Daniel membawa Russel ke dalam rumah sambil menutup pintu di belakangnya. Dia tersenyum menjawab pertanyaan si kecil, "Om Daniel ini bos, jadi kalau nggak mau kerja ya nggak usah kerja, nggak ada yang bisa ngatur Om Daniel. Om Daniel juga nggak perlu khawatir gajinya dikurangi." Russel dengan polosnya bertanya lagi, "Tapi ‘kan Om Stefan juga bos, kenapa dia harus kerja tiap hari?" Daniel menjawab, "Perusahaan pamanmu itu lebih besar sedikit dari punya Om Daniel, jadi urusannya juga lebih banyak. Makanya dia harus kerja tiap hari." Russel tampak puas dengan jawabannya.Setelah menurunkan Russel, Daniel memanggil Odelina sambil membawa seikat bunga. Dia menatap Odelina dengan penuh kasih saat menyerahkan bunga itu. Odelina, dengan nada pasrah, berkata, "Pak Daniel, saya nggak suka bunga. Tolong lain kali jangan bawa lagi, ya?" Odelina sudah berkali-kali menolak, tapi Daniel tetap saja mengirim bunga. Karena Odelina tidak mau menerima bunga, Daniel mengambil vas dan meletakkan bung
Odelina dan Yanti memang sempat berbicara, tapi Odelina tidak memberitahu Daniel sedikit pun. Daniel tetap mengetahui semuanya dari ibunya. Dia marah ketika mengetahui ibunya meminta Odelina untuk menghentikan sewa dan pindah dari Mambera, bahkan ingin Odelina membawa Russel pergi. Daniel sangat marah dan bertengkar hebat dengan ibunya.Yanti marah, begitu juga Daniel. Singkatnya, ibu dan anak ini sama-sama keras kepala, tidak ada yang mau mengalah. Odelina hanya melirik Daniel dan kembali sibuk dengan pekerjaannya sendiri, lalu berkata, "Ini bukan masalah saya. Saya nggak mau berkorban begitu banyak." Daniel tersenyum, Odelina yang seperti inilah yang Daniel sukaii.Russel, yang membawa ponsel ke dalam kamarnya, menelpon Olivia. Dia tahu nomor pertama di buku telepon ibunya adalah nomor Tante Oliv-nya. Olivia segera menjawab telepon. "Kak, ada apa?" Olivia mengira itu kakaknya yang menelpon. "Tante Oliv, ini aku, Russel." Mendengar suara kekanak-kanakan Russel, Olivia terse
"Baik, baik banget," ucap Russel dengan tulus. Anak-anak memiliki hati yang murni. Meskipun usia mereka masih belia, mereka bisa merasakan siapa yang benar-benar tulus kepada dirinya. Terkadang, hanya karena keterbatasan usia, mereka kesulitan mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata.Daniel dari awal memang menyukai Russel. Dari dulu dia selalu ingin menggendong Russel. Ketika itu, Russel yang masih kecil. Dia takut pada bekas luka di wajah Daniel dan selalu menolak untuk digendong. Namun, setelah mereka menjadi lebih dekat, Daniel akhirnya bisa menggendong Russel dengan leluasa. Karena kecintaannya pada Russel, Daniel mulai memperhatikan ibunya. Secara bertahap, Daniel pun jatuh cinta pada Odelina, ibu dari Russel."Om Daniel baik banget sama Russel. Suka banget sama Russel. Mana mungkin dia mau merebut Mama dari Russel?" ujar Olivia. "Jadi, percaya saja sama Om Daniel. Dia hanya mau sama mama kamu untuk menyayangi Russel. Bukan buat merebut mamamu." Russel merasa lega menden
Russel melihat Daniel sebagai pelindungnya, dan tindakannya yang penuh kepercayaan ini membuat Daniel tertawa lebar, suatu pemandangan yang membuat Odelina tak tahu harus berkata apa."Om Daniel, Mama melotot sama aku," adu Russel sambil melirik ke Odelina.Daniel masih tertawa. Dia menggendong Russel dan bertanya padanya, "Coba cari tahu kenapa Mama melotot. Om Daniel yang besar ini ada di sini, tapi Mamamu malah marahnya sama kamu yang kecil, kenapa, ya?"Odelina mendekat.Russel dengan polos menjawab, "Setelah aku telepon Tante Oliv, aku main ponsel, terus Mama ambil ponsel Russel.""Itu bukan ponselmu, itu ponsel Mama," sahut Odelina.Russel tidak berani membantah karena memang ponsel itu milik ibunya. "Aku bilang, ‘Kok Mama boleh main ponsel, kenapa Russel nggak boleh?’ Terus Mama marah," ujar Russel dengan suara yang semakin pelan, menunjukkan ia juga menyadari bahwa bermain ponsel itu sebenarnya tidak baik.Daniel dengan lembut berkata, "Russel masih kecil, kalau terlalu sering
Yanti menanyakan kepada Daniel dengan nada tegas dan khawatir, "Kamu pergi ke mana? Mama ada di kantormu, di ruang kerjamu, dan kamu nggak ada di sini selama jam kerja. Jangan bilang kamu keluar untuk urusan bisnis, ya! Sekretarismu saja masih di sini." Yanti curiga, "Kamu pasti lagi ke Odelina,’kan? Sudah berapa kali Mama bilang, Odelina nggak cocok buat kamu. Dia sudah bercerai dan punya anak laki-laki usia tiga tahun. Kamu mau bantu membesarkan anak orang lain, tapi Mama nggak mau jadi nenek dari anak yang bukan darah dagingku! Kamu yang nantinya harus membesarkan anaknya, bahkan sampai membelikan rumah dan mobil. Sementara ayah kandungnya nggak perlu modal apa-apa. Di Mambera ada banyak banget perempuan muda dan cantik, kenapa nggak pilih salah satu dari mereka saja sih daripada Odelina?" Yanti benar-benar kesal dengan sikap anaknya.Daniel, dengan nada serius, menjawab, "Hidupku, aku yang atur, Mama nggak perlu khawatir. Aku bukan saudara-saudaraku." Setelah berkata demikian, Da
Russel bertanya dengan polos, "Mama, memangnya kenapa kita harus pindah ke tempat lain?" Russel sudah terbiasa tinggal di sana selama hampir setengah tahun.Odelina menjawab dengan sedikit berbohong, "Russel mulai sekolah TK bulan September nanti, kan. Tempat kita sekarang agak jauh dari TK itu. Jadi, kita pindah ke tempat yang lebih dekat, supaya lebih mudah buat Mama antar kamu ke sekolah." Seorang anak berusia tiga tahun tentu tidak punya banyak pendapat tentang hal seperti itu. Russel mengangguk setuju setelah mendengar penjelasan ibunya.Kemudian, Odelina menelepon agen properti dan menjelaskan kebutuhannya untuk mencari tempat sewaan baru. Membeli rumah belum menjadi prioritas Odelina saat ini, karena yang terpenting adalah pendidikan anaknya. Russel akan bersekolah di TK terbaik di Mambera yang biaya tahunannya cukup mahal. Dari perceraiannya dengan Roni, Odelina mendapat sejumlah uang. Dia telah menginvestasikan sebagian di restoran ‘Makan Sepuasnya', yang meskipun bisnis
“Ma!”“Mama sudah berbicara terus terang, ya. Kalau kamu bisa memutuskan hubungan ibu dan anak sama Mama, maka Mama nggak akan lagi peduli dengan siapa kamu jatuh cinta atau siapa orang yang kamu kejar.” Setelah Yanti mengucapkan itu, ia berbalik dan pergi dengan marah.Daniel juga merasa sangat marah pada sikap ibunya.Daniel tidak mengerti, ibunya jelas tidak membenci Odelina. Lalu mengapa ibunya itu begitu keras kepala dan tidak setuju dengan hubungannya dengan Odelina?Daniel bahkan belum berhasil menarik hati Odelina. Akan tetapi, ibunya sudah membuat keributan sebesar ini, menahan langkahnya.Odelina yang pada dasarnya tidak mencintai Daniel, akan menjadi lebih takut untuk mencintai atau menerima perasaan Daniel karena sikap ibunya.Daniel menoleh dan melihat ke belakang. Dia tidak kembali ke rumah sewaan Odelina, melainkan menuju ke mobilnya/ Setelah masuk mobil, dia menelepon Stefan dan Reiki, mengajak mereka keluar untuk minum.Tanpa peduli apakah kedua temannya itu setuju at
Stefan terdiam sejenak.Mereka memang telah mengenal Daniel selama bertahun-tahun dan sangat memahaminya.Daniel tampak kasar dan cuek, seolah-olah tidak peduli dengan apa pun.Namun, sebenarnya dia sangat gigih dalam urusan perasaan.Jika Odelina tidak menikah lagi seumur hidupnya, maka kemungkinan besar Daniel akan tetap lajang demi dia.Jika Odelina menikah dengan orang lain, maka Daniel masih akan tetap melajang.Itulah sifatnya. Jika tidak bisa menikahi wanita yang diinginkannya, Daniel akan lebih memilih untuk tetap sendiri seumur hidup."Kalau kamu memang nggak bisa, biar aku yang pergi. Aku temani dia," Stefan menawarkan diri. Dia mengerti bahwa Reiki masih dalam cuti pernikahan dan Junia sedang hamil, jadi Reiki pasti tidak memiliki waktu untuk urusan lain.Reiki berkata, "Junia di toko buku, aku sudah atur pengawal untuk melindungi dia. Aku nggak masalah, ayo kita pergi bareng."Stefan mengangguk.Setelah menutup panggilan, Stefan menoleh ke istri tercintanya yang sedang memb
“… kan bisa saja apa yang aku minta kalian nggak bisa bantu, makanya aku minta bantuannya ke kakak iparku. Kak Olivia sudah pergi ke Vila Ferda, Kak Rika masih belum resmi masuk keluarga Adhitama dan aku juga nggak begitu dekat sama dia. Cuma Kak Rosalina saja yang bisa kuminta bantuan. Memang nggak boleh aku minta tolong sama dia?”Rosalina adalah kakak iparnya yang paling tua, tetapi keluarga Adhitama ini terdiri dari beberapa anak lelaki dari ayah yang berbeda sehingga Olivia secara tidak langsung hanya ipar tiri statusnya. Hanya Rosalina saja yang bisa dianggap sebagai ipar dari saudara kandung.“Rosalina bahkan nggak kenal dan nggak pernah ketemu sama cewek yang kamu suka. Dia nggak bakal bisa bantu banyak juga, jadi mending kamu nggak usah ganggu dia. Kalau ada apa-apa, bilang ke aku saja. Kalau aku rasa Rosalina bisa bantu, nanti biar aku yang ngomong ke dia.”“Ini bukan soal si Rubah, tapi soal Nana. Kak Rosalina kan kenal sama Nana dan seharusnya mereka juga pernah berinteraks
“Ini mah banyak banget!” keluh Samuel.“Kamu pikir kami semua sesantai kamu? Kamu saja yang bisa santai, aku dan Kak Stefan setiap hari sibuknya bukan main.”“Kata siapa aku santai? Aku juga punya kesibukan sendiri, kok.”“Masa? Aku nggak pernah lihat kamu sibuk.”“.…”Samuel tidak ditempatkan di kantor pusat Adhitama Group, jelas saja para kakak yang lebih tua tidak pernah melihat Samuel sibuk. Ini salah Samuel sendiri yang tadi mengatakan kalau dia sedang senggang. Bukankah akan lebih baik jika dia terus terang saja apa tujuan dari kedatangannya ke sini?“Kak Stefan jauh lebih capek dari aku,” ucap Calvin.Stefan adalah kunci dari Adhitama Group. Meskipun urusan sepele tidak perlu melalui persetujuan Stefan lagi, tetap saja masih ada banyak urusan lain yang harus dia tangani secara langsung. Adhitama Group sangat besar. Setiap ari ada saja pekerjaan yang harus Stefan urus, belum lagi rapat yang tidak pernah ada habisnya dan sesekali harus pergi menjamu klien.Saat masih bertunangan,
Masih berbicara dengan suaminya di telepon, Rosalina berkata, “Kamu kan sibuk, beresin saja dulu sana. Aku mau menemani Nenek jalan-jalan lagi sebentar. Dia tadi habis marah-marah sama Dewi sampai mukanya merah semua.”Sarah, “….”Di telepon Calvin tertawa sangat keras, tetapi dia cukup sadar diri untuk tidak menanyakan apa yang Dewi katakan kepada neneknya, supaya neneknya tidak melampiaskan kekesalannya dengan cara mengumbar aib Calvin yang lain. Setelah pembicaraan di telepon berakhir, Calvin meletakan ponselnya dan menyeruput kopinya. Sebelum dia meletakkan kembali gelasnya di atas meja, dia mendengar suara ketukan pintu.“Masuk,” ujarnya.Lantas pintu ruang kantornya terbuka dimasuki oleh Samuel. Melihat kedatangan adik kecilnya itu, Calvin pun dengan rapi meletakkan gelasnya kembali ke tatakan gelas dan berkata dengan senyum tipis di wajah, “Tuben, ada angin apa kamu datang ke sini?”“Aku merasa sedikit tersinggung Kak Calvin ngomong begitu. Aku ini adik kandungmu, lho.”Samuel d
Terlalu banyak cucu juga bukan hal yang baik.“Nggak, kok. Nenek nggak bilang apa-apa tentang kamu. Jangan selalu berpikiran buruk tentang Nenek, ya,” ujar Rosalina dengan maksud bercanda.Mendengar itu, Nene Sarah dengan sengaja meninggikan suaranya, “Rosalina, aku kasih tahu, nih. Calvin waktu kecil suka ngompol. Waktu umur dia lima tahun saja kadang-kadang masih suka ngompol. Dia selalu ngaku cari kamar mandi di mimpinya. Pas lagi nyari, begitu ketemu langsung pipis.”“Nenek!” sahut Calvin di telepon.Ya, baiklah. Di antara kakak beradik itu, memang Calvin yang paling sering mengompol. Yang lain pada umumnya sudah tidak mengompol lagi di usia mereka sudah bisa berbicara. Begitu mereka ke kamar mandi sebelum tidur, mereka akan tertidur lelap sampai hari mulai terang. Berbeda dengan Calvin,dia justru banyak minum menjelang tidur dan tidak ke kamar mandi. Makanya, dia sering terbangun di tengah malam untuk pipis. Namun bagaimanapun juga, Calvin baru berusia 5-6 tahun dan masih dianggap
Nenek Sarah tersenyum, lalu dia berkata, “Aku nggak peduli apa kata mereka. Toh cucuku ya milikku. Aku yang membesarkan mereka dari kecil, aku dan suamiku yang bersusah payah mendidik mereka dengan sepenuh hati. Aku yang paling tahu seperti apa sifat mereka, dan wanita seperti apa yang cocok dengan mereka. Aku cuma mau cucuku bahagia dan memberikan mereka istri yang pantas. Apa itu salah? Orang-orang bilang Olivia nggak pantas untuk Stefan. Mereka sering kali bertanya memangnya sudah berapa lama Olivia masuk ke keluarga Adhitama? Atau bertanya dengan kemampuan yang Olivia miliki, apa dia pantas untuk Stefan?”Sarah dari dulu memang lebih menyayangi Olivia. Dia melanjutkan, “Aku justru sangat berterima kasih sama Olivia karena dia mau menikah sama Stefan. Dengan sifat Stefan yang temperamental itu, bisa jadi dia nggak akan dapat pasangan seumur hidup. Bahkan para ahli juga pada bilang kalau Stefan dan Olivia itu memang ditakdirkan untuk jadi suami istri seumur hidup. Mereka mendapatkan
Tante Rida pernah berpesan kepada Rosalina. Andaikan Rosalina sungguh mencintai Calvin, maka terimalah cintanya. Jangan sampai Rosalina melewatkan kesempatan ini atau dialah yang akan menyesal nantinya.Setiap anak lelaki yang terlahir di keluarga Adhitama, entah di urutan yang keberapa pun, mereka sama-sama mendapatkan pendidikan yang setara. Cara mereka menyikapi hubungan asmara juga sama, yaitu fokus dengan pasangan masing-masing bahkan sampai ke tahap buta asmara. Mereka tidak akan jatuh cinta dengan mudah, tetapi sekali jatuh cinta, maka itu akan menjadi komitmen seumur hidup.“Aku bisa mengerti. Memang ini sudah risiko menjadi bagian dari keluarga yang dikenal banyak orang,” ujar Sarah, seraya menepuk punggung tangan Rosalina dengan kasih sayang.Rosalina tersenyum dan berkata, “Nek, yang aku bilang itu dulu. Sekarang aku sudah nggak merasa tertekan atau merasa minder lagi. Dulu aku merasa beruntung karena Calvin sudah memilih aku. Sekarang aku merasa aku pasti punya suatu kelebi
“Duduk dulu di sana, kita bicarakan pelan-pelan,” kata Nenek Sarah seraya menunjuk ke sebuah gazebo yang terletak tidak jauh dari mereka.”Rosalina dengan lembut menanggapi ajakan itu dan menuntun Sarah menuju ke gazebo yang dimaksud. Setelah mereka sampai di sana dan duduk, Sarah memegang tangan Rosalina dan berkata kepadanya, “Rosalina, tekanan menjadi menantu di keluarga Adhitama pasti berat, ya. Nggak peduli apa pun yang kalian lakukan, pasti akan selalu ada mata yang terus mengawasi setiap pergerakan kalian kalaupun kalian melakukannya dengan baik, nggak banyak orang yang kasih pujian ke kalian, dan kalau mereka merasa kalian kurang baik, pasti banyak yang menghujat. Kalau privasi kalian nggak terjaga dengan baik, pasti akan dengan mudah tersebar ke luar dan menimbulkan rumor yang jadi hiburan untuk orang lain. Ini akan bikin kalian sangat frustrasi dan kerepotan.”Namun ketika mendengar itu, Rosalina hanya mengatupkan bibirnya dan menjawab, “Nek, aku baik-baik saja, kok. Awalnya
Sarah hanya ingin mencari topik pembicaraan dengan cucu menantunya itu, makanya dia pura-pura tertarik.“Aku rasa mereka orang yang sama. Mereka sampai cari satu pengganti untuk menyamar jadi Giselle. Habis itu, Lisa juga muncul di depanku. Dia ingin buat aku nggak curiga. Target mereka sepertinya Olivia. Tapi karena aku paling kenal Giselle, jadi mereka mau nggak mau harus libatkan aku juga.”Hanya dengan membuat Rosalina tidak curiga, Olivia baru akan berhenti curiga. Karena Rosalina kakaknya Giselle.“Aku hanya ingin beritahu Olivia, biar bisa analisis bersama. Rasanya mereka sedang main catur besar di belakang. Nggak perlu terburu-buru. Mereka nggak buru-buru, kita juga nggak buru-buru. Makanya aku pagi ini baru datang ke sini, tapi ternyata Olivia sudah pergi.”Rosalina merasa iri pada Olivia. “Aku juga ingin libur, bawa anak-anak pergi main. Tapi sayangnya aku nggak punya keponakan.”Rosalina memiliki adik perempuan, tapi Giselle juga belum menikah. Jadi dia belum memiliki kepona
“Iya, Mama sudah tua, nggak usah keliaran ke mana-mana dan buat anak-anak khawatir,” kata Dewi.Sarah sengaja melotot ke arah menantunya. “Kenapa kamu ikut-ikutan juga? Aku nggak keliaran. Sekarang aku diam saja di rumah, kan? Aku nggak ikut Oliv pergi gendong Audrey.”Dewi langsung mengungkap kebohongan ibu mertuanya. “Bukannya karena Mama selalu mau culik anak orang setiap kali pergi ke sana jadi sekarang mereka nggak mau terima kunjungan Mama?”Wajah Sarah memerah. Rosalina spontan tertawa cekikikan.“Rosalina, temani Nenek jalan-jalan. Suasana hati Nenek jadi nggak bagus karena tantemu. Dia nggak kasih aku cucu perempuan. Aku suka cucu orang lain, dia malah salahkan aku.”“Mama juga nggak punya anak perempuan, masih saja mau salahkan aku. Memangnya kami yang nggak mau punya anak perempuan? Ada masalah dengan feng shui keluarga Adhitama. Aku curiga rumah dan makam leluhur kita ada di tanah milik seorang biksu,” kata Dewi sambil menutup mulut untuk menahan tawa.Keluarga Adhitama han