Kalau dia suka dengan lelaki, Reiki pasti akan langsung mengundurkan diri dan menjauh dari dirinya. Untuk saat ini dia hanya belum tertarik dengan Olivia, kalau sampai tertarik maka perempuan ini akan habis setelah jadi suami istri.Sesaat kemudian Stefan bangkit berdiri dan melenggang masuk ke kamar. Dengan kuat dia membanting pintu hingga tertutup.Brak!Suara tersebut menunjukkan betapa kesalnya Stefan sekarang.Olivia menunggu Stefan menutup pintu baru bangkit berdiri dan mengambil kertas tersebut kemudian meremasnya dan membuangnya ke tong sampah. Dia bergumam, “Untung aku berpikir panjang, kalau nggak aku pasti akan kalah.”Kejadian ini menunjukkan sebuah pelajaran pada Olivia untuk tidak mengeluarkan taruhan dengan mudah di saat belum mengetahui semua informasi dengan pasti. Sesaat kemudian Olivia sudah melupakan kejadian tersebut.Olivia bersenandung sambil mematikan lampu ruang tamu dan masuk ke kamarnya untuk berbaring sambil bermain ponsel. Setelah itu dia mandi dan tidur.K
Kedua suami istri itu turun ke bawah. Stefan lari pagi sedangkan Olivia ke pasar dengan mengendarai motor listriknya.“Beli lebih dan bawa ke toko kamu. Siangnya kamu bisa masak sendiri, jangan beli di luar.”“Iya, tahu.”“Kalau aku tahu kamu pesan makanan luar lagi, aku akan minta orang dari Mambera Hotel antarin makanan buatmu!”Olivia mendelik dan berkata, “Pemboros!”Rahang Stefan mengetat. Anak buah yang berada tidak jauh dari sana dan sedang menyamar sebagai pejalan kaki mendengar ucapan Olivia. Dia nyaris tidak bisa menahan tawanya. Olivia memutuskan bergegas pergi karena malas berbicara dengan Stefan.“Cewek nggak tahu syukur!” umpat Stefan setelah Olivia menjauh.Olivia mengelilingi pasar dan membeli cukup banyak sayur dan buah. Kulkasnya mendadak terlihat sangat penuh sekali. Setelah selesai menyimpan semua bahan ke kulkas, Stefan kembali ke rumah dan melihat catatan perempuan itu dengan sudut bibir terangkat dan tanpa berkata apa pun. Olivia mulai masak mie dengan bahan tamb
Ternyata sandiwara ini semakin lama semakin seru. Olivia tidak tahu kalau dalam waktu selama beberapa menit saja, suaminya ini telah membantunya menyelesaikan sebuah masalah besar.Setelah Olivia selesai memasak mie, dia mengambil dua mangkuk besar untuk mereka berdua. Setelah itu dia meletakkan bawang serta cuka dan bumbu penyedap lainnya ke dalam mangkuk.“Pak Stefan, mie sudah selesai.”Olivia membawa mangkuk mie besar keluar dari arah dapur dan memanggil Stefan yang ada di balkon untuk makan sarapannya. Stefan tidak menjawab dan hanya melangkah masuk dari balkon. Melihat sarapan di meja yang tidak ada sarapan miliknya, dia masuk ke dapur dan membawa mangkuk mie miliknya.“Harus tambah cuka dan sedikit sambal. Kamu tambahin sendiri, sambalnya buatan kakakku sendiri. Dia suka sekali makan pedas,” kata Olivia. Meski mereka saudara kandung, tetapi kedua kakak beradik itu memiliki selera yang berbeda.Olivia tidak begitu menyukai pedas, sedangkan kakaknya sangat menyukai sesuatu yang pe
Olivia mendorong uang yang dia berikan tadi dan berkata, “Setelah menikah aku juga nggak pernah beli kulit ayam, jadi nggak tahu kamu nggak suka. Sekarang aku sudah tahu, jadi lain kali nggak akan kasih kamu lagi. Uangnya kamu simpan saja, jangan sedikit-sedikit kasih aku uang. Kamu pikir uang kamu banyak? Kalau gitu bangun rumah saja.”“Waktu kamu lihat aku bersihin kulit ayam kenapa nggak kasih tahu saja? Mulut kamu digunain buat apa? Sayang sekali jadi terbuang.”Satu gepok uang mendarat di mangkuk kosong Olivia dan membuat perempuan itu berhenti bersungut-sungut. Setelah lelaki itu meletakkan uang ke mangkuk Olivia, dia langsung berbalik pergi agar perempuan itu tidak bisa mengembalikannya lagi.Olivia menatap uang tersebut kemudian melihat punggung lelaki yang semakin menjauh itu. Dia sudah membuka pintu dan satu kakinya sudah melangkah keluar.“Stefan, kamu anggap aku pengemis?”Balasan yang dia terima hanya suara bantingan pintu saja. Setelah pintu tertutup, Stefan tidak bisa me
Odelina sudah menunggu adiknya di lantai bawah. Dia menggendong putranya dengan sebelah bahu yang tersampir tas bayi dan sebelahnya lagi tas ransel. Perempuan itu terlihat sedang celingukan dan tidak menyadari ada mobil baru yang tengah melaju ke arahnya. Lebih tepatnya dia tidak memperhatikan mobil tersebut karena adiknya mengendarai motor listrik.Olivia menghentikan mobilnya di depan sang kakak dan menurunkan kaca jendela sambil berser, “Kak!”Odelina terlonjak kemudian tertawa dan berkata, “Aku pikir kamu naik motor.”Dia tahu kalau adik iparnya memaksa untuk membelikan mobil bagi adiknya. Akan tetapi Olivia jarang menggunakannya dan kali ini merupakan pertama kalinya dia melihat mobil tersebut.Olivia turun dari mobil dan menghampiri kakaknya. Dia mengambil tas bayi dari bahu Odelina kemudian membuka pintu bagian belakang. Olivia meletakkan tas tersebut ke kursi penumpang dan bertanya, “Kak, semua barangnya sudah lengkap? Yang paling penting itu susu dan botol susunya.”“Semuanya
Olivia membawa keponakannya itu ke toko. Di depan toko terlihat sebuah mobil yang cukup familiar tengah berhenti di sana. Mobil itu adalah milik Albert. Lelaki itu mengantarkan makanan lagi untuk kakak sepupunya. Kali ini bukan sarapan, tetapi dia meminta koki rumahnya untuk membuatkan makanan ringan.Alasannya karena koki pribadi rumahnya terlalu banyak membuatkan makanan sehingga mereka satu keluarga tidak sanggup menghabiskannya. Oleh karena itu dia memutuskan untuk membawakannya untuk kakak iparnya juga.Junia juga tidak banyak berpikir lagi. Karena dia dan Olivia sama-sama hobi makan, selain itu Junia tahu di tempat tantenya selalu ada berbagai jenis makanan ringan. Karena adik sepupunya berniat mengantarkan untuknya, maka Junia juga menerimanya dengan senang hati. Bahkan dia juga sudah mencomot beberapa potong.Albert khawatir kakak sepupunya akan menghabiskan seluruh makanan sehingga dia selalu melongokkan kepala ke luar toko untuk melihat kapan Olivia tiba dan bertanya, “Kak, K
Olivia menggendong Russel dan masuk bersama dengan Albert ke dalam toko.“Kenapa bawa Russel ke sini? Sini, Russel, tante gendong,” ujar Junia sambil bangkit berdiri untuk menggendong Russel. Setelah duduk dia bertanya pada bocah itu, “Russel mau makan kue?”Russel memandangi Olivia meminta izin.“Kasih dia satu potong. Jangan kebanyakan, nanti siang dia nggak mau makan,” ujar Olivia.Olivia mengambil tas bayi dari tangan Albert dan meletakkannya di meja kasir.“Kakakku memutuskan untuk mencari pekerjaan. Hari ini dia minta tolong aku jagain Russel, nanti siang baru dia datang.”Junia mengambil satu potong kue dan memberikannya pada Russel. Bocah itu tidak langsung menerimanya melainkan menepis tangannya sambil berkata, “Kotor.”Junia meletakkan kembali kue dan menggendong Russel ke arah dapur kecil untuk mencuci tangan bocah itu. Dia merasa Odelina mengajari bocah ini dengan sangat baik. Untuk masalah bandel dan nakal, anak kecil mana yang tidak memiliki sifat tersebut? Kalau anak kec
Begitu Albert pergi, Junia langsung bertanya dengan nada perhatian, “Olivia, Kakakmu ribut lagi sama suaminya?”Olivia mengelus kepala keponakannya dan berkata, “Roni tinggal di rumah orang tuanya dan nggak kembali. Dia juga minta kakakku untuk mengembalikan sisa uang bulanannya ke lelaki itu. Katanya sekarang dia sudah nggak makan di rumah, jadi uang bulanan jatah dia dikembalikan saja.”“Untuk apa lelaki seperti itu masih dipertahankan?” kata Junia sebal.Olivia terdiam sejenak dan kembali berkata, “Harus tunggu kakakku sudah stabil baru bisa lanjut mikir hal selanjutnya.”Junia diam saja.“Gimana acaranya Nyonya Hermawan? Sama anaknya ada perasaan nggak?”“Sekarang kepala aku sakit sekali!”Olivia mengerjapkan mata dan tertawa sambil bertanya, “Jangan bilang kamu sengaja mabuk di acara dan kamu buat onar?”Dunia sosialita dan masyarakat kelas atas selalu membicarakan latar belakang pendidikan dan juga etika mereka. Kalau sampai Junia mabuk dan membuat onar di acara ulang tahun terse