Dengan adanya pesaing cinta, Jonas semakin tidak ingin meninggalkan Mambera. Dia takut jika dia pergi sebentar, saat kembali Amelia sudah menjadi pacar Yogi. "Memang, sih. Sebaiknya kamu pulang untuk temani orang tuamu," kata Amelia dengan pengertian. "Amelia, kamu mau nggak temani aku pulang?" tanya Jonas.Jonas sangat ingin membawa Amelia pulang agar keluarga bisa melihat Amelia. Meskipun keluarganya sudah tahu dia menyukai seseorang di Mambera dan telah melihat foto Amelia, mereka belum pernah bertemu dengan Amelia secara langsung. Amelia, yang biasanya berani dan blak-blakan, merona karena pertanyaan Jonas. Dia berkata, "Kita belum resmi, terlalu cepat untuk ketemu orang tuamu.""Kamu harus melewati tantangan dari ibuku dulu ... setelah berhasil, kapan saja aku siap kamu bawa pulang untuk bertemu orang tuamu." Jonas tampak kecewa, tapi segera semangat lagi dan tersenyum hangat, "Aku berharap hari itu nggak terlalu lama. aku pasti bisa melewati tantangan dari tante."Pelayan ke
Yuna tertawa, "Itu kabar baik.""Seluruh keluarga Ardaba bahagia, Reiki khawatir banget, dia bahkan memperlakukan Junia sudah kayak harta nasional."Nenek Yuna tertawa, "Wajar saja, Reiki adalah yang pertama menikah di generasinya, dan anak dalam kandungan Junia adalah cucu pertama di keluarga mereka. Pasti mereka sangat menghargai anak itu."Anak pertama selalu spesial dan dinanti-nantikan."Oliv gimana?" Yuna teringat bahwa keponakannya belum hamil, sementara Junia sudah hamil saat bulan madu. Yuna khawatir Olivia akan merasa tertekan.Amelia mengingat reaksi Olivia, "Menurutku dia baik-baik saja, Mama nggak perlu khawatir tentang Oliv. Dia sudah menerima dan membiarkan segalanya berjalan dengan alami, nggak lagi terburu-buru ingin hamil.""Apalagi, kami sangat sibuk. Dia nggak punya waktu atau pikiran untuk memikirkan soal kapan punya anak."Sebelumnya, Olivia hanya mengelola toko buku mereka dengan Junia, terlalu banyak waktu luang sehingga sering memikirkan soal kehamilan.Oleh ka
"Ma, sekarang aku lagi di resto keluarga kita, di ruangan nomor XX," kata Amelia saat dia mau tak mau memberitahu ibunya bahwa dia sedang berada di hotel.Yuna diam sejenak, lalu bertanya, "Kamu makan malam sama Jonas?""Iya," Amelia mengaku. Keluarga Amelia tidak setuju dengan hubungan antara dia dan Jonas, tetapi Amelia memilih untuk tidak mendengarkan mereka. Bagi Amelia, menjadi bahagia adalah hal yang paling penting.Mengapa tidak memilih bersama Jonas jika hal itu yang justru membuatnya bahagia?"Kami baru sampai, belum pesan makanan. Gimana kalau aku dan Jonas datang ke sana? Kami makan sama Mama dan Pak Yogi?" tawar Amelia.Setelah merenung sebentar, Yuna menjawab, "Mama saja yang ke sana." Setelah mengucapkannya, Yuna langsung mengakhiri panggilan telepon.Amelia memegang ponselnya sambil menatap Jonas, lalu berkata, "Mama ingin ajak Pak Yogi makan malam, jadi kita tenemani, ya. Kita jangan pesan makanan sekarang dulu."Amelia sangat familiar dengan menu di restoran keluarg
Amelia memiliki perasaan untuk Jonas. Alasan dia tidak terburu-buru untuk menerima perasaan Jonas adalah karena Amelia ingin merasakan bagaimana rasanya dikejar dan benar-benar disayangi oleh seseorang.Amelia tersenyum dan melanjutkan, "Pak Yogi mungkin juga nggak akan tertarik sama aku, sih. Ini semua cuma kerjaan mamaku saja. Cuma akunya yang nggak mau kompromi. Kalau begini, sih, mau seberapa keras mamaku coba, nggak akan ada gunanya. Gimana pun, aku masih bisa kok milih siapa orang yang ingin aku cintai."Yogi adalah sepupu Stefan. Meskipun dia dan Amelia tidak pernah bersinggungan sebelumnya, Yogi pasti tahu bahwa Amelia dulu pernah jatuh cinta pada Stefan. Amelia memang sudah melepaskan perasaannya terhadap Stefan, tapi apa Yogi akan menerima masa lalu Amelia begitu saja?Amelia berbicara dengan mantap. Ucapannya membuat Jonas merasa lega. Dia bersyukur telah memilih Amelia sejak awal, sengaja mendekatinya dan memenangkan hatinya terlebih dahulu. Jika tidak, Jonas mungkin tida
"Saya nggak merasa Amelia keras kepala, temperamental, atau suka meledak-ledak. Kayak yang Tante bilang. Siapa pun pasti punya sedikit sifat temperamental. Bahkan orang yang dibuat dari lumpur pun juga memiliki sifat marah," kata Jonas dengan tenang."Meskipun misalnya Amelia benar-benar seperti yang Tante bilang, saya orang yang cukup sabar dan penuh pengertian. Saya bisa saja orang yang paling cocok untuk Amelia yang punya sifat seperti itu."Yuna terdiam, tidak tahu harus bagaimana menjawab argumen Jonas. Jonas memutuskan untuk bertanya dengan tegas, "Tante, selain fakta saya bukan orang Mambera, ada sesuatu lain yang buat Tante nggak puas dengan saya? Saya bisa berusaha untuk memperbaikinya."Yuna tetap bungkam. Amelia memiliki sifat keras kepala seperti dirinya, dan dalam hal ini, Yuna merasa sangat yakin dengan pendiriannya. Terlepas dari berapa banyak yang telah dilakukan Jonas dan janji yang telah diberikan oleh pemuda itu, Yuna tetap yakin untuk tidak akan mengizinkan Ameli
Ketika seseorang dihargai, kekurangan mereka bisa dianggap sebagai kelebihan, tetapi ketika seseorang dibenci, seluruh kelebihannya bisa menjadi kekurangan."Mbak Amelia, selamat malam," balas Yogi sambil tersenyum saat menyambut salam Amelia. Dia melihat ke belakang Amelia, tidak melihat Yuna. Yogi mengira Yuna akan hadir karena dialah yang mengundang.Yogi sebenarnya hanya berhenti untuk mengecek keadaan Yuna yang duduk di trotoar dan memberinya tumpangan pulang. Baginya itu adalah hal kecil yang tidak perlu dihargai sedemikian rupa oleh Yuna. Namun, Yuna sangat bersikeras dan berkata ingin berterima kasih. Yogi malah merasa tertekan.Amelia juga telah beberapa kali mencoba untuk mengundangnya makan sebagai bentuk terima kasih, tetapi dia selalu menolak. Hari ini, Yogi setuju untuk datang karena undangan terus-menerus dari Yuna dan hanya ingin memberikan Yuna perasaan bahwa Yuna telah membalas jasanya sehingga Yuna tidak akan mengganggunya lagi."Mamaku tunggu di dalam ruangan VI
Yogi melirik Amelia dan tersenyum, "Mbak Amelia pasti mahir masak sup, hanya saja, sayanya yang nggak begitu suka sup, Tante."Ketika Amelia masih mengincar Stefan, Amelia sering mengirimkan sup untuknya. Yogi ingat betul.Yuna tetap tersenyum dan berkata, "Kamu belum pernah coba sup buatan Amelia, nanti kalau kamu coba, pasti suka. Jadi, ita sudah sepakat, ya. Lain waktu kamu datang ke rumah kami, makan malam."Yogi menjawab ramah, "Kalau saya ada waktu, pasti datang."Yuna akhirnya merasa puas dengan jawaban Yogi. Yuna meminta Amelia untuk memesan makanan. Amelia memberikan menu ke Yogi, "Pak Yogi, silakan pesan."Yogi menjawab, "Ini restoran keluarga Sanjaya, ‘kan, ya? Mbak Amelia pasti tahu makanan apa yang paling enak di sini. Mbak Amelia saja yang pilih. Saya itu selain nggak suka sup, yang lainnya nggak masalah."Sebenarnya, Yogi suka makan sup, tetapi dia mengatakan sebaliknya agar tidak dipaksa oleh Yuna untuk mencoba masakan Amelia. Dia tidak ingin menimbulkan rumor atau ma
Setelah mobil Yogi tak terlihat, keduanya bersiap untuk kembali ke dalam hotel. Namun, Yuna keluar dari hotel."Tante," kata Jonas memanggil Yuna.Yuna hanya mengangguk sebagai tanggapan dan kemudian berkata kepada Amelia, "Amelia, temani Mama pergi ke pasar malam. Sudah lama Mama nggak pergi ke pasar malam."Amelia menatap Jonas, dan Jonas dengan bijak berkata, "Tante, Amelia, saya juga masih ada urusan. Saya pergi dulu, ya."Amelia berkata, "Jonas, jangan terlalu memikirkan apa yang mama bilang, ya."Jonas memberikan tatapan yang penuh keyakinan kepada Amelia. Jonas cukup bijaksana. Dia tidak akan membiarkan sikap ibu Amelia memengaruhi hatinya.Yuna berjalan menuju mobilnya. Amelia pun terpaksa mengikuti ibunya. Mereka mengendarai satu mobil, sementara mobil Amelia tetap di parkiran hotel.Setelah naik ke dalam mobil, Yuna menepuk dahi Amelia, "Amelia, sudah berapa kali Mama bilang, kamu harus jaga jarak dengan Jonas. Dia itu kayak rubah yang licik, dia bisa menjebak kamu tanpa ka
Yuna mengangguk."Sore nanti ajak Russel bersama ke sini." Setelah berpikir sejenak, Yuna menambahkan, "Dokter Panca bilang, waktu Kakek Setya nggak banyak lagi. Biarkan dia bertemu dengan anak-anak satu per satu." Semua orang saling memandang. Olivia dengan cemas bertanya, "Penyakit apa yang diderita Kakek Setya?" "Mungkin karena luka lama yang meninggalkan efek samping, ditambah usia lanjut. Orang tua pasti punya penyakit kecil di sana-sini," jawab Yuna sambil menghela napas, dia tidak melanjutkan lebih jauh. Dokter Panca sudah menyuruh mereka bersiap secara mental. "Sore nanti, aku akan menjemput Russel, lalu kita akan datang bersama." Olivia juga memahami bahwa usia Setya yang sudah sangat tua, ditambah keinginannya yang sudah terpenuhi, mungkin tidak akan bertahan lama lagi. "Apakah perlu memberi tahu Kak Odelina agar pulang?" "Untuk sementara nggak perlu. Kakek Setya belum menyerahkan bukti-buktinya ke aku, jadi dalam waktu dekat sepertinya nggak akan ada apa-apa. Saat dia
Wajah Yuna berubah drastis. “Dokter Panca, apakah nggak ada cara agar Om Setya bisa hidup beberapa tahun lagi?” Dokter Panca berkata, “Saya dan murid-murid saya sudah pakai semua obat terbaik yang kami tanam untuknya. Kami sudah melakukan yang terbaik. Dia bisa bertahan sampai sejauh ini, pertama karena kami membantu memulihkan tubuhnya, dan kedua karena obsesi yang ada di hatinya.” “Meski dendam besar mamamu belum terbalaskan, melihat kalian hidup dengan baik, memiliki kekuatan dan dukungan, Om Setya merasa lebih tenang. Dia percaya bahwa balas dendam untuk ibumu bisa diserahkan sama kalian, jadi dia bisa pergi menemui majikannya dengan hati lega.” “Begitu obsesi itu hilang, seperti yang saya katakan sebelumnya, semangatnya akan turun. Ketika itu terjadi, dia nggak akan bertahan lama lagi. Apalagi, usianya sudah hampir seratus tahun. Bahkan kalua hari itu tiba, kalian harus menerimanya dengan tenang.” Hidup hingga seratus tahun, meski sering diucapkan, berapa banyak orang yang be
Sama seperti para lelaki di keluarga menantunya. Tidak heran kedua keluarga itu bisa memiliki hubungan yang erat. Mereka adalah orang-orang yang sejenis. “Dokter Panca,” sapa Stefan dengan hormat. Lelaki tua itu mengangguk lagi. Kemudian, dia memperkenalkan beberapa teman lamanya kepada pasangan itu. Terakhir, dia menunjuk Setya dan berkata kepada Olivia, “Bu Olivia, kakakku ini adalah orang yang selama ini kalian cari. Tantemu memanggilnya Om Setya.” “Dokter Panca, panggil aku Olivia saja,” kata Olivia dengan sopan. Dia menoleh ke Setya dan menyapanya, “Kakek Setya.” Sebagai generasi muda, Olivia belum pernah bertemu dengan asisten tua itu, dan begitu pula sebaliknya. Karena itu, baik Olivia maupun Setya, tidak memiliki perasaan emosional yang sama seperti Yuna. Setya tersenyum dan mengangguk, lalu berkata, “Kamu pasti Olivia, 'kan?” Bu Yuna benar, Olivia tidak begitu mirip dengan Reni. Sekilas terlihat sedikit mirip, tapi kalau diperhatikan lebih saksama, ternyata nggak. Keli
“Om Setya, putri sulung Reni sudah pergi ke Cianter untuk berkarier. Anda untuk sementara nggak bisa bertemu dengannya,” kata Yuna dengan suara lembut.Dia tahu alasan Setya sering memandang Amelia. Mungkin lelaki itu khawatir bahwa keluarga ibunya tidak ada yang mampu mengambil alih keluarga Gatara. Setya sangat setia, dan menganggap keluarga Gatara itu adalah milik keturunan majikannya.Meskipun Patricia telah duduk di posisi kepala keluarga selama lebih dari 40 tahun, Setya tetap tidak mengakui kedudukan Patricia yang sah. Perempuan itu tidak ingin Setya hidup, karena selama dia masih hidup, Patricia selalu merasa posisinya tidak kokoh. Tanpa Setya, dengan semua saudaranya ang telah tiada, mengambil alih keluarga Gatara menjadi hal yang wajar baginya, sehingga dia akan merasa lebih percaya diri. “Olivia sedang dalam perjalanan. Sebentar lagi Anda bisa bertemu dengannya,” “Olivia lebih mirip ayahnya, sedangkan Odelina lebih mirip Reni. Anak laki-laki Odelina, Russel, sangat mirip
Yuna menangis sejadi-jadinya di depan nisan adiknya. Namun, tidak peduli seberapa keras tangisnya, dia tidak dapat menghidupkan kembali adiknya. Satu hal yang bisa dia lakukan hanyalah menjadi sosok ibu bagi kedua keponakannya dan memberikan mereka lebih banyak kasih sayang.Yuna dan adiknya mengalami masa kecil yang tragis. Kemudian, keduanya dipisahkan oleh dua alam yang berbeda. Setelah mengetahui penyebab kematian orang tuanya, Yuna sangat membenci Patricia.“Kalau nggak ingin orang tahu apa yang kamu lakukan, lebih baik nggak usah lakukan. Dia akan membayar harga atas semua perbuatannya,” ujar Setya dengan penuh kebencian.“Benar, Om. Dia akan bayar harga atas semua yang telah dia lakukan.”“Aku yang nggak berguna. Aku nggak punya banyak bukti. Hanya ada sedikit. Karena orang-orang yang tahu masalah ini sudah mati semua, jadi sulit untuk memberatkannya dengan bukti yang sedikit ini.” Usai berkata, Setya kembali menyalahkan dirinya sendiri dan menangis.“Aku nggak peduli ada bukti
Tahun lalu, Setya baru saja kembali dari gerbang kematian. Setelah mendengar perkataan Panca, Setya pun berusaha menenangkan dirinya. Dia menganggukkan kepala kepada teman-temannya, lalu berkata kepada yuna, “Non Yuna, aku akan berusaha tetap hidup. Sampai kalian membalaskan dendam orang tuamu, agar Bu Patricia terima hukuman atas perbuatannya. Kalau nggak, aku nggak bisa mati dengan tenang.”“Ini juga salahku. Selama bertahun-tahun, aku nggak bisa membalaskan dendam orang tuamu. Aku juga nggak bisa temukan keberadaan kamu dan adikmu.”Kalau saja Setya menemukan Yuna dan Reni lebih awal, Reni tidak akan meninggal secepat ini. Setya gagal melindungi kepala keluarga Gatara sebelumnya, juga gagal melindungi kedua putri kepala keluarga Gatara sebelumnya. Setya merasa sangat bersalah.Setya yang telah menjalani pelatihan khusus menjadi asisten terpercaya kepala keluarga Gatara. Dia telah melakukan banyak hal untuk kepala keluarga Gatara. Namun pada akhirnya, dia gagal melaksanakan dua hal t
Yuna memanggil pria itu Setya, adik Yuna juga ikut memanggilnya dengan nama itu. Setiap kali Yuna dan adiknya memanggil Setya, pria itu selalu menjawab sambil tersenyum.Dalam ingatan Yuna yang samar-samar, orang tuanya dan Setya sangat sibuk. Namun, kesehatan ibunya kurang baik, jadi ibunya sering meminta bibinya yang tidak lain adalah Patricia untuk melakukan sesuatu.Sekarang kalau dipikir-pikir, justru karena ibunya Yuna sakit. Jadi ibunya Yuna mau tidak mau sering minta Patricia mengurus perusahaan dan urusan keluarga, sehingga timbul keinginan di dalam hati Patricia untuk merebut kekuasaan.Patricia pasti merasa dia telah berbuat banyak, tapi semua orang tetap berpihak pada ibu Yuna. Oleh karena itu, Patricia ingin mengambil alih. Karena dia mengira hanya dengan menjadi kepala keluarga, semua orang akan sepenuhnya berpihak padanya.“Huh ....”Syuna memanggil Sety, Setya menghela napas sambil menahan air matanya. Keduanya sama-sama tidak memiliki kesan mendalam terhadap satu sama
Stefan tertawa pelan. “Oke, asal kamu nggak berebut dengan tantemu untuk dapat perhatian, sebenarnya kamu akan merasa sangat bahagia. Ada begitu banyak orang yang sayang sama kamu. Cepat gosok gigi dan cuci muka. Habis itu ambil tasmu dan turun untuk sarapan dulu. Nanti om sopir yang antar kamu ke sekolah. Om dan tantemu ada urusan, nggak bisa antar kamu.”Russel memanyunkan bibir lagi. Namun pada akhirnya, dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia pun pergi mencuci muka dan menggosok gigi dengan tenang. Sedangkan Stefan kembali ke kamarnya untuk membangunkan Olivia. Dia memberitahu Olivia kalau Dokter Panca membawa asisten nenek Olivia ke rumah keluarga Sanjaya.Olivia langsung bangun dan mandi secepatnya. Selesai ganti baju, dia bergegas turun bersama suaminya. Di sisi lain, Aksa juga telah membangunkan orang tuanya. Begitu mengetahui kedatangan para pria tua dan salah satu di antaranya adalah guru Kellin, Yuna langsung keluar dari kamar. Namun, suaminya segera menghentikannya.“Yuna, k
Mereka berdua sedang bertelepon, tapi Stefan malah bilang kalau dia tidak bicara dengan Aksa. Karena Aksa tahu Stefan pasti sedang mengurus Russel, Aksa pun tidak marah.“Oke, kamu bisa bicara sekarang.” Stefan akhirnya bicara dengan Aksa.Kalau bukan karena tahu Olivia masih tidur saat ini, Aksa sungguh tidak ingin menelepon Stefan. Dengar saja nada bicara Stefan, sangat menjengkelkan, bukan? Seolah-olah Aksa akan melapor ke Stefan saja.Aksa pun berkata sambil menahan amarahnya, “Dokter Panca bawa asisten nenekku datang ke sini. Selain mereka berdua, ada beberapa pak tua lainnya. Mereka mungkin para master yang menguasai dunia beberapa puluh tahun yang lalu. Kamu bilang sama Olivia. Kalau kamu bisa datang, kamu temani Olivia datang ke sini sebentar.”“Dokter Panca?” Stefan spontan mengerutkan kening. “Kamu yakin orang itu Dokter Panca?”“Aku nggak yakin. Makanya aku suruh Jonas datang. Jonas pernah bertemu dengannya. Tapi aku rasa mereka nggak akan berbohong. Nggak akan ada yang bera