Felicia langsung menghentikan langkahnya ketika mendengar teriakan Fani lalu menoleh sambil menatap gadis itu selama beberapa saat dan kembali menghampiri Fani. Dia mencondongkan sedikit tubuhnya ke arah Fani lalu berbisik, “Apa gunanya kalau mereka lebih menyayangimu? Bagaimanapun juga, akulah yang akan menjadi pewaris masa depan keluarga ini.”Hal yang paling pertama akan Felicia lakukan setelah menjadi kepala keluarga Gatara adalah menyuruh Fani mengganti nama belakangnya. Felicia tidak akan mengizinkan Fani menggunakan nama keluarga Gatara lagi di dalam namanya. Kemudian Felicia juga akan mengambil kembali semua uang yang Fani dapatkan dari keluarga Gatara lalu mengusir gadis itu dari keluarga ini. Lagi pula, kenapa orang yang sudah menyakitinya masih bisa menikmati kenyamanan dan kekayaan di dalam keluarga Gatara?Orang tua dan saudaranya sudah bersama dengan Fani selama lebih dari 20 tahun, jadi wajar kalau mereka tidak tega untuk melakukan hal sekejam itu pada Fani. Namun, Felic
Apa yang dikatakan Felicia terdengar kejam, tapi memang itulah kenyataannya. Kedudukan Fani dia mata orang-orang kelas atas Cianter memang terjun payung setelah informasi tentang putri asli dan palsu itu menyebar di telinga masyarakat Cianter. Orang-orang yang berteman dan menyanjungnya perlahan mulai menjaga jarak dengannya. Walaupun Fani masih sering bergaul di lingkungan kelas atas Cianter dan masih menjadi kesayangan keluarganya, orang-orang tidak lagi melihatnya sebagai sosok yang sama seperti sebelumnya. Mereka tidak lagi bersikap hormat kepada Fani. Bahkan orang-orang dari keluarga kaya kelas dua Cianter yang sebelumnya selalu mengelilinginya, sekarang mereka sudah berpindah haluan ke arah Felicia.Felicia berdiri tegak lalu kembali berkata, “Puas kamu sekarang? Aku mau masuk ke rumah dulu. Kamu juga jangan selalu bersikap menyebalkan seperti ini padaku. Selain itu, kamu jangan pernah berpikir kalau aku adalah orang lemah yang bisa kamu tindas seenaknya.”Kemudian Felicia berge
Namun, Daniel tidak akan melakukan rehabilitasinya ketika ada Odelina di sana karena dia tidak ingin Odelina melihat dirinya dalam keadaan tidak berdaya. Dia merasa malu kalau sampai Odelina melihat dirinya sedang berada dalam keadaan yang menyedihkan. Russel mengangguk seraya mengiyakan perkataan Olivia lalu dia bertanya, “Kalau begitu, kapan Om Stefan akan keluar?”Olivia mengatakan kalau dia akan menjemput Stefan setelah dia pulang. Kemudian mereka berdua juga akan pergi untuk makan bersama. Jadi, kemungkinan besar Stefan akan pulang lebih awal dari biasanya. Tidak lama kemudian, Russel tiba-tiba menunjuk ke arah seorang laki-laki jangkung yang sedang berjalan ke arah mereka seraya berseru, “Tante, Om Stefan sudah keluar!”Russel buru-buru melepaskan genggamannya dari tangan Olivia lalu menghampiri laki-laki yang baru saja keluar dari gedung perusahaan. Stefan memiliki penglihatan yang cukup baik, jadi dia bisa dengan mudah melihat Olivia dan Russel sedang menunggunya di depan pin
Russel membuka mulutnya hendak membantah perkataan pamannya. Namun, dia tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Jadi, dia hanya bisa kembali menutup mulutnya dengan wajah kesal. Ekspresi Russel tampak sangat menggemaskan sampai Stefan mencium wajah kecil anak itu beberapa kali. Stefan mencium Russel dengan erat yang membuat anak itu mendorong pamannya sambil berkata dengan nada jijik, “Jangan membuat mukaku basah sama air liurnya Om, dong.”“Ini artinya Om sayang banget sama Russel,” balas Stefan tidak peduli yang membuat Russel langsung berhenti berbicara. Russel akhirnya kembali memberontak berusaha melepaskan diri dari Stefan setelah mereka tiba di depan pintu masuk gedung. Stefan melepaskan Russel lalu menaruhnya kembali di atas tanah dan anak laki-laki itu berlari kembali ke arah Olivia.“Tante, Om Stefan membuat wajahku basah dengan air liurnya. Tolong, bantu aku membalasnya,” ujar Russel sambil mengangkat wajahnya ke arah Olivia. “Lagi pula, Om Stefan nggak benar-benar kangen
Namun, Stefan justru berbisik ketika melihat tatapan Olivia, “Olivia, jangan menatapku begitu. Rasanya aku ingin sekali menciummu sekarang.”“Om Stefan ngomong apa sih sama Tante? Kenapa bisik-bisik begitu?” tanya Russel yang merasa diabaikan oleh Stefan dan Olivia.Olivia langsung mendorong Stefan yang tetap berdiri tegak. Stefan pun mengalihkan perhatiannya ke arah Russel lalu membelai kepala anak itu seraya berkata, “Russel, kamu ini benar-benar obat nyamuk, ya.”“Om jangan ngomong begitu. Namaku Russel bukan obat nyamuk!” seru Russel kesal. “Iya, Russel bukan obat nyamuk, kok. Ommu itu memang sangat senang menggodamu,” ujar Olivia sambil menggendong Russel menuju mobil. “Tante, kenapa sih Om Stefan selalu manggil aku obat nyamuk? Aku itu Russel bukan obat nyamuk,” ujar Russel kesal. Stefan membukakan pintu untuk istri dan keponakannya seraya berkata, “Iya, kamu itu Russel bukan obat nyamuk. Om Stefan cuma bercanda, kok. Russel adalah orang yang sangat serius dan nggak bisa diaja
Russel mengangguk seakan dia mengerti apa yang dikatakan Olivia. Padahal dia sama sekali tidak mengerti apa yang tantenya itu katakan kepadanya tentang Liam. Tidak lama kemudian, mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan toko baru milik Odelina. Stefan dengan cepat membuka pintu mobil lalu keluar dari dalam mobil sambil menggendong Russel di dalam pelukannya. Russel bergegas berlari menghampiri Daniel setelah Stefan menurunkannya. Daniel menoleh ke arah Russel yang berlari ke arahnya dengan wajah cemas seraya berseru, “Russel, jangan lari cepat-cepat!”Sebenarnya, dia ingin segera menghampiri Russel dan memeluk anak laki-laki itu. Namun, dia tidak bisa berlari dan hanya bisa mendorong kursi rodanya untuk menghampiri Russel. “Om Daniel!” seru Russel yang berhasil menghampiri Daniel sebelum laki-laki itu sempat mendorong jauh kursi rodanya. Russel sebenarnya ingin memanjat ke dalam pangkuan Daniel, tapi dia langsung mengurungkan niatnya setelah tersadar kalau kaki Daniel belum sem
Daniel langsung memeluk laki-laki kecil itu seraya berkata, “Rasa sakitku sudah nggak separah dulu. Aku hanya merasa sakit ketika berjalan. Lagi pula, Russel cuma duduk dengan tenang dan nggak banyak bergerak di atas pangkuanku.”“Kalau ada yang sakit bilang saja dan nggak usah menahannya,” balas Odelina khawatir lalu menurunkan Russel dari pangkuan Daniel sambil menyapa Olivia dan suaminya. “Kak,” ujar Olivia lalu memeluk kakaknya. “Kita baru beberapa hari nggak bertemu, tapi kenapa sekarang kamu kelihatan berbeda?” tanya Odelina setelah Olivia melepaskan pelukannya. “Memang apanya yang berbeda? Kayaknya nggak ada, deh,” ujar Olivia bingung. “Ma, aku lapar,” ujar Russel tiba-tiba merengek kepada ibunya. Olivia dengan cepat menggendong keponakannya lalu berkata, “Kak, Pak Daniel, kita makan saja sekarang, yuk.”“Oke,” jawab mereka.Kemudian Stefan bergegas berjalan ke belakang Daniel untuk mendorong Daniel menuju mobil diikuti oleh segerombolan pengawal di belakang mereka. “Giman
Olivia mengantar kakaknya sampai ke mobil dan tidak lupa memperingatkan kakaknya untuk berhati-hati yang dibalas oleh Odelina dengan berkata, “Aku yang seharusnya mengatakan itu padamu. Kamu menyetir sangat cepat, jadi kusarankan agar kamu mendengarkan Stefan untuk menggunakan sopir pribadi.”Odelina lebih tua beberapa tahun dari Olivia, jadi dia memiliki sifat yang lebih dewasa dan stabil. Dia menyetir dengan mantap dan penuh perhitungan. Namun, Olivia terkadang suka melajukan mobilnya dengan sangat cepat. Dia sangat menikmati sensasi naiknya adrenalin ketika mobilnya melaju dengan kencang. “Aku suka menyetir sendiri,” ujar Olivia yang dibalas dengan senyuman oleh Odelina. Kedua saudara perempuan itu berpisah di sekolah dan kembali ke toko mereka masing-masing. Pintu toko sudah terbuka ketika Olivia tiba karena Junia sudah datang sejak tadi dan sedang membersihkan rak buku dengan kemoceng. Para siswa sudah masuk kembali ke dalam sekolah yang membuat suasana di dalam toko menjadi sep