“Besok Daniel mengajak kita ketemuan di tempat biasa. Anak itu selalu ajak kita ke Restoran Berkah. Aku akui kalau makanan di sana lumayan. Kalau bukan karena sampingnya adalah Avana Coffeehouse dan aku bisa duduk santai di sana, kemungkinan aku malas untuk ke tempat itu.”“Itu tempat yang dulu sering kita kunjungi. Daniel orang yang gemar bernostalgia.”Dulu sebelum mereka memiliki jabatan yang mereka tempati sekarang, disaat Stefan masih tahap pembelajaran dan bukan seorang direktur dan tidak suka memamerkan kekayaan, tempat makan mereka bertiga biasanya adalah restoran menengah ke atas.Avana Coffeehouse merupakan kafe paling bagus di Kota Mambera. Toko-toko yang ada di sekitarnya baik itu toko baju, tempat makan, rata-rata merupakan tingkat menengah ke atas. Kalau terlalu rendah, maka mereka tidak bisa mendapatkan para klien dari Avana Coffeehouse.Orang-orang yang datang ke café tersebut biasanya merupakan orang-orang pengusaha muda. Mereka tidak akan membuat diri mereka sulit. Bi
Setelah dipikir-pikir lagi, dia duduk kembali ke meja makan dan membuka penutup kotak makan itu lagi sambil menghabiskan sarapan tersebut dalam diam. Sejujurnya, hidup bersama dengan Olivia membuatnya merasakan hidup orang-orang normal lainnya. Stefan bisa merasakan makanan yang jarang dia makan atau bahkan tidak pernah dia cicipi sebelumnya.Setelah menghabiskan sarapannya, Stefan melangkah ke arah balkon dan duduk di atas kursi ayunan. Dia menikmati tanaman yang ditanam oleh Olivia hingga jarum jam menunjukkan pukul sebelas siang.Lelaki itu menerima panggilan telepon dari Reiki yang memintanya segera berangkat. Saat itu barulah Stefan masuk ke kamar untuk mengganti pakaian dan bergegas keluar.Stefan memutuskan untuk tidak mengendarai mobil biasa miliknya itu karena mengingat Olivia sedang pergi bersama dengan kakaknya. Kemungkinan untuk saling bertemu sepertinya sangat kecil sekali. Lelaki itu berangkat dengan menggunakan mobil Rolls-Royce miliknya dengan diiringi oleh beberapa mob
Stefan kembali ke tempat duduknya dengan ekspresi tenang seperti tidak terjadi apa pun. Setelah makanan mereka datang, lelaki itu mulai makan dan tidak memedulikan perbincangan kedua temannya. Lelaki itu hanya duduk diam di tempat saja.Dalam kepalanya mulai berputar pemandangan Olivia yang mengambilkan makanan untuk Albert sambil tersenyum lebar.“Stefan, hari ini kamu terlihat aneh.”Daniel menyendokkan makanannya sambil menatap Stefan yang duduk di depannya sambil berkata, “Kenapa kamu makan doang tapi nggak bicara?”Reiki hanya menganggukkan kepalanya menanggapi Daniel. Dengan tenang Stefan berkata, “Aku lapar.”Sarapan tadi dia makan makanan yang tidak dia sukai. Porsinya juga sedikit saja, oleh karena itu dia merasa sangat lapar sekali. Tentu saja ditambah perasaannya yang sedang dalam keadaan tidak baik sehingga dia makan dengan lahap sekali.Olivia mengambil makanan untuk Albert, dia juga tidak mengharapkan perlakuan yang serupa! Memangnya dia ingin? Memangnya dia bisa cemburu?
Meski hanya status saja yang suami istri dan juga menyembunyikan pernikahannya. Daniel juga tidak bersedia. Stefan diam dan tidak berbicara ketika mendengar teman-temannya sedang menertawakan dirinya. Dia hanya sibuk dengan makanannya.“Aku mau ke café nenekku dulu, kalian makan dengan santai saja,” kata Stefan setelah dia kenyang. Lelaki itu mengusap mulutnya dengan tissue dan bangkit berdiri untuk meninggalkan restoran itu.“Kami berdua juga sudah kenyang. Kita temani kamu ke café.”Daniel dan Reiki juga meletakkan sendok makannya dan hendak mengikuti Stefan untuk ke Avana Coffeehouse yang ada di sebelah. Para anak buahnya yang juga sudah kenyang bergegas ikut bangkit ketika melihat majikannya hendak pergi. Mereka mengikuti Stefan dalam diam karena khawatir membuat Olivia mengetahuinya.Albert pernah bertemu dengan Stefan sebelumnya dan mengetahui identitas lelaki itu. Olivia tidak boleh menyadari keberadaan mereka, jika tidak maka identitas majikannya akan terbongkar.Daniel yang be
Olivia sama sekali tidak tahu kalau Stefan sedang makan di sini bersama dengan teman-temannya. Perempuan itu dan Junia serta Albert makan di sana dalam waktu yang cukup panjang. Albert pergi dahulu setelah dia menerima sebuah telepon. Olivia berkata, “Aku dan kakakmu juga sudah kenyang. Aku ke kasir dulu. Albert kamu duluan saja nggak apa-apa, aku dan Junia mau duduk di café samping dulu.”Ketika dia menemani Junia datang ke café tersebut, Olivia jatuh cinta dengan ketenangan yang ada di dalam Avana Coffeehouse. Jalanan di depannya sangat ramai, tetapi karena pemilik Avana Coffeehouse sangat loyal, dia memasang tembok kedap suara di dalam tempat tersebut. Ketika masuk ke dalam café, di dalam tidak akan kedengaran keributan di luar sana.Albert tahu kalau kakak sepupunya juga mengendarai mobil sehingga nanti bisa mengantar Olivia pulang ke rumah dan berkata, “Kak Junia, Kak Olivia, aku duluan ya.”“Iya, hati-hati di jalan ya,” pesan Junia pada adik sepupunya.“Kak, nanti tolong anterin
Reiki dibuat bingung dengan sikap Stefan. Apakah atasannya ini hanya sandiwara saja ketika menyombongkan istrinya ketika di kantor?Akan tetapi Sarah sudah tidak mengurus urusan kantor lagi dan jarang sekali datang ke kantor. Stefan tidak perlu bersandiwara di hadapannya. Sudahlah, urusan pribadi Stefan biarkan lelaki itu yang menyelesaikannya saja. Mereka sebagai teman baiknya hanya perlu menonton saja.Dua jam kemudian jarum jam sudah menunjukkan pukul tiga. Olivia melirik jam tangannya dan berkata, “Junia, kita balik saja. Aku harus ke rumah kakakku dulu.”“Oke!”Junia juga ikut melihat jam tangannya dan setuju dengan ajakan pulang Olivia.“Nanti kita ke supermarket sebentar, aku mau beli buah dan mainan. Aku ikut kamu pergi ke rumah Kak Odelina. Aku nggak mau pulang dan melihat muka cemberut mamaku.”“Siapa suruh kamu yang pingsan di acara? Siapa suruh kamu yang mempermalukan dirimu sendiri dan juga tante kamu? Nggak heran kalau mama kamu marah,” kata Olivia sambil terkekeh.Junia
Dengan terkejut Junia bertanya, “Benarkah? Kabar tentang Lotus Residence yang menjadi tempat tinggal tingkat tinggi ternyata beneran? Nggak nyangka ada orang yang bawa Rolls-Royce! Kenapa orang itu nggak tinggal di vila saja?”“Kata Pak Stefan kemungkinan anaknya sekolah di daerah sekitar sana makanya mereka memilih untuk beli rumah di Lotus Residence. Tujuannya biar anaknya lebih mudah waktu berangkat sekolah. Siapa yang tahu kalau rumahnya ada banyak vila?”“Benar juga. Ayo, kita ke supermarket dulu. Oh iya, Nenek Sarah bukannya bilang mau datang?”“Nggak jadi lagi.”“Kenapa?”“Pemilik rumah nggak setuju.”Junia terdiam mendengar jawaban Olivia. Bukankah pemilik rumah Olivia adalah Stefan? Dia cucu kandung Nenek Sarah. Kenapa cucunya tidak mengizinkan neneknya datang? Benar-benar tidak berbakti!Mereka berdua masuk ke mobil Junia dan meninggalkan Avana Coffeehouse. Sesaat kemudian mereka tiba di sebuah supermarket besar dan berkeliling di sana. Junia dan Olivia keluar dari dalam samb
Olivia dan Junia pergi bersama ke rumah Odelina. Begitu Olivia turun dari mobil, dia melihat sebuah mobil yang dikenalnya. Wajahnya seketika menegang.“Ada apa?” tanya Junia.“Mobil kakak ipar kakakku diparkir di sini. Dia pasti datang untuk cari masalah dengan kakakku lagi. Kakak iparnya itu paling menyebalkan di antara semua orang yang menyebalkan. Dia bisa bersaing dengan keluargaku di kampung.”Usai mendengar perkataan Olivia, Junia langsung berkata, “Ayo cepat naik ke atas. Kalau dia berani tindas Kak Odelina, kita kerja sama untuk usir dia.”Namun, Olivia sudah pergi sambil membawa barang-barang. Junia pun segera menyusulnya. Benar saja, keluarganya Roni datang. Orang yang datang masih Shella dan ibunya.Mereka datang untuk membujuk Odelina pergi ke rumah mereka dan menjemput Roni pulang. Roni kembali ke rumah orang tuanya, tapi dia makan di rumah kakaknya. Karena orang tuanya menjaga anak-anak dan memasak di rumah Shella.Untung saja, rumah orang tua Roni sangat dekat dengan rum