Olivia sama sekali tidak tahu kalau Stefan sedang makan di sini bersama dengan teman-temannya. Perempuan itu dan Junia serta Albert makan di sana dalam waktu yang cukup panjang. Albert pergi dahulu setelah dia menerima sebuah telepon. Olivia berkata, “Aku dan kakakmu juga sudah kenyang. Aku ke kasir dulu. Albert kamu duluan saja nggak apa-apa, aku dan Junia mau duduk di café samping dulu.”Ketika dia menemani Junia datang ke café tersebut, Olivia jatuh cinta dengan ketenangan yang ada di dalam Avana Coffeehouse. Jalanan di depannya sangat ramai, tetapi karena pemilik Avana Coffeehouse sangat loyal, dia memasang tembok kedap suara di dalam tempat tersebut. Ketika masuk ke dalam café, di dalam tidak akan kedengaran keributan di luar sana.Albert tahu kalau kakak sepupunya juga mengendarai mobil sehingga nanti bisa mengantar Olivia pulang ke rumah dan berkata, “Kak Junia, Kak Olivia, aku duluan ya.”“Iya, hati-hati di jalan ya,” pesan Junia pada adik sepupunya.“Kak, nanti tolong anterin
Reiki dibuat bingung dengan sikap Stefan. Apakah atasannya ini hanya sandiwara saja ketika menyombongkan istrinya ketika di kantor?Akan tetapi Sarah sudah tidak mengurus urusan kantor lagi dan jarang sekali datang ke kantor. Stefan tidak perlu bersandiwara di hadapannya. Sudahlah, urusan pribadi Stefan biarkan lelaki itu yang menyelesaikannya saja. Mereka sebagai teman baiknya hanya perlu menonton saja.Dua jam kemudian jarum jam sudah menunjukkan pukul tiga. Olivia melirik jam tangannya dan berkata, “Junia, kita balik saja. Aku harus ke rumah kakakku dulu.”“Oke!”Junia juga ikut melihat jam tangannya dan setuju dengan ajakan pulang Olivia.“Nanti kita ke supermarket sebentar, aku mau beli buah dan mainan. Aku ikut kamu pergi ke rumah Kak Odelina. Aku nggak mau pulang dan melihat muka cemberut mamaku.”“Siapa suruh kamu yang pingsan di acara? Siapa suruh kamu yang mempermalukan dirimu sendiri dan juga tante kamu? Nggak heran kalau mama kamu marah,” kata Olivia sambil terkekeh.Junia
Dengan terkejut Junia bertanya, “Benarkah? Kabar tentang Lotus Residence yang menjadi tempat tinggal tingkat tinggi ternyata beneran? Nggak nyangka ada orang yang bawa Rolls-Royce! Kenapa orang itu nggak tinggal di vila saja?”“Kata Pak Stefan kemungkinan anaknya sekolah di daerah sekitar sana makanya mereka memilih untuk beli rumah di Lotus Residence. Tujuannya biar anaknya lebih mudah waktu berangkat sekolah. Siapa yang tahu kalau rumahnya ada banyak vila?”“Benar juga. Ayo, kita ke supermarket dulu. Oh iya, Nenek Sarah bukannya bilang mau datang?”“Nggak jadi lagi.”“Kenapa?”“Pemilik rumah nggak setuju.”Junia terdiam mendengar jawaban Olivia. Bukankah pemilik rumah Olivia adalah Stefan? Dia cucu kandung Nenek Sarah. Kenapa cucunya tidak mengizinkan neneknya datang? Benar-benar tidak berbakti!Mereka berdua masuk ke mobil Junia dan meninggalkan Avana Coffeehouse. Sesaat kemudian mereka tiba di sebuah supermarket besar dan berkeliling di sana. Junia dan Olivia keluar dari dalam samb
Olivia dan Junia pergi bersama ke rumah Odelina. Begitu Olivia turun dari mobil, dia melihat sebuah mobil yang dikenalnya. Wajahnya seketika menegang.“Ada apa?” tanya Junia.“Mobil kakak ipar kakakku diparkir di sini. Dia pasti datang untuk cari masalah dengan kakakku lagi. Kakak iparnya itu paling menyebalkan di antara semua orang yang menyebalkan. Dia bisa bersaing dengan keluargaku di kampung.”Usai mendengar perkataan Olivia, Junia langsung berkata, “Ayo cepat naik ke atas. Kalau dia berani tindas Kak Odelina, kita kerja sama untuk usir dia.”Namun, Olivia sudah pergi sambil membawa barang-barang. Junia pun segera menyusulnya. Benar saja, keluarganya Roni datang. Orang yang datang masih Shella dan ibunya.Mereka datang untuk membujuk Odelina pergi ke rumah mereka dan menjemput Roni pulang. Roni kembali ke rumah orang tuanya, tapi dia makan di rumah kakaknya. Karena orang tuanya menjaga anak-anak dan memasak di rumah Shella.Untung saja, rumah orang tua Roni sangat dekat dengan rum
Russel tidak bilang kangen, juga tidak bilang tidak kangen. Anak itu hanya berkata, “Papa pergi kerja.”Russel selalu ikut ibu dan tantenya. Ayah adalah orang yang bisa dia temui hanya di akhir pekan. Biasanya ketika dia bangun, ayahnya sudah pergi bekerja. Saat dia tidur di malam hari, ayahnya masih belum pulang.Perasaan Russel terhadap ayahnya benar-benar tidak mendalam. Sekalipun ayahnya berada di rumah, ayahnya juga tidak terlalu sering bermain dengannya. Ayahnya lebih banyak bermain dengan ponselnya.“Odelina, kamu lihat. Russel sudah nggak bertemu dengan papanya selama beberapa hari. Dia jadi cuek dengan papanya. Ini nggak baik untuk pertumbuhan anak. Anak laki-laki nggak boleh kehilangan kasih sayang papa selama pertumbuhannya. Banyak hal yang harus diajarkan oleh papanya.”Ibunya Roni awalnya mengira cucunya akan mengatakan kalau dia kangen ayahnya. Dengan begitu, ibunya Roni dapat memanfaatkan Russel untuk membuat Odelina mengalah demi anak. Siapa sangka, cucunya itu tidak me
Olivia meletakkan barang-barang yang dibawanya ke atas meja. Kemudian, dia baru menggendong Russel dan bertanya dengan lembut, “Russel lagi makan bubur, ya?”Russel mengangguk, “Aku lagi makan bubur.”“Jadi, sudah kenyang, belum?”Russel menggosok perutnya dan berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepalanya. Dia merasa belum makan nasi, perutnya masih agak lapar.Oliva tersenyum, lalu duduk di depan sofa. Kemudian, dia mengambil bubur yang tersisa setengah mangkuk dari kakaknya dan bertanya, “Tante yang suapin Russel boleh, nggak?”“Boleh.”Junia menyapa Odelina, lalu dia juga meletakkan barang bawaannya ke atas meja. Dia hanya mengangguk kepada Shella dan ibunya, sebagai salam.Setelah Olivia membantunya menyuapi anaknya, Odelina berbalik dan berkata kepada ibu mertua serta kakak iparnya, “Aku nggak akan pergi jemput Roni pulang. Kalau dia mau pulang, pulang saja sendiri. Kalau nggak mau pulang, aku hanya bisa minta Mama dan Kak Shella bantu urus dia.”Roni bahkan meminta Odelina menge
Setelah disergah Odelina seperti itu, ibunya Roni membuka mulutnya seperti hendak mengatakan sesuatu tapi mulutnya tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.Bagaimanapun, dia yang menyarankan anak dan menantunya menggunakan sistem patungan dalam kehidupan rumah tangga mereka. Dia juga tahu sekalipun tidak ada sistem patungan, Roni juga tidak menyerahkan uangnya untuk dikelola Odelina.“Ayo kita pergi, Ma.”Shella tidak senang dengan sikap Odelina, dia pun tidak membiarkan ibunya terus berbicara. Karena itu, dia mengajak ibunya pergi. Sebelum pergi, dia masih sempat melihat barang-barang yang dibawa Olivia dan Junia.Setelah turun ke bawah, Shella baru berkata pada ibunya, “Ma, menurut Mama suami Olivia kerja di perusahaan besar dan punya gaji yang sangat tinggi, nggak? Sejak Olivia nikah sama pria itu, dia selalu bawa banyak barang datang ke sini. Tadi aku lihat sekilas. Buah-buahan yang dia beli semuanya mahal-mahal, loh.”“Ada durian, ada ceri. Semuanya mahal-mahal, deh. Satu durian s
“Aku masih agak khawatir. Sekarang Roni selalu menuruti kemauan Yenny. Perempuan itu licik juga, sampai sekarang dia belum pernah tidur dengan Roni. Semakin nggak bisa mendapatkannya, semakin Roni ingin mendapatkannya. Dia sengaja memancing nafsu Roni sampai tinggi-tinggi.”“Setelah mereka berdua menikah, gaji Roni serahkan ke dia, maka hidup kita akan jadi sulit.”Shella memikirkan biaya hidup yang Roni berikan kepada orang tua mereka setiap bulan, biasanya digunakan lagi untuk mengurus keluarga kecil Shella. Dia pun mendapat banyak keuntungan. Oleh karena itu, dia tidak akan membiarkan keuntungan itu diambil semua oleh adik ipar barunya. Makanya dia hanya bisa berkata, “Lupakan saja, itu urusan Roni dan Odelina. Biar mereka berdua urus sendiri.”“Selama Roni bisa terus sembunyikan hal ini dan nggak akan ketahuan sama Odelina, aku juga malas urus masalah ini. Pria memang nggak ada yang bisa dipercaya. Begitu sudah mampu, pasti punya perempuan lain di luar.”Ibunya Roni justru merasa p