Yanti takut suami dan putranya akan bertengkar. Oleh karena itu, dia segera mendorong Daniel ke kanan. Di sebelah kanan ada jalan khusus untuk pasien yang menggunakan kursi roda.Odelina dan Yanti mendorong Daniel ke bawah bersama-sama. Begitu mereka sampai di lantai pertama, Odelina melihat seorang staf medis mendorong seorang pasien ke dalam lift.Odelina juga melihat seorang kenalan, yaitu suami mantan kakak iparnya, Chris. Pria itu juga melihat Odelina. Dia pun spontan menghentikan langkah kakinya.“Odelina.”Chris memanggil Odelina. Pada awalnya Odelina ingin lewat begitu saja, anggap seolah-olah mereka tidak saling kenal. Akan tetapi, Chris telah memanggilnya lebih dulu. Mau tidak mau, Odelina pun berhenti. Yanti juga memperhatikan Chris, lalu bertanya pada Odelina, “Siapa dia?”“Kakak ipar mantan suamiku,” jawab Odelina.Yanti hanya berkata oh, lalu dia berinisiatif mendorong putranya ke depan dan berkata kepada Odelina, “Kami tunggu kamu di luar.”Chris sepertinya ingin mengata
Odelina mendengar Chris memarahi Yenny sambil berpikir, jika bukan karena keluarga Pamungkas yang selalu menindas orang, bagaimana mungkin Yenny yang hanya seorang perempuan lemah menikam seseorang dengan pisau?Semua orang bisa melakukan apa pun ketika berada dalam situasi terdesak. Jika seseorang benar-benar sudah terpojok, lalu marah dan mulai melawan, bukankah itu akan berujung pada pembunuhan?Odelina tidak heran Yenny akan menikam Shella. Dengan sifat Shella yang suka mengadu domba dan selalu ikut campur dalam urusan keluarganya, justru aneh kalau dia tidak dibenci oleh adik iparnya.Sebelum Odelina dan Roni bercerai, Odelina juga membenci Shella. Untung saja, saat itu Shella tidak seperti sekarang, yang bersikeras tinggal di rumah adiknya. Oleh karena itu, Odelina masih memiliki ruang untuk bernapas, tidak sampai membuatnya gila dan ingin membunuh orang.Shella membenci Yenny karena perempuan itu bekerja sama dengan orang luar dan hampir menculik Aiden, sehingga dia selalu melaw
Pada saat Odelina mendorong Daniel ke bawah untuk pertama kalinya, Daniel baru menyadari kalau tidak ada seorang pun orang yang keluar masuk rumah sakit memperhatikan apakah dia bisa berjalan atau tidak. Selain itu, juga tidak ada yang menatapnya dengan iba.Rumah sakit adalah tempat di mana kematian sering terjadi. Dibandingkan dengan kematian, duduk di kursi roda bukanlah apa-apa.“Odelina, di sini.”Yanti melihat Odelina telah keluar. Dia pun berhenti dan melambaikan tangan pada Odelina. Sedangkan Daniel masih memasang wajah cemberut, seolah-olah seseorang berutang puluhan triliun padanya tapi belum dilunasi.Pada saat Odelina dan Chris berbicara tadi, Daniel mendengar Odelina memanggil Chris, dia pun menebak kalau pria itu orang dari keluarga mantan suami Odelina. Daniel merasa sangat kesal.Rasanya orang dari keluarga Pamungkas ada di mana-mana. Odelina selalu bisa bertemu dengan orang-orang dari keluarga Pamungkas. Jika tidak, keluarga Pamungkas akan pergi ke Makan Sepuasnya dan
Odelina berkata, “Tante, aku ingin pergi ke sana untuk lihat dia. Kalau dia nggak bisa diselamatkan, Russel anaknya, bagaimanapun juga Russel harus antar dia. Maaf, Tante temani Pak Daniel dulu, ya.”“Iya, aku akan temani Daniel. Kamu cepat pergi, kalau butuh bantuan, katakan saja pada kami.”Odelina menganggukkan kepala. Setelah itu, dia pun bergegas pergi.Setelah Odelina pergi, Yanti mendorong kursi roda putranya sambil berjalan perlahan, lalu berkata, “Kalau lihat nasib akhir Roni sekarang, inilah harga yang harus dibayar dari perselingkuhannya. Daniel, kalau nanti kamu sudah menikah dan punya anak, kamu harus setia pada pasanganmu dan rumah tanggamu.”“Kalau kamu merasa nggak bisa setia pada pasangan dan rumah tanggamu, Mama berharap kamu tetap melajang seumur hidup, jangan celakai anak perempuan orang lain. Mama nggak punya anak perempuan, tapi Mama juga seorang perempuan. Perempuan mana yang mau lihat suaminya bersama perempuan lain? Kalau nggak cinta lagi, bisa saja ajukan cera
Odelina juga tidak mengucapkan kata-kata untuk menghibur Rita. Hal yang bisa dia lakukan hanyalah membantu Rita duduk di kursi, lalu mengeluarkan sebungkus kecil tisu yang dibawanya. Setelah itu, dia mengeluarkan tisu dan memberikannya kepada Rita untuk menyeka air matanya.Mata Andi juga merah. Sesekali dia membalikkan punggungnya untuk menyeka air matanya. Roni adalah putra mereka satu-satunya. Bagaimana kalau sampai putra mereka meninggal?Sesaat kemudian, Rita baru berhenti menangis. Akan tetapi, dia masih terdiam karena terlalu larut dalam emosinya.Odelina menatap Andi dan bertanya dengan prihatin, “Om, bagaimana keadaan Roni?”Andi berkata dengan suara tercekat, “Masih dalam pertolongan. Dokter belum keluar, kami hanya lihat dokter lain masuk, satu per satu kantong darah diantar ke dalam. Dia kehilangan banyak darah ....”Setiap kali memikirkan situasi tragis putranya, Andi kembali meneteskan air mata. Dia sama sekali tidak pernah membayangkan kalau Yenny akan menikam Roni, bahk
Usai memarahi Andi, Rita pun berkata kepada Odelina dengan mata berkaca-kaca, “Odelina, lebih baik bawa Russel ke sini. Roni masih sayang sama Russel. Russel anak Roni satu-satunya. Mungkin kalau Russel datang ke sini, Roni tahu anaknya kangen sama dia, dia pun bisa bertahan.”Odelina kembali menghibur mantan mertuanya itu.“Oliv dan Amelia hari ini pergi ke perkebunan. Russel seharusnya ikut mereka kembali ke kampung halamanku. Aku coba telepon Oliv dan tanya kapan mereka pulang.”Odelina tidak menolak permintaan mantan mertuanya. Tidak peduli Roni dapat bertahan atau tidak, Russel adalah anak Roni. Sudah seharusnya Russel datang ke rumah sakit untuk menjenguk Roni.Odelina dan Roni memang telah bercerai, tapi Odelina tidak pernah mengatakan hal buruk tentang Roni di depan Russel, apalagi mengajar Russel untuk membenci Roni. Bagaimanapun juga, Roni selalu memberikan tunjangan untuk Russel.Rita mengangguk sambil menangis. Sejak tadi perasaannya sudah tidak enak. Dia memiliki firasat b
“Keluarga Roni Pamungkas.”“Dok, kami orang tua Roni. Bagaimana dengan keadaan anak kami, Dok?”Andi memapah istrinya yang kakinya lemas tak bertenaga dan berjalan ke depan dokter dengan tergesa-gesa.“Luka pasien terlalu parah, kami sudah lakukan semua operasi yang bisa kami lakukan. Sekarang pasien masih dalam kondisi kritis. Untuk saat ini, pasien harus dipindahkan dan dipantau di ICU. Pasien bisa bangun atau nggak, semua tergantung pasien sendiri.”Seluruh tubuh Rika seketika lemas. Andi sudah tidak bisa menahan tubuh istrinya, Odelina yang cepat-cepat memapahnya sehingga Rita tidak jatuh.“Dok, tolong selamatkan anak kami. Kami mohon selamatkan anak kami, Dok. Kami hanya punya satu anak laki-laki. Dia masih begitu muda ....”Rita tiba-tiba meraih jas putih dokter dan memohon sambil menangis.“Tante.”Odelina segera menarik kembali tangan Rita dan meminta maaf lalu berterima kasih kepada dokter.Dokter dapat memahami suasana hati anggota keluarga pasien dan berkata, “Kami sudah mel
Yenny telah dibawa pergi oleh polisi. Pada dasarnya dia masih harus menjalankan hukuman di penjara. Namun, dia bisa menjalani hukumannya di luar penjara karena dia dalam kondisi hamil. Sekarang dia telah keguguran, ditambah lagi dia menikam orang lain dengan pisau, kejahatan yang dia lakukan pun bertambah.Seandainya pada akhirnya Roni tidak selamat, maka Yenny sudah melakukan pembunuhan. Jika Yenny diadili lagi, kemungkinan dia tidak akan bisa lolos dari hukuman mati.Odelina ingin pergi ke unit rawat inap untuk mencari Daniel dan Yanti. Namun, Odelina menerima telepon dari Yanti yang memberitahunya kalau mereka telah kembali ke bangsal. Oleh karena itu, Odelina langsung pergi ke kamar Daniel.“Bu Odelina, akhirnya Ibu kembali juga. Den Daniel mengamuk lagi, sampai lempar-lempar barang. Semua barang yang bisa diambilnya sudah dilempar.”Begitu Odelina muncul, pengawal keluarga Lumanto segera memberitahunya kalau Daniel mengamuk lagi.“Kenapa Pak Daniel mengamuk lagi?”Odelina bertanya
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa
Orang lain tidak pernah ada yang mengatakannya terang-terangan, dan Olivia juga anggap saja tida tahu apa-apa. Toh makin bahagia hidupnya, orang lain yang makin iri padanya.“... Sayang, sudah malam, nih. Kamu cepat tidur, deh. Kamu mungkin belum mau tidur, tapi anak kita sudah mau,” kata Stefan. Dia buru-buru mengganti topik obrolan dan membujuk istrinya untuk segera tidur. Namun di satu sisi, dia belum ingin menyudahi percakapannya dengan istri tercinta. Namun akhirnya Olivia-lah yang mengakhiri pembicaraan mereka.Setelah meletakkan ponselnya, Olivia mengelus perutnya sambil berkata kepada anak yang masih di dalam perutnya itu, “Sayang, Papa nggak mau jujur sama Mama. Walaupun maksudnya baik, dia tetap saja berbohong.”Setelah keheningan sesaat, Olivia berkata lagi, “Tapi kita nggak boleh nyalahin Papa. Dia berbohong demi kebaikan kita. Sekarang Mama nggak boleh gegabah karena harus menjaga kamu. Semua orang yang sayang sama kamu nggak mau Mama kenapa-napa. Sayang, menurut kamu, Pap
Sementara itu di kamar sebelah, setelah Russel pergi, sekarang giliran Olivia yang mengobrol dengan Stefan.“Sayang, kamu bawa Russel main di rumahnya keluarga Junaidi saja. Biar dia main di sana sampai puas tanpa perlu mikir apa-apa. Kalau aku sudah selesai, aku jemput kalian di sana,” kata Stefan.“Muka kamu kelihatannya capek banget. Kamu yang lebih butuh istirahat dari aku. Tugas yang bisa dioper ke orang lain dioper saja, nggak perlu semuanya kamu yang kerjain sendiri,” ujar Olivia membalas. “Kalau semuanya kamu yang kerjain sendiri pasti capek banget. Jangan pikir mentang-mentang masih muda jadi boleh bergadang. Kebanyakan bergadang nanti jadi cepat tua dan malah kasih dampak buruk ke badan kamu. Risiko meninggal tiba-tiba juga jadi meningkat. Stefan, kamu harus ingat, sekarang kamu nggak sendiri lagi. Kamu punya istri dan sebentar lagi punya anak. Aku dan anak kita menunggu kamu pulang.”“Iya, Sayang. Tenang saja. Aku selalu ingat kamu waktu mengerjakan apa pun. Aku bisa melindu