Odelina juga tidak mengucapkan kata-kata untuk menghibur Rita. Hal yang bisa dia lakukan hanyalah membantu Rita duduk di kursi, lalu mengeluarkan sebungkus kecil tisu yang dibawanya. Setelah itu, dia mengeluarkan tisu dan memberikannya kepada Rita untuk menyeka air matanya.Mata Andi juga merah. Sesekali dia membalikkan punggungnya untuk menyeka air matanya. Roni adalah putra mereka satu-satunya. Bagaimana kalau sampai putra mereka meninggal?Sesaat kemudian, Rita baru berhenti menangis. Akan tetapi, dia masih terdiam karena terlalu larut dalam emosinya.Odelina menatap Andi dan bertanya dengan prihatin, “Om, bagaimana keadaan Roni?”Andi berkata dengan suara tercekat, “Masih dalam pertolongan. Dokter belum keluar, kami hanya lihat dokter lain masuk, satu per satu kantong darah diantar ke dalam. Dia kehilangan banyak darah ....”Setiap kali memikirkan situasi tragis putranya, Andi kembali meneteskan air mata. Dia sama sekali tidak pernah membayangkan kalau Yenny akan menikam Roni, bahk
Usai memarahi Andi, Rita pun berkata kepada Odelina dengan mata berkaca-kaca, “Odelina, lebih baik bawa Russel ke sini. Roni masih sayang sama Russel. Russel anak Roni satu-satunya. Mungkin kalau Russel datang ke sini, Roni tahu anaknya kangen sama dia, dia pun bisa bertahan.”Odelina kembali menghibur mantan mertuanya itu.“Oliv dan Amelia hari ini pergi ke perkebunan. Russel seharusnya ikut mereka kembali ke kampung halamanku. Aku coba telepon Oliv dan tanya kapan mereka pulang.”Odelina tidak menolak permintaan mantan mertuanya. Tidak peduli Roni dapat bertahan atau tidak, Russel adalah anak Roni. Sudah seharusnya Russel datang ke rumah sakit untuk menjenguk Roni.Odelina dan Roni memang telah bercerai, tapi Odelina tidak pernah mengatakan hal buruk tentang Roni di depan Russel, apalagi mengajar Russel untuk membenci Roni. Bagaimanapun juga, Roni selalu memberikan tunjangan untuk Russel.Rita mengangguk sambil menangis. Sejak tadi perasaannya sudah tidak enak. Dia memiliki firasat b
“Keluarga Roni Pamungkas.”“Dok, kami orang tua Roni. Bagaimana dengan keadaan anak kami, Dok?”Andi memapah istrinya yang kakinya lemas tak bertenaga dan berjalan ke depan dokter dengan tergesa-gesa.“Luka pasien terlalu parah, kami sudah lakukan semua operasi yang bisa kami lakukan. Sekarang pasien masih dalam kondisi kritis. Untuk saat ini, pasien harus dipindahkan dan dipantau di ICU. Pasien bisa bangun atau nggak, semua tergantung pasien sendiri.”Seluruh tubuh Rika seketika lemas. Andi sudah tidak bisa menahan tubuh istrinya, Odelina yang cepat-cepat memapahnya sehingga Rita tidak jatuh.“Dok, tolong selamatkan anak kami. Kami mohon selamatkan anak kami, Dok. Kami hanya punya satu anak laki-laki. Dia masih begitu muda ....”Rita tiba-tiba meraih jas putih dokter dan memohon sambil menangis.“Tante.”Odelina segera menarik kembali tangan Rita dan meminta maaf lalu berterima kasih kepada dokter.Dokter dapat memahami suasana hati anggota keluarga pasien dan berkata, “Kami sudah mel
Yenny telah dibawa pergi oleh polisi. Pada dasarnya dia masih harus menjalankan hukuman di penjara. Namun, dia bisa menjalani hukumannya di luar penjara karena dia dalam kondisi hamil. Sekarang dia telah keguguran, ditambah lagi dia menikam orang lain dengan pisau, kejahatan yang dia lakukan pun bertambah.Seandainya pada akhirnya Roni tidak selamat, maka Yenny sudah melakukan pembunuhan. Jika Yenny diadili lagi, kemungkinan dia tidak akan bisa lolos dari hukuman mati.Odelina ingin pergi ke unit rawat inap untuk mencari Daniel dan Yanti. Namun, Odelina menerima telepon dari Yanti yang memberitahunya kalau mereka telah kembali ke bangsal. Oleh karena itu, Odelina langsung pergi ke kamar Daniel.“Bu Odelina, akhirnya Ibu kembali juga. Den Daniel mengamuk lagi, sampai lempar-lempar barang. Semua barang yang bisa diambilnya sudah dilempar.”Begitu Odelina muncul, pengawal keluarga Lumanto segera memberitahunya kalau Daniel mengamuk lagi.“Kenapa Pak Daniel mengamuk lagi?”Odelina bertanya
Daniel langsung mendesak Odelina untuk membantunya mengurus prosedur pemulangan pasien.Dokter spontan mengumpat dalam hati. Daniel buat masalah seperti ini setiap hari, buat mereka para dokter dan perawat lelah dan kesal. Pulang lebih awal juga tidak akan berdampak terlalu besar. Kalau mau keluar ya keluar saja.Keluarga Lumanto memiliki banyak uang, juga memiliki dokter pribadi. Setelah Daniel keluar dari rumah sakit, keluarga Lumanto juga akan merekrut tim medis profesional untuk merawatnya.“Dok, Daniel benar-benar boleh keluar dari rumah sakit?” tanya Yanti yang khawatir putranya akan kenapa-kenapa setelah keluar dari rumah sakit.“Pak Daniel bersikeras untuk keluar dari rumah sakit, kalau begitu biarkan saja dia keluar. Pulang ke rumah dan banyak istirahat, mungkin suasana hatinya akan lebih baik. Begitu suasana hatinya membaik, dia juga akan lebih cepat pulih.”Karena dokter telah berkata demikian, Yanti pun meminta pengawal untuk masuk dan membersihkan kamar. Dia dan suaminya p
Stefan menatap Odelina dan melihat kakak iparnya itu mengangguk. Setelah itu, dia baru memberi selamat kepada Daniel.“Daniel, selamat atas kesembuhanmu dan sudah boleh keluar dari rumah sakit. Kalau begitu, aku datang ke sini kebetulan banget, bisa sekalian jemput kamu pulang.”Daniel berkata, “Mau ke mana pun tetap saja aku hanya bisa baring. Lagi pula, sekarang aku nggak perlu diinfus lagi. Pulang dan baring di rumah, suasana hatiku juga bisa jadi lebih baik.”Kalau bisa, Daniel tidak akan pernah mau pergi ke rumah sakit seumur hidupnya.“Om Daniel sudah sembuh?” Russel berjalan ke sisi Daniel dan bertanya dengan prihatin.“Hari ini Om sudah boleh keluar dari rumah sakit,” kata Daniel.Daniel menarik Russel lebih dekat lalu menggendongnya. Dia ingin Russel duduk di pangkuannya, tapi Russel malah meronta ingin turun. Si kecil yang pengertian langsung berkata, “Nanti kaki Om Daniel sakit, aku nggak boleh duduk di kaki Om Daniel.”Russel masih ingat ibunya pernah bilang kalau kaki Dani
“Pasti akan membaik.”Stefan menyemangati sahabatnya, “Daniel, kamu orang yang sangat kuat dan percaya diri. Percayalah pada dirimu sendiri. Selama kamu terus jalani rehabilitasi, kamu pasti akan pulih. Dokter juga bilang kamu punya peluang besar untuk sembuh.”Daniel diam seribu bahasa. Dokter hanya mengatakan kalau dia ada kemungkinan untuk sembuh. Akan tetapi, dokter tidak bilang kalau dia pasti akan sembuh seperti sedia kala.“Om Daniel, semangat!”Russel sudah dapat memahami percakapan orang dewasa. Dia tiba-tiba melambaikan tangannya kepada Daniel dan menyemangatinya. Daniel pun mengelus kepala Russel dengan penuh kasih sayang.Stefan berkata, “Kak Odelina sudah beli sebuah restoran baru dan sedang direnovasi, renovasi sedikit-sedikit. Sebentar lagi sudah bisa dibuka. Daniel, kamu lihat kakak iparku kerja begitu keras. Kamu juga nggak boleh menyerah.”“Makan Sepuasnya nggak buka lagi?”Odelina tidak pernah memberitahu Daniel tentang urusan bisnisnya, Daniel juga tidak pernah bert
Stefan menghela napas dan berkata, “Daniel, memangnya kamu nggak bisa bertahan jalani rehabilitasi dan cepat-cepat sembuh demi Kak Odelina? Kamu benar-benar ingin lihat Kak Odelina didekati pria lain?”“Kalau kamu benar-benar berpikir seperti itu, aku akan bilang sama nenekku. Nenekku akan kenalkan beberapa pria baik padanya dan suruh mereka bertemu dulu. Kalau ada yang cocok, Oliv dan aku, sebagai keluarga Kak Odelina pasti akan buat Kak Odelina memiliki pernikahan yang megah.”Wajah Daniel seketika menjadi pucat. Dia masih peduli pada Odelina, amat sangat peduli. Roni mengalami kecelakaan dan nyawanya mungkin dalam bahaya. Odelina pergi jenguk Roni saja dia cemburu, sampai berteriak-teriak ingin keluar dari rumah sakit lebih awal karena dia tidak ingin Odelina jenguk mantan suaminya setiap hari.Sarah juga pernah bilang ada beberapa pria baik yang cocok untuk Odelina. Jika Daniel benar-benar melepaskannya, Sarah pasti akan mengenalkan pria lain kepada Odelina.“Daniel, kamu sudah men