sembarangan membantu. Lebih baik nggak bantu daripada malah tambah buat masalah. Kalau kamu playboy, ahli dalam urusan percintaan, aku nggak peduli lah. Kamu boleh kasih saran sesukamu.""Aku bukan playboy, juga bukan ahli cinta. EQ-ku rendah banget ‘kan kamu tahu. Reiki saja sering mengeluh. Katanya EQ-ku negatif.""Nanti kalau mereka kesusahan dalam percintaan, aku suruh mereka minta saran dari kamu saja, ya."Stefan memberikan kesempatan kepada Olivia untuk membantu adik-adiknya, agar istrinya tampak lebih berwibawa di hadapan mereka."Masalah Bram mengejar Amelia itu …," ujar Olivia."Jangan sampai Amelia tahu, ya," Stefan memotong."Aku bisa bantu kamu menyembunyikannya sementara. Tapi kalau Bram terus melakukan ini, ya, pasti pusing."Stefan menanggapi, "Aku akan ngomong sama Bram, minta dia mengurangi frekuensinya muncul di hadapan Amelia. Gimana?"Olivia sebenarnya langsung ingin setu
“Sedikit buah dan vitamin, Tante. Buat Papanya Russel.”Odelina tidak menyebut nama Roni. Dia memanggil Roni dengan sebutan “Papa Russel”. Maksudnya adalah untuk memberi tahu orang-orang di sana bahwa kedatangan Odelina ke sana adalah karena Roni adalah ayah kandung Russel. Tanpa adanya hubungan ini, Odelina bahkan sama sekali tidak ingin menginjakkan kaki di ruang perawatan Roni.Andi dan Rita juga menyadari bahwa Odelina datang karena mempertimbangkan Russel. Saat ini mereka merasa keputusan memberikan hak asuh kepada Odelina adalah keputusan yang benar.Russel selalu bersama ibu dan bibinya. Hak asuh kepada Odelina tidak berpengaruh pada kehidupan Russel. Odelina juga dapat memberikan pendidikan terbaik untuk Russel.Dan yang paling utama adalah, kehidupan sehari-hari Odelina tidak banyak pertengkaran dan konflik. Perkembangan Russel tidak akan terganggu."Kak Shella," sapa Odelina saat melihat mantan kakak iparnya.Setelah bercerai, hubungannya dengan mantan mertua dan kakak ipar-
Andi juga berkata, “Odelina, simpan saja. Besarkan Russel dengan baik. Kami sudah akan sangat senang kalau kamu melakukan itu.”Nama baik putra mereka sudah rusak. Esok hari kemungkinan besar Roni tidak akan menikah lagi. Dia juga sudah pasti akan bercerai dengan Yenny. Russel adalah satu-satunya cucu keluarga Pamungkas. Saat ini di mata Rita dan Andi, cucu mereka adalah yang terpenting. “Bisnis restoranku lumayan bisa menghasilkan uang, Tante. Ini juga nggak banyak, kok. Kalian ambil saja untuk beli makan. Aku masih ada urusan, harus segera pulang. Nanti kalau Russel libur hari sabtu, aku bawa dia ke sini, ya.”Odelina memaksa mereka untuk menerima uang yang dia berikan. Tidak banyak, hanya empat juta. Rita terpaksa menerimanya sambil menenteng buah yang Odelina bawa untuk diserahkan kembali ke Odelina. Mereka saling menolak, hingga pada akhirnya Rita kembali ke ruang rawat inap dengan menenteng buah itu kembali. Shella membuka kantong yang dibawa Odelina dan memeriksa isinya, kem
Shella memang seperti itu, tetapi dia masih tahu berterima kasih. Shella berkata, "Toh, uang yang Odelina hasilkan itu buat siapa, sih? ‘Kan semuanya buat keponakanku, Russel. Nama belakang dia saja Pamungkas. Russel akan selalu jadi bagian dari kita, keluarga Pamungkas. Masa iya aku mau nyusahin? Aku malah senang kalau usaha Odelina makin sukses. Nanti kalau Russels sudah pegang kendali, pasti dia juga akan kasih pekerjaan buat sepupu-sepupunya, ‘kan? Nggak mungkin dia nolak."Andi dan Rita menatap tajam ke arah putrinya. Dipandang dengan tatapan seperti itu, Shella hanya cemberut, "Aku cuma ngomong, kok. Siapa yang akan tahu masa depani? Bisa jadi usaha keluarga Renaldi juga makin maju, anak-anakku nanti bisa jadi generasi kaya baru."Sambil berbicara, Shella berdiri, mengambil seikat anggur dari tas buah dan meletakkannya di atas meja samping tempat tidur, kemudian mengambil sisanya dan sebuah kotak suplemen, dia berkata kepada orang tuanya, "Ma, Pa, aku juga masih perlu istirahat.
Setelah keluar dari rumah sakit, Odelina bertemu dengan Daniel. Odelina berhenti, bertatap dengan Daniel. Tak lama kemudian, Odelina segera mendekat. “Pak Daniel kok ada di sini?”“Aku baru habis rehab medik, jalan-jalan saja sekarang. Tadinya aku mau ke restoran barumu, terus kebetulan lihat mobil kamu pergi, terus aku ikutin sampai ke sini,” ujar Daniel jujur. Daniel melihat Odelina menuju rumah sakit dan menebak bahwa Odelina akan menjenguk suaminya, itulah sebabnya Daniel mengikutinya. Jelas-jelas Daniel tahu Odelina tidak akan pernah rujuk dengan Roni, tetapi Daniel tetap saja takut dan berusaha untuk mencegahnya. Jika Odelina ke rumah sakit, Daniel harus mengikutinya. Jika tidak, dia hanya akan bisa memendam amarah di rumahnya atau bahkan malah akan marah-marah tidak jelas. Daniel yang dulu sangat stabil emosinya, kini sudah tidak bisa lagi seperti dulu setelah kecelakaan itu. Saat ini emosi Daniel sangat labil. Semua orang di keluarga Lumanto sangat hati-hati saat berhadap
Russel lahir dari rahim Odelina, tapi terasa seperti milik bersama. Semua orang menyayangi Russel dan memperlakukannya seolah-olah dia adalah anak kandung sendiri. Meskipun Odelina dan Roni telah bercerai, Russel tetap dikelilingi oleh banyak orang yang mencintainya. Dengan tumbuh dalam lingkungan penuh kasih, Russel pasti akan berkembang menjadi anak yang sehat.“Bisa dijemput jam 4 sore. Jam setengah tiga sudah bisa berangkat ke sekolah. Kalau Pak Daniel ada waktu, sore nanti bisa sama-sama jemput Russel ke sekolah. Russel pasti senang banget kalau lihat Pak Daniel.”Daniel berkata, "Aku biasanya fisioterapi di pagi hari. Sore sampai malam aku bebas. Duduk di rumah saja membosankan. Sedikit jalan-jalan bisa membuat hatiku terasa lebih baik." Meskipun sering menerima pandangan simpati dari orang-orang di luar, Daniel telah belajar untuk menerima hal tersebut dengan hati yang lebih terbuka. Saat bertemu dengan kenalan, Daniel kini dapat menyapa mereka seperti biasa, tidak lagi takut
"Kamu ini ada di pihak siapa, sih? Keluarga Pamungkas sial, keluarga Renaldi juga rugi. Kalau Roni dan Odelina rujuk, kamu juga yang akan ikut dapat keuntungan," kata Shella pada Chris."Belum lagi soal mendapatkan pekerjaan dari suami Olivia, bahkan Odelina pun bisa kasih pekerjaan untuk kita. Dia ‘kan baru buka restoran baru, pasti lagi butuh orang buat bantu-bantu, ‘kan?"Kalau mereka rujuk, sebagai kakak ipar, aku bisa bantu Odelina mengelola restoran barunya. Bukannya begitu akan lebih baik daripada mempekerjakan orang luar?" Chris juga ingin mendapat keuntungan, tapi dia tahu itu hanya mimpi. Chris meringis dan berkata, "Itu sih mimpi siang bolong." Setelah mengatakan itu, Chris segera pergi meninggalkan Shella untuk menghindari omelan lagi. Shella mengejar Chris dan memukulnyanya beberapa kali.Chris dan Shella terus mengikuti Odelina. Mereka melihat Odelina dan Daniel naik mobil. Daniel naik mobil Odelina, sedangkan mobilnya sendiri dibawa oleh pengawal. Pengawal Daniel meng
Patricia tidak ingin melanjutkan pembicaraannya dengan Ivan. Dia pun berkata, “Kalau nggak ada urusan lain, aku tutup dulu teleponnya.”“Ma, aku akan bantu Felicia. Nggak ada apa-apa, Ma. Mama lanjut kerja saja.”Patricia menutup telepon. Ivan spontan menghela napas lega setelah ibunya menutup telepon. Kemudian, dia mengangkat tangannya untuk menyeka keringat dingin di dahinya. Setelah bertindak impulsif dengan menuding ibunya, Ivan langsung berkeringat dingin. Di cuaca yang begitu dingin, dia masih bisa berkeringat. Itu membuktikan kalau dia sangat ketakutan.Felicia mengambil tisu dan memberikannya kepada Ivan. Ivan meletakkan ponsel dan mengambil tisu dari adiknya, lalu menyeka keringat di wajahnya sambil berkata, “Aku ketakutan setengah mati tadi. Aku bahkan nggak tahu kenapa aku berani ngomong seperti itu.”“Salah makan obat kali, makanya jadi berani.”Ivan memelototi Felicia dan menyalahkannya. “Gara-gara kamu. Kamu telepon sama Mama, kenapa pula kasih ponselmu ke aku. Sekarang a
“Ma.” Ivan terkekeh dan berkata, “Papa nggak mungkin marah Mama. Dia memang sudah berbuat salah, tapi Mama selalu ada di hatinya. Papa tinggal sama aku. Setiap hari dia selalu ngomong soal Mama. Dia bilang kalau Mama lagi kesal, siapa yang temani Mama cari angin segar? Setiap hari Papa baca novel dari ponselnya. Baca novel roman lagi. Dia sampai bilang mau minta maaf pada Mama seperti tokoh dalam novel.”Cakra sudah mengebiri dirinya sendiri. Tidak peduli secantik dan semuda apa perempuan di luar sana, Cakra juga tidak bisa menyentuh mereka lagi. Patricia telah menghancurkan satu-satunya kebanggaan Cakra.Namun, Cakra tidak mau bercerai. Sekalipun dia sangat membenci istrinya, dia juga tidak mau bercerai. Karena dia tahu, setelah cerai, dia tidak akan mendapatkan apa pun. Kemungkinan besar, dia harus pergi dengan tangan kosong.Di Kota Cianter, Cakra tidak akan pernah bisa mengalahkan Patricia. Kecuali dia bisa hidup lebih lama dari Patricia. Dengan begitu, setelah Patricia meninggal,
Ivan tidak memiliki perasaan apa pun terhadap istrinya lagi sekarang. Padahal dulu hubungan mereka sangat baik. Mereka punya putra dan putri. Ivan pun sangat sayang anak-anaknya. Dia paling sayang putrinya.Pada saat Ivan tahu kalau Fani bukan adik kandungnya, lalu adik kandungnya Felicia, terlihat seperti orang yang lemah dan tidak bisa apa-apa, Ivan merasa sangat senang. Dia berharap ibunya bisa mewariskan posisi sebagai kepala keluarga kepada putrinya.Meskipun sekarang putri Ivan tampak tidak memiliki kemampuan apa pun, itu karena putrinya masih kecil. Selama ibunya bersedia melatih cucunya sebagai penerus, Ivan yakin putrinya tidak terlalu buruk. Oleh karena itu, dia sangat menyayangi putrinya.Setelah mendengar pertanyaan Felicia, Ivan membuka mulutnya, ingin memberikan penjelasan. Namun, dia mendapati kalau dia sama sekali tidak bisa membantah. Dia hanya bisa diam.Felicia selesai membaca dokumen di tangannya dan merasa tidak ada masalah. Dia pun menelepon ibunya dan berkata kal
Felicia bertemu dengan Ivan yang baru keluar dari lift di pintu lift. Kedua saudara itu berhenti sejenak. Ivan keluar lebih dulu dari lift, sementara Felicia tidak terburu-buru masuk. "Felicia, kamu mau pergi?" Ivan memegang sebuah map dokumen, mungkin ada dokumen yang perlu ditandatangani Felicia. Karena ibu mereka sedang tidak berada di perusahaan, semua cap penting diserahkan kepada Felicia.Banyak dokumen penting harus ditandatangani dan dicap olehnya agar berlaku. Biasanya, urusan tanda tangan dokumen seperti itu selalu diserahkan kepada sekretaris, dan jarang Ivan datang langsung. Felicia dengan tenang menjawab, "Ya, ada sedikit urusan yang harus aku urus, Kak. Ada apa?" Dia melirik map dokumen di tangan Ivan. Namun, lelaki itu tidak langsung menyerahkan map itu, melainkan berkata, "Ada dokumen yang butuh tanda tangan dan cap darimu." "Bisa ditunda sebentar? Kamu mau pergi urus apa? Apakah penting sekali?" Nada Ivan terdengar ramah, tetapi ada sedikit nada menyelidik. Ke ma
Mereka sangat menyayangi Fani, dan itu tulus. Setelah pewaris yang sebenarnya kembali, mereka tetap tidak bisa menerimanya, selalu merasa Felicia adalah penyusup yang merebut semua yang seharusnya milik Fani. Di hati mereka, ada rasa benci terhadap Felicia. Karena sejak kecil dia hidup di lingkungan yang keras tanpa kasih sayang, Felicia tidak pernah berharap bahwa orang tua kandung atau saudara laki-lakinya akan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana dia sendiri juga tidak memiliki banyak rasa terhadap mereka. Hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak, saudara laki-laki dan perempuan, memang perlu dipupuk. Karena dia tidak tumbuh besar di sisi orang tua kandung atau saudara laki-lakinya, tidak ada hubungan emosional yang terbentuk. Meskipun sudah kembali ke sisi orang tua kandung selama dua tahun, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Fani yang tumbuh besar bersama keluarga Gatara sejak kecil. Sekarang, setelah Fani tiada, ayah dan tiga saudara laki-lakinya hanya
“Felicia, sekarang kamu ada waktu?” tanya Odelina.Felicia menjawab, “Selama kamu membutuhkan bantuan, aku selalu punya waktu.” “Kalau begitu, mari kita tentukan tempat untuk bertemu.” “Kamu yang pilih tempatnya.” Felicia mengangguk, lalu bertanya lagi, “Ada apa?” “Aku baru saja keluar dari Blanche Hotel, dan hampir saja tertabrak dua mobil di depan hotel. Pengemudinya bilang mereka gugup karena melihat banyak orang, lalu salah injak gas. Tapi ada kejanggalan, dan aku rasa ini bukan kecelakaan.” Felicia segera paham. Dia berkata, “Kamu curiga ini ulah mamaku yang menyuruh orang untuk menabrakmu? Mamaku sedang bepergian jauh, seharusnya bukan dia, 'kan?” Meski tahu ibunya bukan orang baik, Felicia tetap berharap ibunya tidak melakukan hal seperti itu. Odelina berkata, “Aku rasa ini bukan mamamu. Mamamu itu licik, kalau dia memang ingin aku mati, dia nggak akan menggunakan trik sepele seperti ini yang mudah ketahuan.” Sebelumnya, Waktu Ricky, dan Rika pergi ke pesta keluarga Gata
“Itu yang buat orang curiga.” Dimas berkata, “Mereka kemungkinan besar memang menargetkanmu.” “Aku sedang berpikir, apakah ini perbuatan tanteku atau putranya?” Odelina menganalisis, “Aku rasa bibi nenekku nggak akan buat kesalahan sepele seperti ini. Kalau dia yang mengatur, mereka pasti akan mempercepat mobil saat benar-benar mendekatiku, sehingga aku hampir nggak punya kesempatan untuk menghindar.”“Felicia juga nggak mungkin. Kami cukup dekat.” Meski dalam bisnis mereka adalah saingan, terkadang Odelina merebut pelanggan Felicia, kadang sebaliknya. Di luar itu, mereka bisa berbincang dengan dengan baik. Jika Felicia bukan pewaris utama keluarga Gatara, mungkin mereka bisa menjadi teman baik. Odelina sangat menyukai sifat perempuan itu."Ketiga putra keluarga Gatara mungkin memang ingin membunuhku, terutama Ivan. Aku pernah kirim foto dia dan Fani ke istrinya. Dia pasti bisa menebak itu aku.” “Sekarang Fani sudah meninggal. Mungkin dia ingin membalas dendam untuk Fani.“Bibi ne
“Maaf, saya melihat ada banyak orang berdiri di depan hotel, saya langsung panik dan, meskipun berniat menginjak rem, saya malah menginjak gas.” Setelah memarkir mobilnya, pengemudi mobil kedua turun dari mobil sambil terus-menerus meminta maaf. Dia adalah seorang gadis muda, dan tampaknya dia benar-benar panik.Tatapannya melewati kerumunan orang dan jatuh pada Odelina, yang sedang dibantu berdiri. Dengan nada penuh perhatian dan penyesalan, dia bertanya,"Kamu nggak apa-apa? Maaf, benar-benar maaf, aku baru dapat SIM setengah bulan yang lalu, ini pertama kali aku mengemudi keluar rumah. Kalau lihat banyak orang, aku masih nggak bisa menahan diri untuk merasa gugup." Pengemudi mobil pertama sudah membawa mobilnya masuk ke tempat parkir bawah tanah dan menghilang. Odelina melihat gadis muda itu yang terlihat sangat gugup. Wajar gugup kalau dia baru mendapatkan SIM-nya. Karena Odelina tidak mengalami apa-apa, dia berkata,"Aku nggak apa-apa, tapi kamu harus lebih hati-hati. Sebaiknya
Mobil berhenti di depan Blanche Hotel.Dia mengambil dua tisu untuk mengusap hidungnya yang baru saja bersin, lalu membuang tisu itu ke tempat sampah di pintu hotel. Setelah itu, dia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel bersama sekretaris dan beberapa anggota tim manajer untuk bertemu dengan klien."Bu Odelina."Para staf Blanche Hotel menyapa Odelina dengan hormat saat melihatnya.Meskipun perempuan itu belum sepenuhnya masuk dalam dunia bisnis di Cianter, tetapi karena dia adalah kakak dari Olivia maka para staf hotel memperlakukannya dengan sangat hormat. Bahkan Ricky yang ada di sini juga bersikap hormat pada perempuan itu.Odelina membalas dengan senyuman tanpa menghentikan langkah kakina. Perempuan itu langsung menuju ruang rapat bersama timnya. Dia sudah mengatur pertemuan dengan klien, tetapi klien belum tiba.Klien tersebut sudah menelepon sebelumnya dan mengatakan bahwa mereka akan tiba dalam beberapa belas menit. Karena Odelina yang ingin bekerja sama dengan or