Setelah selesai makan siang, Odelina bilang dia hendak pulang untuk istirahat sejenak. Ternyata cukup melelahkan juga selama setengah hari sibuk mencari pekerjaan.Dia tidak mendapatkan pekerjaan apa pun, melainkan mendapatkan sebuah tekanan. Odelina ingin pulang dan memperbaiki surat lamarannya dengan memperluas lingkup kerja yang akan dia cari. Siapa tahu dengan begitu dia bisa mendapatkan pekerjaan.“Kak, aku anterin pulang.”Odelina melihat adik iparnya sekilas dan setelah itu Stefan langsung berkata, “Kak, aku balik kantor dulu.”“Iya, hati-hati di jalan,” ujar Odelina mengingatkan. Setelah adik iparnya telah pergi, dia baru menggendong putranya yang sudah terlelap itu untuk masuk dalam mobil Olivia.“Kalau waktu istirahat Stefan nggak panjang, kamu antar ke kantornya saja. Jadi dia nggak perlu bolak balik dan akhirnya nggak bisa istirahat sama sekali.”“Iya, Kak.”Olivia menghidupkan mesin mobilnya dan melajukan mobilnya. Dia tidak akan pergi ke Adhitama Group lagi. Dia tidak men
“Ilmu bela diri dia nggak begitu hebat, keluarganya di Kota Aldimo sama dengan keluarga Adhitama. Sama-sama merupakan keluarga terkaya nomor satu. Demi keamanan, dia hanya bisa membawa anak buah yang banyak. Kamu juga bukan baru tahu tentang ini kan? Kenapa harus terkejut? Atau kamu iri dengan dia? Kamu juga boleh bawa puluhan anak buah setiap hari.”Reiki tidak perlu anak buah sudah bisa melindungi dirinya sendiri dengan kemampuan yang dia miliki. Apalagi tidak banyak orang yang mengetahui identitas aslinya. Kalau dia membawa anak buah, maka akan terlalu menarik perhatian.Suara ketukan pintu menghentikan obrolan mereka.“Pak, kopi yang Bapak minta.”Sekretarisnya meletakkan kopi yang baru selesai diseduh di hadapan Stefan dengan hati-hati. Setelah sekretarisnya keluar, Reiki langsung menggoda Stefan, “Siang tadi pergi mesra-mesraan sama istri, siangnya sudah nggak ada semangat kerja makanya minum kopi?”Ekspresi Stefan menggelap. Mesra apanya? Dia merasa hubungannya dengan Olivia mun
“Besok Daniel mengajak kita ketemuan di tempat biasa. Anak itu selalu ajak kita ke Restoran Berkah. Aku akui kalau makanan di sana lumayan. Kalau bukan karena sampingnya adalah Avana Coffeehouse dan aku bisa duduk santai di sana, kemungkinan aku malas untuk ke tempat itu.”“Itu tempat yang dulu sering kita kunjungi. Daniel orang yang gemar bernostalgia.”Dulu sebelum mereka memiliki jabatan yang mereka tempati sekarang, disaat Stefan masih tahap pembelajaran dan bukan seorang direktur dan tidak suka memamerkan kekayaan, tempat makan mereka bertiga biasanya adalah restoran menengah ke atas.Avana Coffeehouse merupakan kafe paling bagus di Kota Mambera. Toko-toko yang ada di sekitarnya baik itu toko baju, tempat makan, rata-rata merupakan tingkat menengah ke atas. Kalau terlalu rendah, maka mereka tidak bisa mendapatkan para klien dari Avana Coffeehouse.Orang-orang yang datang ke café tersebut biasanya merupakan orang-orang pengusaha muda. Mereka tidak akan membuat diri mereka sulit. Bi
Setelah dipikir-pikir lagi, dia duduk kembali ke meja makan dan membuka penutup kotak makan itu lagi sambil menghabiskan sarapan tersebut dalam diam. Sejujurnya, hidup bersama dengan Olivia membuatnya merasakan hidup orang-orang normal lainnya. Stefan bisa merasakan makanan yang jarang dia makan atau bahkan tidak pernah dia cicipi sebelumnya.Setelah menghabiskan sarapannya, Stefan melangkah ke arah balkon dan duduk di atas kursi ayunan. Dia menikmati tanaman yang ditanam oleh Olivia hingga jarum jam menunjukkan pukul sebelas siang.Lelaki itu menerima panggilan telepon dari Reiki yang memintanya segera berangkat. Saat itu barulah Stefan masuk ke kamar untuk mengganti pakaian dan bergegas keluar.Stefan memutuskan untuk tidak mengendarai mobil biasa miliknya itu karena mengingat Olivia sedang pergi bersama dengan kakaknya. Kemungkinan untuk saling bertemu sepertinya sangat kecil sekali. Lelaki itu berangkat dengan menggunakan mobil Rolls-Royce miliknya dengan diiringi oleh beberapa mob
Stefan kembali ke tempat duduknya dengan ekspresi tenang seperti tidak terjadi apa pun. Setelah makanan mereka datang, lelaki itu mulai makan dan tidak memedulikan perbincangan kedua temannya. Lelaki itu hanya duduk diam di tempat saja.Dalam kepalanya mulai berputar pemandangan Olivia yang mengambilkan makanan untuk Albert sambil tersenyum lebar.“Stefan, hari ini kamu terlihat aneh.”Daniel menyendokkan makanannya sambil menatap Stefan yang duduk di depannya sambil berkata, “Kenapa kamu makan doang tapi nggak bicara?”Reiki hanya menganggukkan kepalanya menanggapi Daniel. Dengan tenang Stefan berkata, “Aku lapar.”Sarapan tadi dia makan makanan yang tidak dia sukai. Porsinya juga sedikit saja, oleh karena itu dia merasa sangat lapar sekali. Tentu saja ditambah perasaannya yang sedang dalam keadaan tidak baik sehingga dia makan dengan lahap sekali.Olivia mengambil makanan untuk Albert, dia juga tidak mengharapkan perlakuan yang serupa! Memangnya dia ingin? Memangnya dia bisa cemburu?
Meski hanya status saja yang suami istri dan juga menyembunyikan pernikahannya. Daniel juga tidak bersedia. Stefan diam dan tidak berbicara ketika mendengar teman-temannya sedang menertawakan dirinya. Dia hanya sibuk dengan makanannya.“Aku mau ke café nenekku dulu, kalian makan dengan santai saja,” kata Stefan setelah dia kenyang. Lelaki itu mengusap mulutnya dengan tissue dan bangkit berdiri untuk meninggalkan restoran itu.“Kami berdua juga sudah kenyang. Kita temani kamu ke café.”Daniel dan Reiki juga meletakkan sendok makannya dan hendak mengikuti Stefan untuk ke Avana Coffeehouse yang ada di sebelah. Para anak buahnya yang juga sudah kenyang bergegas ikut bangkit ketika melihat majikannya hendak pergi. Mereka mengikuti Stefan dalam diam karena khawatir membuat Olivia mengetahuinya.Albert pernah bertemu dengan Stefan sebelumnya dan mengetahui identitas lelaki itu. Olivia tidak boleh menyadari keberadaan mereka, jika tidak maka identitas majikannya akan terbongkar.Daniel yang be
Olivia sama sekali tidak tahu kalau Stefan sedang makan di sini bersama dengan teman-temannya. Perempuan itu dan Junia serta Albert makan di sana dalam waktu yang cukup panjang. Albert pergi dahulu setelah dia menerima sebuah telepon. Olivia berkata, “Aku dan kakakmu juga sudah kenyang. Aku ke kasir dulu. Albert kamu duluan saja nggak apa-apa, aku dan Junia mau duduk di café samping dulu.”Ketika dia menemani Junia datang ke café tersebut, Olivia jatuh cinta dengan ketenangan yang ada di dalam Avana Coffeehouse. Jalanan di depannya sangat ramai, tetapi karena pemilik Avana Coffeehouse sangat loyal, dia memasang tembok kedap suara di dalam tempat tersebut. Ketika masuk ke dalam café, di dalam tidak akan kedengaran keributan di luar sana.Albert tahu kalau kakak sepupunya juga mengendarai mobil sehingga nanti bisa mengantar Olivia pulang ke rumah dan berkata, “Kak Junia, Kak Olivia, aku duluan ya.”“Iya, hati-hati di jalan ya,” pesan Junia pada adik sepupunya.“Kak, nanti tolong anterin
Reiki dibuat bingung dengan sikap Stefan. Apakah atasannya ini hanya sandiwara saja ketika menyombongkan istrinya ketika di kantor?Akan tetapi Sarah sudah tidak mengurus urusan kantor lagi dan jarang sekali datang ke kantor. Stefan tidak perlu bersandiwara di hadapannya. Sudahlah, urusan pribadi Stefan biarkan lelaki itu yang menyelesaikannya saja. Mereka sebagai teman baiknya hanya perlu menonton saja.Dua jam kemudian jarum jam sudah menunjukkan pukul tiga. Olivia melirik jam tangannya dan berkata, “Junia, kita balik saja. Aku harus ke rumah kakakku dulu.”“Oke!”Junia juga ikut melihat jam tangannya dan setuju dengan ajakan pulang Olivia.“Nanti kita ke supermarket sebentar, aku mau beli buah dan mainan. Aku ikut kamu pergi ke rumah Kak Odelina. Aku nggak mau pulang dan melihat muka cemberut mamaku.”“Siapa suruh kamu yang pingsan di acara? Siapa suruh kamu yang mempermalukan dirimu sendiri dan juga tante kamu? Nggak heran kalau mama kamu marah,” kata Olivia sambil terkekeh.Junia
Olivia tersenyum, "Anak-anak memang seperti itu. Dalam hidup ini, masa yang paling bahagia dan tanpa beban adalah masa kanak-kanak. Saat mereka bertambah besar dan mulai bersekolah, mereka akan menghadapi tekanan belajar dan nggak bisa lagi sebebas dan seceria sekarang." Mulan mengangguk setuju. "Itu benar, aku bahkan ingin kembali ke masa kecil. Waktu masih jadi anak kecil, rasanya sangat menyenangkan." Saat kecil, dia adalah anak kesayangan di keluarganya. Semua orang memanjakannya, bahkan lebih bahagia dibandingkan anak angkat mereka. Liam harus belajar ilmu medis dan seni bela diri. Sementara sebelum masuk sekolah dasar, Mulan hanya bermain sepanjang waktu. Olivia berkata padanya, "Ucapanmu itu sebaiknya jangan terlalu keras, jangan sampai Yose mendengarnya. Nanti dia malah mengira kamu merasa nggak bahagia setelah menikah dengannya, lalu dia akan memikirkan berbagai cara untuk membuatmu senang." Mulan secara refleks menoleh ke arah Yose. Seolah memiliki telepati, lelaki itu j
Anak perempuan memang sangat menggemaskan. Anak perempuan juga lebih patuh dibandingkan anak laki-laki, tidak terlalu nakal. Ibu mertuanya berkata, “Bukannya bilang nggak mau punya anak kedua? Kalau mau lagi, sebaiknya tunggu beberapa tahun lagi. Nanti setelah Tiano masuk taman kanak-kanak, baru kalian coba punya anak kedua.” Dia tidak mempermasalahkan berapa banyak anak yang ingin dimiliki oleh menantunya. Tidak ikut campur, tidak mendesak mereka untuk memiliki anak. Anak-anaknya sudah dewasa, mereka punya pemikiran sendiri. Asalkan mereka tahu apa yang mereka lakukan, itu sudah cukup. Selama anak-anaknya merasa bahagia, dia tidak peduli apakah mereka menikah atau tidak, memiliki anak atau tidak, dan berapa banyak anak yang ingin mereka miliki.“Ya, sekarang belum saatnya memiliki anak lagi. Sekarang pun aku nggak ada waktu untuk hamil dan melahirkan,” kata Kellin. Dia teringat bahwa malam ini dia harus berangkat ke Mambera, menemani Setya ke Cianter. Setiap hari dia sibuk ke san
Kellin tersenyum dan berkata, "Archie, Tante Kelli nggak bisa menggendong kamu, duduk saja dulu dan mainkan mainanmu." Archie yang sudah mengulurkan tangan tetapi tidak digendong langsung tidak senang dan mulai berteriak ke arah Kellin. "Wah, sekarang kalau nggak digendong, sudah bisa protes, ya?" Kellin tertawa, lalu melepaskan satu tangan dan meraih pinggang Archie, menggendongnya juga. Begitu digendong, bocah itu melihat adiknya masih memegang mainan di tangannya. Dengan sikap dominan, dia langsung mengulurkan tangan untuk merebutnya. Audrey menggenggam erat mainannya, tidak membiarkan kakaknya merebutnya. Archie tetap berusaha merebut, tetapi Audrey lebih kuat. Dia menarik mainannya kembali dengan sekuat tenaga, lalu langsung mengayunkannya ke arah kakaknya. Archie yang terkena pukulan beberapa kali dengan mainan itu, langsung merengut, matanya memerah, bersiap untuk menangis keras-keras. "Bibi, cepat gendong Archie, dia mau menangis!" Kellin paling takut jika anak-anak menan
Di mata ibu mertuanya, Kellin mungkin terkenal suka menggigit orang dan yang paling sering digigitnya adalah anak kecil. Siapa suruh kulit bayi begitu halus dan lembut? Melihatnya saja sudah membuat orang ingin menggigit, dan kalau sudah tidak bisa menahan diri, ya benar-benar menggigit. Kellin pun mengikuti ibu mertuanya masuk ke dalam rumah. "Ma, kapan guruku dan yang lainnya sampai?" "Mereka sudah datang. Yose dan adiknya keluar untuk menjemput mereka," jawab Wanita itu. Kellin mengangguk, lalu merasa lega saat melihat anaknya sudah berhenti menangis. Dia takut anaknya masih menangis saat gurunya masuk ke dalam rumah nanti. "Lain kali jangan sering-sering menggigit Tiano," ujar mertuanya."Kalau memang nggak bisa menahan diri, setidaknya jangan gigit terlalu keras. Kulit bayi masih lembut, meskipun hanya digigit pelan, tetap akan memerah cukup lama. Lagi pula, dia anakmu sendiri, apa kamu nggak kasihan sama dia? Sering menggigit seperti ini, seperti harimau saja." "Waktu hamil
Kellin tertawa kecil sambil mencubit lembut pipi anaknya, "Maunya selalu digendong. Siapa yang punya waktu untuk terus menggendongmu? Semua gara-gara papamu yang terlalu memanjakanmu, waktu di masa nifas selalu menggendongmu." Saat pertama kali menjadi ayah, setiap kali anaknya menangis, Jhon langsung menggendongnya. Akibatnya, Tiano jadi terbiasa digendong, sehingga begitu lepas dari pelukan orang dewasa, ia mudah terkejut dan menangis. "Belum lagi kakekmu juga sangat memanjakanmu. Dia yang paling menyayangimu." Tiano tersenyum pada ibunya. Melihat senyum anaknya, hati Kellin menjadi luluh. Dia pun mencium pipi anaknya yang halus. Merasa kulit anaknya begitu lembut, dia tidak tahan untuk menggigitnya sedikit. Menurutnya, dia menggigit dengan sangat pelan. Namun, sesaat kemudian, anaknya cemberut lalu menangis keras. "Dasar bocah, Mama cuma menggigitmu sedikit saja. Siapa suruh kulitmu begitu halus dan lembut? Mama jadi nggak bisa menahan diri. Lagipula Mama nggak menggigitmu denga
Kellin mengambil putranya yang terus menangis dari pelukan pengasuh dan bertanya, "Apa dia buang air?" "Nggak, baru saja diganti popoknya." "Dia juga baru saja makan, lalu kenapa menangis lagi? Ribut sekali, siang menangis, malam pun menangis. Nggak bisakah dia sedikit tenang?" Kellin menggendong putranya sambil menenangkannya, lalu bertanya kepada pengasuh, "Papanya di mana?" "Pak Jhon mungkin ada di tempat Pak Yose."Karena Dokter Panca dan beberapa tamu termasuk Olivia hari ini datang, maka Yose dan saudaranya tidak pergi ke kantor dan tetap di vila untuk menunggu para tetua. Kellin pun berkata kepada pengasuh, "Baiklah, aku akan membawanya bermain dengan kakak-kakaknya." Meskipun kakak-kakak Tiano juga masih anak-anak, mereka sering berkumpul dan saling menatap. Terkadang juga menangis bersama, tetapi lebih sering bermain bersama.Namun, karena Tiano lebih kecil beberapa bulan dari mereka, dia belum bisa duduk dan hanya bisa berbaring di tempat tidurnya. Bocah itu tidak bisa
"Benar, Kakek Setya, menunggu satu atau dua hari lagi juga nggak masalah. Bagaimana kalau kami menemani Kakek jalan-jalan?" Aldi ikut menimpali perkataan ibunya. Bahkan Elang juga berkata, "Kakek, Tante Yuna benar. Sudah menunggu selama puluhan tahun, menunggu satu atau dua hari lagi juga nggak ada bedanya. Yang terpenting adalah kesehatanmu. Kellin mungkin akan tiba malam ini." "Sejak melahirkan, dia selalu ingin pergi ke luar. Katanya anaknya suka menangis dan rewel." Elang tertawa, "Tiano mirip sekali dengan Kellin saat kecil, suka menangis dan rewel." "Tapi kenapa aku ingat waktu Kellin kecil sangat mudah diurus?" Kenangan Setya tentang Kellin saat kecil berhenti pada usia dua atau tiga tahun. Pada usia itu, Kellin tidak banyak menangis dan sangat penurut. Ingatannya juga luar biasa, dia bisa mengingat segala sesuatu yang diajarkan kepadanya meskipun belum bisa menguasainya sepenuhnya. Setelah mengingatnya, dia akan mencerna dan memahaminya sendiri perlahan-lahan. Elang yang
Olivia merupakan menantu paling tua di keluarga Adhitama. Ibu kandung Olivia, Reni, adalah putri kedua dari kepala keluarga Gatara yang sebelumnya. Kelak, Odelina akan menjadi menantu keempat keluarga Lumanto. Perempuan itu memiliki status dan kedudukan yang sama dengan Olivia. Keluarga Sanjaya juga memiliki hubungan dengan keluarga Gatara karena Yuna, adalah putri sulung dari kepala keluarga Gatara sebelumnya. Oleh karena itu, keluarga Adhitama, keluarga Sanjaya, dan keluarga Lumanto adalah tiga keluarga yang bersedia dijaga hubungannya oleh Organisasi Lima Kaisar dalam jangka panjang. Semua ini berkat pengaruh Setya. Elang sebelumnya tidak memiliki hubungan dengan ketiga keluarga ini. Namun, setelah gurunya datang ke Mambera, dia telah menyelidiki semua keluarga besar di sana dan mengetahui bahwa empat keluarga tersebut menguasai Mambera. Umumnya, tidak ada yang berani menyinggung mereka. Para pemimpin dari empat keluarga besar itu juga mampu mengendalikan anggota keluarganya, me
“Dokter Panca bilang, dia akan mengatur agar Dokter Dharma datang dan menemani kita pergi ke Cianter,” kata Yuna. “Dengan adanya Dokter Dharma bersama kita, setidaknya kita bisa lebih tenang,” lanjutnya. Setya sudah sangat tua. Perjalanan jauh membuat semua orang khawatir dan takut jika sewaktu-waktu napasnya tersendat, dia akan langsung pergi begitu saja. Dengan kehadiran Dokter Dharma atau Dokter Panca, mereka bisa merasa lebih lega. “Dokter Dharma sering bepergian untuk mengobati orang. Kalau dia pergi selama beberapa hari, Olivia juga nggak akan curiga,” lanjut Yuna. “Kalau saja Olivia nggak sedang hamil, kami juga nggak perlu menyembunyikan ini darinya.” “Bayinya lebih penting, lebih baik kita merahasiakannya,” kata Setya, yang juga setuju untuk menyembunyikan ini dari Olivia. Apalagi setelah mengetahui bahwa Olivia baru bisa hamil setelah satu tahun menikah. Kehamilan ini tidak mudah baginya, ditambah lagi dengan tekanan besar yang dia hadapi. Jika perempuan itu tahu bahwa s