Odelina sibuk sampai lewat pukul sembilan. Karena sudah semakin sedikit orang yang datang untuk beli sarapan, dia baru punya waktu untuk istirahat sebentar.Cherly memilih waktu saat Odelina sedang senggang baru datang ke toko. Odelina tertegun sejenak ketika melihat perempuan itu datang. Setelah itu, Odelina menunjukkan senyum khasnya dan berkata, “Bu Cherly.”“Bu Odelina lagi nggak sibuk, kan?”“Sekarang sudah nggak sibuk. Sebentar lagi mau beres-beres dan tutup toko. Ada apa, Bu Cherly?”Odelina tidak banyak berinteraksi dengan Cherly. Dia merasa Cherly datang ke toko pasti karena Daniel.“Nggak ada apa-apa, sih. Aku pergi ke Lumanto Group untuk tanda tangan kontrak dengan Kak Daniel. Kebetulan lewat sini, jadi mampir sebentar. Akhir-akhir ini toko ramai, nggak?”Odelina tersenyum, “Lumayan, seenggaknya masih bisa dapat keuntungan untuk bayar sewa toko dan gaji karyawan.”“Sarapan buatanmu enak banget, Kak Daniel yang bilang. Dia sangat suka beli sarapan di sini. Pelan-pelan saja, s
Setelah mendengar perkataan Cherly, Odelina sangat curiga kalau Cherly mendapat keuntungan dari Daniel ketika menandatangani kontrak dengan pria itu, sehingga Cherly datang untuk membantu Daniel sebagai pelobi.Seolah-olah bisa membaca pikiran Odelina, Cherly tiba-tiba tertawa dan berkata, “Kak Daniel nggak suruh aku datang ke sini. Aku tahu Kak Daniel sedang kejar kamu tapi bertemu hambatan di mana-mana. Jadi aku datang untuk katakan hal baik tentang Kak Daniel.”“Bu Cherly, aku hanya anggap Pak Daniel sebagai teman.”“Karena Tante Yanti nggak terima kamu?”“Nggak ada hubungannya dengan Bu Yanti. Aku benar-benar hanya anggap Pak Daniel sebagai teman, nggak ada perasaan lain.”Sebenarnya Yanti juga merupakan salah satu alasan. Hanya saja, bukan itu alasan utamanya. Odelina tidak menerima perasaan Daniel karena dia benar-benar tidak mencintai pria itu. Dia hanya menganggap Daniel sebagai teman, tidak lebih, tidak ada perasaan lain.Setelah bercerai dengan Roni, Odelina pernah mengatakan
SMP Negeri Kota Mambera.Amelia memarkir mobilnya, lalu masuk ke toko buku Olivia sambil membawa kunci mobilnya. Olivia sedang jaga toko sendirian. Kadang-kadang, dia akan membuat barang kerajinan tangan saat bosan.Olivia baru saja selesai membuat barang kerajinan tangan berupa sepeda ketika Amelia masuk ke dalam toko.“Kenapa kamu buat barang beginian lagi? Bukannya kamu sudah serahkan semuanya ke orang lain? Jangan ambil terlalu banyak pekerjaan. Kalau kamu kelelahan, Stefan marah lalu dia nggak izinkan kamu lakukan apa pun dan suruh kamu diam saja di rumah setiap hari. Kalau sampai jadi seperti itu, jangan mengeluh pada kami, ya.”Amelia meletakkan kunci mobilnya di meja kasir lalu ikut duduk di bangku. Dia mengambil sepeda yang baru saja diselesaikan Olivia dan memuji, “Oliv, nggak bisa dipungkiri tanganmu memang benar-benar hebat. Apa pun yang kamu buat terlihat sama persis dengan barang aslinya.”“Aku pernah mempelajarinya secara khusus. Kamu suka apa, kalau sempat aku buatkan u
“Beli tanah dan bangun sendiri butuh waktu lebih lama. Kita sewa kantor dulu, kalau ada lokasi bagus, kita baru beli dan bangun sendiri,” kata Olivia.“Boleh juga. Kita harus beritahu Junia tentang hal ini. Kamu atau aku yang kirim pesan ke dia?”Amelia bertanya pada Olivia. Tanpa menunggu Olivia menjawab, dia tertawa dan berkata, “Kamu saja yang kirim. Kamu dan Junia sudah berteman lebih dari sepuluh tahun. Sekalipun kamu ganggu bulan madu dia dan Reiki, Reiki nggak akan berani marah sama kamu.”Olivia juga tertawa, “Oke, nanti malam aku telepon dia.”“Lihat Junia posting story setiap hari, aku benar-benar jadi iri padanya,” kata Amelia.“Aku juga iri. Stefan bilang setelah kami adakan resepsi pernikahan kami, dia juga akan bawa aku pergi bulan madu.”“Aku sudah bosan bilang iri. Sejak bergaul dengan kalian, setiap hari aku dibuat jengkel karena hanya bisa lihat kemesraan kalian.”Olivia tertawa, “Kebahagiaanmu juga nggak jauh lagi, kok. Pak Jonas kasih kamu bunga dan surat cinta seti
Amelia tertawa dan berkata, “Hari ini dia sangat sibuk. Selain kasih aku bunga dan surat cinta seperti biasa, dia hanya kirim beberapa pesan. Kakak iparnya sebentar lagi akan melahirkan. Dia bilang dia mau urus semuanya secepat mungkin, lalu pulang ke Kota Aldimo.”Olivia bergumam, lalu berkata, “Mulan hamil anak kembar, anak kembar sering kali lahir lebih awal. Dia pernah bilang ke aku hari perkiraan lahirannya di sekitar bulan Juni. Sekarang sudah pertengahan Mei, sebentar lagi, sih.”Begitu membicarakan soal anak, Amelia ingin bertanya apakah Olivia sudah hamil. Namun, dia segera mengurungkan niatnya itu. Sekarang Olivia terlalu sibuk dengan pekerjaannya, perhatiannya jadi teralihkan. Makanya Olivia tidak memikirkan soal kehamilan lagi. Kalau Amelia mengungkit hal itu, Olivia akan kembali merasa sedih.“Nanti aku mau jemput Stefan pulang kerja, nggak bisa temani kamu makan.”Amelia yang pengertian berkata, “Baiklah kalau begitu. Bagaimana kalau aku juga pergi ke perusahaan Jonas jem
Mereka tidak bisa melihat Rosalina hidup enak. Rosalina telah mengambil alih Siahaan Group. Odelina tahu karena Stefan yang memberitahunya.Rosalina juga tahu kalau siasatnya tidak bisa disembunyikan dari keluarga Adhitama. Oleh karena itu, dia tidak menyembunyikannya saat bicara dengan Olivia.“Nggak akan ada yang bisa ambil barang milik aku dan adikku,” kata Rosalina.Rosalina tidak akan mengambil semua yang ada di keluarga Siahaan. Setelah adiknya dewasa dan bisa mengurus dirinya sendiri, Rosalina akan memberikan bagian milik adiknya. Kalau soal Giselle, Rosalina sama sekali tidak pernah mempertimbangkannya.“Kalau kamu butuh bantuan, bilang saja. Kami pasti akan bantu sebisa mungkin,” kata Olivia.“Terima kasih. Untuk saat ini, aku bisa atasi sendiri. Ada Kak Doni yang bantu aku.” Selain itu, ada Calvin.Rosalina berusaha semaksimal mungkin untuk melepaskan diri dari Calvin. Dia tidak ingin berutang budi pada pria itu. Namun, dia harus mengakui kalau tanpa Calvin, akan ada lebih ba
“Rosalina.”Sorot mata Calvin yang menatap bibir merah Rosalina menjadi kian membara. Rosalina tidak bisa melihatnya, tapi dia bisa merasakan perubahan pada pria itu.Suara Calvin menjadi lebih pelan dan serak saat memanggil namanya. Pria itu ingin mengambil keuntungan darinya lagi. Begitu menyadari hal tersebut, Rosalina segera mundur.Tangannya masih memegang buket bunga uang besar yang diberikan secara paksa oleh pria berandal itu. Karena mundur dengan tergesa-gesa, Rosalina tidak sengaja menabrak sebuah pot bunga.Tepat ketika Rosalina akan jatuh, sepasang tangan yang kuat datang menyelamatkannya. Calvin cepat-cepat melingkarkan tangannya di pinggang Rosalina dan menariknya kembali lalu memeluknya dengan erat.Pelukan yang kosong kini terisi sosok perempuan yang lembut, hangat dan harum. Rasanya sangat nyaman.Begitu sadar, Rosalina segera meronta dan berkata dengan suara pelan, “Calvin, lepaskan aku.”Masih ada karyawan di toko bunga. Dua karyawan toko dan dua pengawal sedang meli
Calvin menarik Rosalina kembali ke kasir dan menyuruhnya duduk, lalu berkata, “Aku pergi masak dulu.”Rosalina tercengang, “Kamu benar-benar masak sendiri?”Rosalina sengaja berkata seperti itu barusan karena ingin Calvin mengerti. Rosalina buta, banyak hal yang menyulitkannya dalam hidup. Rosalina hanya akan menjadi beban bagi Calvin jika mereka bersama. Oleh karena itu, Rosalina ingin membuat Calvin mundur.“Biar kamu coba masakanku.”Calvin membungkuk dan berbisik di telinga Rosalina, “Orang bilang cinta itu berawal dari perut naik ke hati. Kenapa aku nggak kepikiran dengan cara ini?”“Calvin, apakah aku benar-benar pantas?”“Pantas.”Rosalina tidak mengatakan apa-apa lagi.“Kamu boleh pegang buket bunga ini dan pamer ke orang lain. Kamu mau bongkar buketnya juga boleh. Tapi jangan kembalikan uang itu padaku. Kalau nggak, aku bakal marah banget. Kamu sudah rasakan akibatnya kalau aku marah.”Rosalina lagi-lagi diam membisu. Semakin lama dia semakin tidak berdaya menghadapi berandal
Mereka sangat menyayangi Fani, dan itu tulus. Setelah pewaris yang sebenarnya kembali, mereka tetap tidak bisa menerimanya, selalu merasa Felicia adalah penyusup yang merebut semua yang seharusnya milik Fani. Di hati mereka, ada rasa benci terhadap Felicia. Karena sejak kecil dia hidup di lingkungan yang keras tanpa kasih sayang, Felicia tidak pernah berharap bahwa orang tua kandung atau saudara laki-lakinya akan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana dia sendiri juga tidak memiliki banyak rasa terhadap mereka. Hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak, saudara laki-laki dan perempuan, memang perlu dipupuk. Karena dia tidak tumbuh besar di sisi orang tua kandung atau saudara laki-lakinya, tidak ada hubungan emosional yang terbentuk. Meskipun sudah kembali ke sisi orang tua kandung selama dua tahun, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Fani yang tumbuh besar bersama keluarga Gatara sejak kecil. Sekarang, setelah Fani tiada, ayah dan tiga saudara laki-lakinya hanya
“Felicia, sekarang kamu ada waktu?” tanya Odelina.Felicia menjawab, “Selama kamu membutuhkan bantuan, aku selalu punya waktu.” “Kalau begitu, mari kita tentukan tempat untuk bertemu.” “Kamu yang pilih tempatnya.” Felicia mengangguk, lalu bertanya lagi, “Ada apa?” “Aku baru saja keluar dari Blanche Hotel, dan hampir saja tertabrak dua mobil di depan hotel. Pengemudinya bilang mereka gugup karena melihat banyak orang, lalu salah injak gas. Tapi ada kejanggalan, dan aku rasa ini bukan kecelakaan.” Felicia segera paham. Dia berkata, “Kamu curiga ini ulah mamaku yang menyuruh orang untuk menabrakmu? Mamaku sedang bepergian jauh, seharusnya bukan dia, 'kan?” Meski tahu ibunya bukan orang baik, Felicia tetap berharap ibunya tidak melakukan hal seperti itu. Odelina berkata, “Aku rasa ini bukan mamamu. Mamamu itu licik, kalau dia memang ingin aku mati, dia nggak akan menggunakan trik sepele seperti ini yang mudah ketahuan.” Sebelumnya, Waktu Ricky, dan Rika pergi ke pesta keluarga Gata
“Itu yang buat orang curiga.” Dimas berkata, “Mereka kemungkinan besar memang menargetkanmu.” “Aku sedang berpikir, apakah ini perbuatan tanteku atau putranya?” Odelina menganalisis, “Aku rasa bibi nenekku nggak akan buat kesalahan sepele seperti ini. Kalau dia yang mengatur, mereka pasti akan mempercepat mobil saat benar-benar mendekatiku, sehingga aku hampir nggak punya kesempatan untuk menghindar.”“Felicia juga nggak mungkin. Kami cukup dekat.” Meski dalam bisnis mereka adalah saingan, terkadang Odelina merebut pelanggan Felicia, kadang sebaliknya. Di luar itu, mereka bisa berbincang dengan dengan baik. Jika Felicia bukan pewaris utama keluarga Gatara, mungkin mereka bisa menjadi teman baik. Odelina sangat menyukai sifat perempuan itu."Ketiga putra keluarga Gatara mungkin memang ingin membunuhku, terutama Ivan. Aku pernah kirim foto dia dan Fani ke istrinya. Dia pasti bisa menebak itu aku.” “Sekarang Fani sudah meninggal. Mungkin dia ingin membalas dendam untuk Fani.“Bibi ne
“Maaf, saya melihat ada banyak orang berdiri di depan hotel, saya langsung panik dan, meskipun berniat menginjak rem, saya malah menginjak gas.” Setelah memarkir mobilnya, pengemudi mobil kedua turun dari mobil sambil terus-menerus meminta maaf. Dia adalah seorang gadis muda, dan tampaknya dia benar-benar panik.Tatapannya melewati kerumunan orang dan jatuh pada Odelina, yang sedang dibantu berdiri. Dengan nada penuh perhatian dan penyesalan, dia bertanya,"Kamu nggak apa-apa? Maaf, benar-benar maaf, aku baru dapat SIM setengah bulan yang lalu, ini pertama kali aku mengemudi keluar rumah. Kalau lihat banyak orang, aku masih nggak bisa menahan diri untuk merasa gugup." Pengemudi mobil pertama sudah membawa mobilnya masuk ke tempat parkir bawah tanah dan menghilang. Odelina melihat gadis muda itu yang terlihat sangat gugup. Wajar gugup kalau dia baru mendapatkan SIM-nya. Karena Odelina tidak mengalami apa-apa, dia berkata,"Aku nggak apa-apa, tapi kamu harus lebih hati-hati. Sebaiknya
Mobil berhenti di depan Blanche Hotel.Dia mengambil dua tisu untuk mengusap hidungnya yang baru saja bersin, lalu membuang tisu itu ke tempat sampah di pintu hotel. Setelah itu, dia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel bersama sekretaris dan beberapa anggota tim manajer untuk bertemu dengan klien."Bu Odelina."Para staf Blanche Hotel menyapa Odelina dengan hormat saat melihatnya.Meskipun perempuan itu belum sepenuhnya masuk dalam dunia bisnis di Cianter, tetapi karena dia adalah kakak dari Olivia maka para staf hotel memperlakukannya dengan sangat hormat. Bahkan Ricky yang ada di sini juga bersikap hormat pada perempuan itu.Odelina membalas dengan senyuman tanpa menghentikan langkah kakina. Perempuan itu langsung menuju ruang rapat bersama timnya. Dia sudah mengatur pertemuan dengan klien, tetapi klien belum tiba.Klien tersebut sudah menelepon sebelumnya dan mengatakan bahwa mereka akan tiba dalam beberapa belas menit. Karena Odelina yang ingin bekerja sama dengan or
Daniel terdiam sejenak. Setelah membuka pembicaraan, Erik melanjutkan, “Selain itu, kita semua tahu alasan sebenarnya Odelina pergi ke Cianter. Sekarang sudah pasti bahwa mereka adalah keturunan keluarga Gatara. Kalau benar dia mengikuti rencana bibinya untuk menjatuhkan kepala keluarga saat ini dan menggantikannya, maka dia akan menjadi kepala keluarga Gatara.” “Kalau begitu, kamu harus bersiap masuk ke keluarga Gatara. Hal ini juga perlu kamu pertimbangkan. Kakak tahu kamu rela melakukannya demi Odelina, tapi Papa dan Mama mungkin nggak akan mudah menerima hal ini.” Daniel menjawab, “Kak, aku sudah memikirkannya. Aku nggak peduli selama aku bisa bersama Odelina. Bagaimanapun keadaannya, aku terima. Mengenai Papa dan mama, mungkin awalnya mereka akan menolak, tapi aku akan perlahan-lahan membujuk mereka sampai mereka bisa memahami dan menerima.” Erik terdiam sejenak sebelum berkata, “Kalau kamu sudah memikirkan semuanya, Kakak nggak ada lagi yang perlu dikatakan.” “Meski begitu,
Daniel membayangkan pernikahannya dengan Odelina membuat matanya bersinar penuh harapan. Erik tersenyum dan berkata, “Tentu saja, pernikahan kamu nggak boleh kalah dengan dua sahabatmu itu.” “Nggak perlu tunggu sampai pulang ke rumah malam ini untuk bilang sama Papa dan Mama. Bilang sama mereka saja di grup keluarga.” “Oke,” jawab Daniel. “Odelina di Cianter baik-baik saja, 'kan? Kalau dia butuh bantuan, suruh dia jangan ragu untuk mengatakannya. Meskipun kita berjauhan, kita tetap bisa membantunya kalau dia butuh.” Sejak Daniel mengalami kecelakaan dan Odelina datang merawatnya, keluarga Lumanto mulai menganggap Odelina sebagai menantu mereka. Jika Odelina membutuhkan bantuan di sana, keluarga Lumanto tidak akan tinggal diam. “Untuk saat ini, dia belum butuh bantuan. Bahkan kalau ada masalah, dia pasti akan cari cara untuk selesaikan sendiri,” kata Daniel sambil bersandar di kursi.“Melihat dia perlahan-lahan jadi lebih kuat dan terus berkembang, rasanya sangat berbeda. Setelah
"Apa yang barusan membuatmu tertawa?" tanya Erik lagi.Daniel dengan jujur menjawab, "Baru saja telepon Odelina. Aku memikirkan bahwa kami akan segera menikah, jadi aku nggak bisa menahan senyum." "Kamu sudah melamarnya?" tanya Erik."Sudah, tapi dulu saat aku melamar, dia nggak menerimanya. Kak, aku nggak tidak akan membiarkannya merasa direndahkan.""Aku akan melamarnya lagi nanti saat dia kembali ke Mambera. Aku akan mengatur semuanya di luar, mendekorasi tempat lamaran dengan baik, dan aku mau melamarnya di depan umum. Aku ingin menunjukkan ke Roni dan keluarganya bahwa melepaskan Odelina adalah kerugian terbesar mereka." "Roni memang nggak pantas untuk Odelina." Daniel memendam tekad untuk membuat keluarganya Roni menyesal. Erik tertawa dan berkata, "Mereka sudah lama menyesal, tapi penyesalan itu nggak ada gunanya sekarang." "Benar, setelah mengalami satu pernikahan yang gagal, dia pasti ada trauma. Kalau bukan karena ketulusanmu, keteguhan hatimu, dan fakta bahwa dia melihat
Mereka akan terlebih dahulu mendaftarkan pernikahan mereka, tetapi tidak akan segera mengadakan upacara pernikahan. Setelah dia bisa berjalan seperti orang normal, barulah mereka akan mengadakan resepsi pernikahan. “Kalau begitu, sampai jumpa akhir pekan.” “Iya, sampai jumpa akhir pekan.” Dengan penuh rasa enggan, Daniel berkata, “Kamu lanjut bekerja dulu, aku juga akan bekerja. Aku nggak akan menyita waktumu, tapi ingatlah untuk menjaga kesehatan. Kesehatan adalah yang terpenting.” “Uang nggak akan pernah habis untuk dicari, dan kestabilan perusahaan juga bukan sesuatu yang bisa dicapai dalam satu hari. Itu memerlukan waktu dan usaha.” Daniel khawatir Odelina akan terlalu terburu-buru sehingga melelahkan dirinya sendiri. Perempuan itu mengangguk dan menjawab, “Aku tahu, aku akan menjaga kesehatanku. Kamu juga, ya. Kalau begitu, kita lanjut bicara nanti malam.” Setelah menutup telepon, Daniel masih enggan meletakkan ponselnya. Dia memandangi ponselnya sambil tersenyum, membayangk