Yenny telah dibawa pergi oleh polisi. Pada dasarnya dia masih harus menjalankan hukuman di penjara. Namun, dia bisa menjalani hukumannya di luar penjara karena dia dalam kondisi hamil. Sekarang dia telah keguguran, ditambah lagi dia menikam orang lain dengan pisau, kejahatan yang dia lakukan pun bertambah.Seandainya pada akhirnya Roni tidak selamat, maka Yenny sudah melakukan pembunuhan. Jika Yenny diadili lagi, kemungkinan dia tidak akan bisa lolos dari hukuman mati.Odelina ingin pergi ke unit rawat inap untuk mencari Daniel dan Yanti. Namun, Odelina menerima telepon dari Yanti yang memberitahunya kalau mereka telah kembali ke bangsal. Oleh karena itu, Odelina langsung pergi ke kamar Daniel.“Bu Odelina, akhirnya Ibu kembali juga. Den Daniel mengamuk lagi, sampai lempar-lempar barang. Semua barang yang bisa diambilnya sudah dilempar.”Begitu Odelina muncul, pengawal keluarga Lumanto segera memberitahunya kalau Daniel mengamuk lagi.“Kenapa Pak Daniel mengamuk lagi?”Odelina bertanya
Daniel langsung mendesak Odelina untuk membantunya mengurus prosedur pemulangan pasien.Dokter spontan mengumpat dalam hati. Daniel buat masalah seperti ini setiap hari, buat mereka para dokter dan perawat lelah dan kesal. Pulang lebih awal juga tidak akan berdampak terlalu besar. Kalau mau keluar ya keluar saja.Keluarga Lumanto memiliki banyak uang, juga memiliki dokter pribadi. Setelah Daniel keluar dari rumah sakit, keluarga Lumanto juga akan merekrut tim medis profesional untuk merawatnya.“Dok, Daniel benar-benar boleh keluar dari rumah sakit?” tanya Yanti yang khawatir putranya akan kenapa-kenapa setelah keluar dari rumah sakit.“Pak Daniel bersikeras untuk keluar dari rumah sakit, kalau begitu biarkan saja dia keluar. Pulang ke rumah dan banyak istirahat, mungkin suasana hatinya akan lebih baik. Begitu suasana hatinya membaik, dia juga akan lebih cepat pulih.”Karena dokter telah berkata demikian, Yanti pun meminta pengawal untuk masuk dan membersihkan kamar. Dia dan suaminya p
Stefan menatap Odelina dan melihat kakak iparnya itu mengangguk. Setelah itu, dia baru memberi selamat kepada Daniel.“Daniel, selamat atas kesembuhanmu dan sudah boleh keluar dari rumah sakit. Kalau begitu, aku datang ke sini kebetulan banget, bisa sekalian jemput kamu pulang.”Daniel berkata, “Mau ke mana pun tetap saja aku hanya bisa baring. Lagi pula, sekarang aku nggak perlu diinfus lagi. Pulang dan baring di rumah, suasana hatiku juga bisa jadi lebih baik.”Kalau bisa, Daniel tidak akan pernah mau pergi ke rumah sakit seumur hidupnya.“Om Daniel sudah sembuh?” Russel berjalan ke sisi Daniel dan bertanya dengan prihatin.“Hari ini Om sudah boleh keluar dari rumah sakit,” kata Daniel.Daniel menarik Russel lebih dekat lalu menggendongnya. Dia ingin Russel duduk di pangkuannya, tapi Russel malah meronta ingin turun. Si kecil yang pengertian langsung berkata, “Nanti kaki Om Daniel sakit, aku nggak boleh duduk di kaki Om Daniel.”Russel masih ingat ibunya pernah bilang kalau kaki Dani
“Pasti akan membaik.”Stefan menyemangati sahabatnya, “Daniel, kamu orang yang sangat kuat dan percaya diri. Percayalah pada dirimu sendiri. Selama kamu terus jalani rehabilitasi, kamu pasti akan pulih. Dokter juga bilang kamu punya peluang besar untuk sembuh.”Daniel diam seribu bahasa. Dokter hanya mengatakan kalau dia ada kemungkinan untuk sembuh. Akan tetapi, dokter tidak bilang kalau dia pasti akan sembuh seperti sedia kala.“Om Daniel, semangat!”Russel sudah dapat memahami percakapan orang dewasa. Dia tiba-tiba melambaikan tangannya kepada Daniel dan menyemangatinya. Daniel pun mengelus kepala Russel dengan penuh kasih sayang.Stefan berkata, “Kak Odelina sudah beli sebuah restoran baru dan sedang direnovasi, renovasi sedikit-sedikit. Sebentar lagi sudah bisa dibuka. Daniel, kamu lihat kakak iparku kerja begitu keras. Kamu juga nggak boleh menyerah.”“Makan Sepuasnya nggak buka lagi?”Odelina tidak pernah memberitahu Daniel tentang urusan bisnisnya, Daniel juga tidak pernah bert
Stefan menghela napas dan berkata, “Daniel, memangnya kamu nggak bisa bertahan jalani rehabilitasi dan cepat-cepat sembuh demi Kak Odelina? Kamu benar-benar ingin lihat Kak Odelina didekati pria lain?”“Kalau kamu benar-benar berpikir seperti itu, aku akan bilang sama nenekku. Nenekku akan kenalkan beberapa pria baik padanya dan suruh mereka bertemu dulu. Kalau ada yang cocok, Oliv dan aku, sebagai keluarga Kak Odelina pasti akan buat Kak Odelina memiliki pernikahan yang megah.”Wajah Daniel seketika menjadi pucat. Dia masih peduli pada Odelina, amat sangat peduli. Roni mengalami kecelakaan dan nyawanya mungkin dalam bahaya. Odelina pergi jenguk Roni saja dia cemburu, sampai berteriak-teriak ingin keluar dari rumah sakit lebih awal karena dia tidak ingin Odelina jenguk mantan suaminya setiap hari.Sarah juga pernah bilang ada beberapa pria baik yang cocok untuk Odelina. Jika Daniel benar-benar melepaskannya, Sarah pasti akan mengenalkan pria lain kepada Odelina.“Daniel, kamu sudah men
Rita menekan kepala Russel ke dalam pelukannya dan berkata dengan suara tercekat, “Iya, Papa akan sembuh. Dia pasti akan sembuh. Russel, Papa sayang kamu. Dia tahu kamu datang jenguk dia, dia pasti akan sembuh.”Russel bersandar dalam pelukan neneknya. Dia yang masih kecil tahu kalau ayahnya sayang padanya. Namun, kasih sayang ayahnya tidak sebesar kasih sayang ibunya. Ayahnya bisa meninggalkannya dan ingkar janji hanya karena Tante Yenny sakit perut.Namun, sekarang ayahnya terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit. Russel yang sangat pengertian tidak mengatakan apa yang ada di dalam hatinya.Tringgg ....Ponsel Odelina berdering, telepon dari Olivia. Dia pun pergi ke samping untuk mengangkat telepon.“Kak, masih di rumah sakit?”“Hmm, aku bawa Russel jenguk papanya. Pak Daniel juga sudah mau keluar dari rumah sakit. Nanti kami pulang.”Setelah Daniel keluar dari rumah sakit dan pulang ke rumah, Odelina mengira dia tidak perlu ikut ke rumah pria itu untuk merawatnya. Selanjutnya ya
“Kak, Daniel hari ini keluar dari rumah sakit?”Olivia bertanya pada kakaknya dari ujung telepon yang lain, “Bukannya dia masih harus dirawat lebih alma di rumah sakit?”“Pak Daniel terus teriak-teriak minta keluar dari rumah sakit. Sebenarnya sudah lama dia minta keluar, tapi dokter terus bujuk dia. Nggak tahu hari ini dia salah minum obat atau apa, sama sekali nggak bisa dibujuk. Sudah tanya sama dokter, kok. Sekarang dia boleh keluar dari rumah sakit. Setelah pulang ke rumah, dia harus istirahat sebentar baru boleh mulai jalani rehabilitasi.”Odelina berkata dengan nada tak berdaya, “Sekarang emosi Pak Daniel berubah-ubah terus, nggak pasti.”Akan tetapi, Odelina juga bisa memahami suasana hati Daniel. Jika dia harus berbaring setiap hari, dia juga akan menjadi gila.“Sekarang nggak perlu diinfus lagi. Bukan masalah besar kalau dia pulang dan istirahat di rumah. Lebih baik pulang saja. Setiap hari dia bisa jalan-jalan dengan kursi rodanya, santai sejenak sambil cari udara segar. Den
Administrasi untuk keluar dari rumah sakit sudah selesai diurus. Sekarang Daniel berada di kursi roda dan sedang menuju ke bawah dibantu oleh pengawalnya. Saudara-saudaranya Daniel juga langsung meninggalkan urusan mereka dan pergi ke rumah sakit untuk menjemput begitu mendapat kabar bahwa Daniel sudah boleh pulang.Dengan begitu banyaknya orang yang peduli padanya, serta pengawal yang selalu siap menjaga, Odelina yang awalnya ingin membantunya pun berubah pikiran. Dia berkata kepada Yanti, “Tante, Daniel sudah keluar dari rumah sakit. Dari pihak keluarga sendiri sudah banyak yang jagain dia, jadi aku nggak ke sana lagi, deh. Kebetulan restoran baruku lagi renovasi, aku mau ngecek situasi di sana saja.”Sesungguhnya Yanti ingin Odelina ikut pergi bersamanya. Dengan adanya Odelina, emosi dan perilaku Daniel jadi jauh lebih terkendali. Namun, melihat ekspresi wajah Odelina yang tampak amat kelelahan, dia pun jadi tak tega, “Iya, nggak apa-apa. Daniel biar Tante dan keluarga saja yang jag