Olivia baru menutup toko di jam sebelas malam. Dia pulang naik motor listriknya.“Olivia, hati-hati di jalan,” pesan istri pemilik toko sebelah dengan ramah padanya.Olivia tersenyum, “Aku akan berhati-hati.”Istri pemilik toko itu memandang Olivia yang sudah pergi jauh dan berkata, “Anak yang kuat. Hidupnya kasihan. Bisa-bisanya punya keluarga tukang peras seperti itu. Untung saja, dia bisa tangguh dan nggak membiarkan orang-orang itu memanipulasinya.”“Tunggu dan lihat saja. Olivia adalah wanita yang sangat beruntung. Keberuntungannya masih belum datang. Dia juga punya nasib untuk menjadi orang kaya. Nasib yang harus bersusah-susah dahulu, baru bisa hidup enak. Orang-orang yang menindasnya nggak akan bisa menjilatnya lagi di masa depan.”Istri pemilik toko itu menoleh ke suaminya dan berkata dengan wajah cemberut, “Kamu pandai sekali menilai orang dan meramal. Kenapa kamu nggak buka kios peramal di bawah jembatan? Coba kamu ramal istrimu ini, kapan aku bisa punya banyak uang?”“Cepat
“Sebenarnya sudah selesai, tapi Amelia Sanjaya tiba-tiba datang menemuiku hari ini. Dia sangat menyukainya, jadi aku memberikannya untuk wanita itu dulu. Aku pikir, lagi pula kita hidup bersama. Aku bisa membuatkannya untukmu lagi.”Raut wajah Stefan berubah muram, dan pria itu menatap Olivia dengan tatapan tajam.Olivia, “Pak Stefan, apa kamu marah?”Ekspresi Stefan sangat dingin, suaranya juga dingin, “Kamu memberikan barangku ke orang lain tanpa persetujuanku. Masa aku nggak marah?”Diberikan untuk Amelia pula!Amelia sedang mengejar suaminya. Apa wanita ini tahu itu? Olivia benar-benar memberikan kucing keberuntungan yang seharusnya dia berikan kepada Stefan kepada saingannya sendiri.Sungguh murah hati!Olivia berhenti melihat ponselnya, berjalan menghampiri Stefan sambil memegang mangkuk mie-nya, duduk di sebelah pria itu dan berkata dengan nada membujuk, “Pak Stefan, maaf. Aku salah. Aku akan menggantikannya untukmu besok. Kamu marah, ya?”Stefan memelototinya dengan cemberut. B
Stefan melirik mie yang ada di mangkuknya. Saat ini dia kesal setengah mati, tetapi perempuan itu justru makan dengan nikmat. Stefan sedang marah dan Olivia masih bisa duduk di sampingnya makan mie. Perempuan ini benar-benar kejam sekali!Intinya adalah hubungan suami istri mereka berdua berbeda dengan pasangan lainnya. Mereka tidak didasari oleh perasaan dan hanya sebagai teman hidup dalam melewati hari.Stefan menahan rasa kesalnya dan bertanya, “Bukannya Amelia itu berasal dari Sanjaya Group? Kenapa dia bisa mencarimu? Gimana caranya kalian bisa kenal?”Meski Stefan sudah mengetahui alasannya, dia masih tetap menanyakannya pada Olivia karena dia tahu alasannya dari Amelia langsung. Stefan tidak pernah menyebut nama Amelia di hadapan Olivia.Perempuan itu langsung menceritakan seluruh perkenalannya dengan Amelia dengan Stefan. Dan hasilnya sama persis dengan apa yang diceritakan oleh Amelia.“Dia mencariku dan bilang kalau dia sangat tergila-gila dan cinta mati sama Tuan Adhitama. Di
Selain itu usianya baru menginjak 30 tahun. Kenapa bilangnya dia sudah tua? Olivia tidak hanya sekali saja mengatakan dia lelaki tua! Kalau bukan karena pertahanannya kuat, Stefan dari awal pasti sudah marah besar.“Bos kamu nggak tua, bukan lelaki tua!” ujar Stefan sambil menahan amarahnya.Olivia menatap lelaki itu dan berkata, “Bukannya kamu bilang nggak pernah lihat bos kamu? Kenapa kamu tahu dia bukan lelaki tua? Kalau nggak tua memangnya dia bisa menguasai Adhitama Group? Meski aku nggak mengikuti dunia bisnis, aku tahu kalau perusahaan itu sangat besar di Mambera. Dia setara dengan perusahaan apa namanya itu di Kota Aldimo.”“Ferda Group,” sahut Stefan datar.Ferda Group yang ada di Kota Aldimo sama dengan Adhitama Group yang merupakan perusahaan besar di kota mereka masing-masing. Orang yang membantu Ferda Group adalah keluarga Junaidi yang merupakan konglomerat. Yang mengendalikannya adalah Yose yang usianya satu tahun lebih muda dari Stefan. Mereka juga mempunyai anak perus
“Aku ada sebuah saran, tapi aku tetap mendukung Amelia. Makanya aku nggak mau kasih tahu kamu sarannya.” Olivia bergegas membereskan piring bekas makanannya dan langsung bangkit menuju dapur.Stefan diam di tempat sambil menatap punggung perempuan itu yang menghilang di balik dapur. Sesaat kemudian Stefan ikut berdiri dan menghampiri Olivia. Lelaki itu bersandar di pintu dapur dan bertanya,“Kamu dan Amelia baru ketemu satu kali, kenapa kamu begitu membelanya?”“Aku memang baru pertama kali bertemu dengannya, tapi aku dan bos kamu nggak pernah ketemu sama sekali. Menurutmu aku bisa bela siapa? Aku suka dengan sifat Amelia dan aku mendukung dia, memangnya kenapa? Bos kalian pasti orang yang sombong. Tunggu saja sampai dia luluh dengan Amelia, bakalan jadi suami takut istri! Hahaha!”“Dia nggak akan bisa sombong lagi! Bukannya pemandangan seperti itu sangat menyenangkan dan seru? Wah! Aku bisa jadikan novel!”“Semua buku di toko rata-rata jalan ceritanya sangat membosankan. Kalau sampai
Kalau dia suka dengan lelaki, Reiki pasti akan langsung mengundurkan diri dan menjauh dari dirinya. Untuk saat ini dia hanya belum tertarik dengan Olivia, kalau sampai tertarik maka perempuan ini akan habis setelah jadi suami istri.Sesaat kemudian Stefan bangkit berdiri dan melenggang masuk ke kamar. Dengan kuat dia membanting pintu hingga tertutup.Brak!Suara tersebut menunjukkan betapa kesalnya Stefan sekarang.Olivia menunggu Stefan menutup pintu baru bangkit berdiri dan mengambil kertas tersebut kemudian meremasnya dan membuangnya ke tong sampah. Dia bergumam, “Untung aku berpikir panjang, kalau nggak aku pasti akan kalah.”Kejadian ini menunjukkan sebuah pelajaran pada Olivia untuk tidak mengeluarkan taruhan dengan mudah di saat belum mengetahui semua informasi dengan pasti. Sesaat kemudian Olivia sudah melupakan kejadian tersebut.Olivia bersenandung sambil mematikan lampu ruang tamu dan masuk ke kamarnya untuk berbaring sambil bermain ponsel. Setelah itu dia mandi dan tidur.K
Kedua suami istri itu turun ke bawah. Stefan lari pagi sedangkan Olivia ke pasar dengan mengendarai motor listriknya.“Beli lebih dan bawa ke toko kamu. Siangnya kamu bisa masak sendiri, jangan beli di luar.”“Iya, tahu.”“Kalau aku tahu kamu pesan makanan luar lagi, aku akan minta orang dari Mambera Hotel antarin makanan buatmu!”Olivia mendelik dan berkata, “Pemboros!”Rahang Stefan mengetat. Anak buah yang berada tidak jauh dari sana dan sedang menyamar sebagai pejalan kaki mendengar ucapan Olivia. Dia nyaris tidak bisa menahan tawanya. Olivia memutuskan bergegas pergi karena malas berbicara dengan Stefan.“Cewek nggak tahu syukur!” umpat Stefan setelah Olivia menjauh.Olivia mengelilingi pasar dan membeli cukup banyak sayur dan buah. Kulkasnya mendadak terlihat sangat penuh sekali. Setelah selesai menyimpan semua bahan ke kulkas, Stefan kembali ke rumah dan melihat catatan perempuan itu dengan sudut bibir terangkat dan tanpa berkata apa pun. Olivia mulai masak mie dengan bahan tamb
Ternyata sandiwara ini semakin lama semakin seru. Olivia tidak tahu kalau dalam waktu selama beberapa menit saja, suaminya ini telah membantunya menyelesaikan sebuah masalah besar.Setelah Olivia selesai memasak mie, dia mengambil dua mangkuk besar untuk mereka berdua. Setelah itu dia meletakkan bawang serta cuka dan bumbu penyedap lainnya ke dalam mangkuk.“Pak Stefan, mie sudah selesai.”Olivia membawa mangkuk mie besar keluar dari arah dapur dan memanggil Stefan yang ada di balkon untuk makan sarapannya. Stefan tidak menjawab dan hanya melangkah masuk dari balkon. Melihat sarapan di meja yang tidak ada sarapan miliknya, dia masuk ke dapur dan membawa mangkuk mie miliknya.“Harus tambah cuka dan sedikit sambal. Kamu tambahin sendiri, sambalnya buatan kakakku sendiri. Dia suka sekali makan pedas,” kata Olivia. Meski mereka saudara kandung, tetapi kedua kakak beradik itu memiliki selera yang berbeda.Olivia tidak begitu menyukai pedas, sedangkan kakaknya sangat menyukai sesuatu yang pe
“Dengan kesalahan yang begitu akhirnya kamu dan Fani …. Dari awal nggak ada hubungannya sama Felicia!”"Cakra, Felicia memang nggak tumbuh besar di sisi kita, tapi dia adalah putri kandung kita, darahmu dan darahku mengalir dalam tubuhnya, dialah darah daging kita yang sebenarnya!" "Hal-hal yang buruk selalu kamu lemparkan kepada anak kandungmu sendiri, selalu menyalahkannya tanpa dasar. Apakah ada seorang ayah seperti ini?" Cakra dibuat terdiam karena ucapan istrinya.Sesaat kemudian, dia bertanya, “Aku dan Fani ... karena kebetulan semata, bukan karena ada yang sengaja merencanakan?" “Iya, kalau dibilang ini direncanakan, berarti ini direncanakan oleh anak pertama kesayanganmu. Kalau kamu bisa menerima bahwa anak sulungmu yang merencanakan ini semua, silakan anggap itu sebagai konspirasi. Aku nggak bisa mengendalikan cara berpikirmu." Cakra terdiam karena tidak percaya. Dia ada empat anak dan dalam keadaan tidak tahu Felicia adalah putri kandungnya, Cakra sangat menyayangi putra p
Mereka bisa mengerti jika Felicia diperlakukan seperti itu karena dia bukan anak kandung mereka. Namun, Fani adalah putri kandungnya. Mereka tetap memperlakukannya seperti itu. Fani yang dibesarkan dengan penuh kemanjaan di keluarga Gatara bagaimana mungkin bisa menerima perlakuan seperti itu?Mereka yang memaksanya hingga mati! Katanya itu adalah kematian karena kecelakaan jatuh dari gedung. Aris sama sekali tidak percaya. Dia sangat curiga bahwa Fani didorong jatuh oleh kakak kandungnya sendiri. Di dalam kamar rumah sakit, Patricia meminum sedikit air hangat yang dituangkan oleh putra bungsunya itu. Setelah membasahkan tenggorokannya, dia meletakkan kembali gelas itu dan berbicara pada suaminya yang sedang berbaring di ranjang. "Cakra, kau tahu Fani sudah meninggal, ‘kan?" Mata yang bengkak dan merah serta wajah lelahnya tidak dapat menyembunyikan fakta tersebut. Cakra tidak berani berbohong dan dengan jujur menjawab, "Tadi malam aku sudah tahu. Aris bahkan pergi ke sana. Fani ja
Setelah menerima kabar bahwa Fani meninggal karena jatuh dari gedung, Patricia secara khusus pergi ke rumah sakit. Cakra yang beberapa hari lagi sudah diizinkan pulang tampak terpukul atas kematian Fani. Tubuhnya lesu, matanya bengkak dan merah karena menangis cukup lama.Semalam, yang menemani dan merawatnya di rumah sakit adalah putra bungsunya. Ketika mendengar berita bahwa Fani meninggal akibat jatuh dari apartemen, Aris langsung pergi ke apartemen dan bahkan sempat bertengkar dengan dua kakak kandung Fani sebelum kembali. Ketika Patricia melihat ayah dan anak itu dalam keadaan seperti itu, pandangan matanya dalam dan sulit ditebak. Kedua pria itu yang sedang ditatap oleh Patricia bahkan tidak berani menghela napas berat. Mereka tegang dan terasa terintimidasi. Cakra memberi isyarat kepada putra bungsunya agar memecah keheningan di antara mereka bertiga. Namun, Aris tidak berani. Dia berharap ayahnya saja yang membuka pembicaraan. Akhirnya, setelah saling melempar pandang untuk
Mulai sekarang, dengan siapa pun Ivan akan bersama, tidak ada hubungannya lagi dengan dirinya. Siapa yang ingin menjadi istri lelaki itu, silakan ambil saja. Yang dia inginkan hanya hidup!“Kak, kamu tahu apa yang kamu lakukan?” marah Felicia pada kakaknya.“Kamu hamper membunuh Kak Dania! Kamu pikir orang di rumah nggak tahu apa yang kamu lakukan di sini dengan perempuan itu?Felicia membungkuk dan mengambil tas kakak iparnya. Dia mengeluarkan setumpuk foto dari dalamnya lalu melemparkan foto-foto itu ke tubuh Ivan. Setelah itu, dia menarik tangan kakak iparnya. Felicia berkata kepada kakak iparnya,“Kak, ayo kita pulang. Biarkan dua orang murahan ini diurus sama Mama.”“Felicia ….”Ivan mengambil foto tersebut dan wajahnya seketika berubah. Dia mendongak, tetapi adiknya sudah menarik istrinya pergi. Tidak berani berlama-lama, lelaki itu segera kembali ke kamarnya untuk mengganti pakaian dan buru-buru keluar lagi. Melihat Fani yang pingsan karena pukulan Felicia, Ivan hanya menggerta
Dania tidak menjawab melainkan melayangkan satu tamparan kuat. Jejak tangan perempuan itu langsung tercetak di wajah Fani. Bahkan sudut bibirnya tampak berdarah.Dania masih belum puas melampiaskan kemarahannya. Dia mengayunkan tasnya dan terus memukuli Fani sambil memaki, "Rendahan! Perempuan murahan! Nggak tahu malu!" Fani sendiri tidak tinggal diam. Kakak ipar dan adik ipar itu pun bergumul, saling menyerang tanpa henti. Keributan mereka begitu besar, dan karena malam itu adalah Minggu malam, hampir semua tetangga sedang berada di rumah. Para tetangga keluar untuk melihat apa yang terjadi. Namun, melihat dua wanita sedang berkelahi sengit, mereka ragu untuk melerai karena tidak tahu duduk perkaranya. Ketika Dania memukuli Fani, dia juga menarik dan merobek pakaian tidur seksi yang dikenakan perempuan itu, sambil memaki, "Perempuan murahan! Menggoda suamiku! Akan kuhancurkan kamu, perempuan nggak tahu malu!" Barulah para tetangga menyadari apa yang sedang terjadi. Rupanya, ini ad
“Buat perhitungan dengan kakakmu. Sifatnya nggak akan bisa berubah.”Dania berjalan sambil menjawab Felicia. Dia berjalan dengan penuh emosi, langkahnya sangat cepat. Dalam sekejap, dia sudah melewati ruang tamu dan keluar dari rumah utama. Tidak lama kemudian, Felicia mendengar suara mobil yang menyala dari luar. Kakak iparnya benar-benar pergi. Setelah mengantarkan makanan ke lantai atas untuk ibunya, perempuan itu mencari alasan untuk pergi dan buru-buru keluar rumah untuk mengejar kakak iparnya. Dia bukan khawatir kakak iparnya akan melakukan sesuatu dalam keadaan marah, tetapi takut kakaknya dan Fani akan bekerja sama dan membuat kakak iparnya dirugikan. Di tengah jalan, Felicia menerima telepon dari Vandi.“Bu, kamu ke mana?” tanya lelaki itu yang tahu jika Felicia keluar dan menanyakan tujuannya.“Kakak iparku pergi menangkap basah suaminya selingkuh. Aku takut dia akan disakiti, jadi aku mengikutinya untuk membantu.” Vandi terkekeh dan berkata, “Bukannya Bu Felicia mau meno
Semua ini bisa terjadi karena Patricia yang sangat menyayangi Fani. Bahkan Patricia memperlakukan Fani jauh lebih baik daripada Felicia pada awalnya. Mereka tahu kalau mereka harus menghormati dan membuat senang ibu mertua mereka ketika mereka menikah dengan putra Patricia. Ibu mertuanya sangat baik kepada Fani, jadi dia juga harus bersikap baik kepada gadis itu, sekalipun dia tidak menyukainya. “Cukup,” ujar Patricia menyela perkataan menantunya. “Aku nggak akan menyalahkanmu dalam masalah ini. Semua ini terjadi karena Mama sangat menyayangi Fani sebelumnya.”Di rumah ini, semua orang bertindak atas dasar kepala keluarga Gatara. Jadi, Patricia akan menjadi orang yang bersalah dalam setiap masalah yang terjadi di rumah ini. Kemudian Dania berbisik, “Mama sangat menyayangi Patricia sampai tidak sadar kalau perempuan itu adalah palsu. Aku juga punya seorang anak perempuan, jadi aku paham perasaan Mama.”“Apa kamu sudah mengantar semua anakmu kembali ke sekolah?” tanya Patricia. Patri
Felicia terlihat sangat penasaran. Hal ini membuat Dania juga semakin penasaran. Foto siapa itu?“Kakak, cepat masuk. Jangan sampai Mama menunggu terlalu lama,” desak Felicia sambil berbisik lalu bergegas pergi. Dania menarik napas dalam-dalam. Entah berkah atau hukuman yang akan didapatkannya kali ini, tapi sekarang dia tidak lagi bisa lari ke mana pun. Lagi pula, ibu mertuanya tidak akan mungkin menggigitnya. Dania berjalan masuk ke dalam ruangan dan menemukan ada banyak foto yang berserakan di atas lantai ruang kerja. Ibu mertuanya sedang duduk di kursi yang berada di balik meja sambil memakan permen manisan buah yang sepertinya dibelikan oleh Felicia. Patricia terus memakan permen itu tanpa memedulikan ekspresi menantunya. Kemudian dia berkata kepada Dania setelah selesai menyantap permennya, “Ambil semua foto yang ada di atas lantai.”“Baik, Ma,” ujar Dania langsung mematuhi perintah ibu mertuanya.Dia meletakkan tas tangannya di atas kursi lalu berlutut untuk mengambil foto-f
Wajah Patricia seakan berubah 10 tahun lebih tua dari usianya setelah peristiwa Fani dan Cakra Vikar. Sebelumnya, Patricia adalah perempuan tua yang sangat terawat, sampai dia terlihat seperti perempuan berusia 50 tahunan di usianya yang sudah 70 tahun. Namun sekarang, wajahnya berubah seakan dia sudah berusia 80 tahun. Felicia tidak lagi membalas perkataan Patricia. Dia tidak bisa mengatakan apa pun mengenai pernikahan orang tuanya. “Papamu selalu bilang kalau ada orang lain di hatiku, tapi selama ini aku nggak pernah berselingkuh darinya. Lagi pula, semua itu hanyalah masa lalu. Memangnya siapa di dunia ini yang nggak punya masa lalu? Papamu juga belum putus dari kekasihnya sebelum dia masuk ke dalam keluarga Gatara. Bukankah perempuan itu adalah masa lalunya?”“Aku juga nggak pernah lagi membahas tentang masa lalunya setelah kami menikah. Tapi, dia dengan seenaknya justru mengatakan kalau ada laki-laki lain di hatiku.”Mata Felicia langsung berbinar lalu berkata, “Orang yang ada d