Sepuluh menit kemudian, Olivia mendengar suara klakson mobil. Perempuan itu langsung berpamitan kepada sahabatnya, lalu mengambil ponsel yang di atas meja, mengitari meja kasir, lalu beranjak pergi.Setelah berjalan beberapa Langkah, perempuan itu buru-buru kembali lagi dan mengambil tasnya. “Lupa harus menggunakan tas yang diberikan oleh Stefan, kalau nggak menggunakan tas yang dia berikan ketika keluar, dia bisa cemberut seharian sama aku.”Junia tertawa dan berkata, “Kamu beruntung sekali sampai menjadi masalah.”Olivia berjalan keluar dari toko buku dengan tas yang diberikan oleh Stefan. Ketika dua orang pengawal melihat Stefan datang menjemput Olivia dengan membawa pengawalnya sendiri, mereka pun mengerti dan tidak ikut naik ke mobil.Stefan turun dari mobil dengan memegang sebuah bunga ditangannya, sementara tangan yang lain membukakan pintu mobil untuk Olivia. Ketika Olivia sudah mendekat, barulah pria itu memberikan bunga itu.“Istriku, ini untukmu.”“Terima kasih suamiku.”Ol
“Bagaimana?”Stefan belum membaca hasilnya. Melihat sikap Olivia, dan tidak ada senyum di wajah istrinya itu, Stefan jadi mengira ayah mertuanya benar-benar bukan keturunan kandung dari keluarga Hermanus.“Hasilnya menunjukkan bahwa aku dan kakekku memiliki hubungan darah, dan ayahku memang anak kandung mereka.”“ …. Ternyata benar-benar anak kandung. Perlakuan mereka pada kalian benar-benar jahat. Aku selalu mengira bukan anak kandung.”Olivia menatap suaminya, tidak tahu harus menangis atau tertawa. “Kamu sepertinya berharap papamu bukan anak kandung mereka.”Stefan tersenyum dan berkata, “Mereka yang terlalu nggak berperasaan, sampai membuat orang berpikir papamu bukan anak kandung mereka. Kalau papamu ternyata anak kandung, dan mereka memperlakukannya dengan seperti itu, itu benar-benar membuat orang sedih melihatnya.”“Aku dan kakakku kan memang sudah sampai dibuat mati rasa sama mereka. Kami mungkin nggak akan bisa berdamai lagi dengan mereka seumur hidup.”Olivia menyimpan hasil
Olivia berkata, “Aku yang menyuruhnya untuk mencabut rambut Kakek.”“Kamu yang menyuruhnya? Kamu gila, ya? Untuk apa cabut rambutku? Anak itu juga, disuruh kamu ngapain langsung melakukannya. Olivia, apa kamu memberi banyak keuntungan untuk Hendra?”Olivia memberi cucu bungsunya uang, tapi tidak memberi kakaknya ini uang. Untuk apa punya cucu seperti ini? Sudah kaya, tapi tidak tahu cara berbakti pada kakeknya.“Kudengar Kakek bilang ke orang-orang di desa bahwa papaku bukan anak kandung Kakek. Papaku sudah meninggal selama puluhan tahun, jadi dia nggak bisa membantah kebohongan yang dibuat ayahnya sendiri. Jadi, sebagai putrinya, aku terpaksa membantunya membantah hal tersebut.”“Menurut hukum tentang harta warisan, Kakek dan Nenek seharusnya bisa mendapatkan sebagian dari peninggalan ayahku. Baik dibawa ke pengadilan, maupun bernegosiasi, hasilnya akan sama. Kalau Kakek dan Nenek nggak rakus, masalahnya nggak mungkin akan jadi seperti ini.”Olivia mengeluarkan hasil tes DNA dan berka
Yoga membujuk Kakek untuk bernegosiasi dengan Olivia dan kakaknya, untuk menyelesaikan masalah rumah yang ditinggalkan oleh paman ketiganya.“Oke.” Olivia setuju.Kalau bisa dinegosiasikan, dinegosiasikan saja. Dia tidak ingin membuang waktu untuk menggugat mereka di pengadilan.Satu jam kemudian.Stefan menyiapkan satu kamar di Mambera Hotel untuk tempat Olivia dan kakeknya bernegosiasi.Odelina datang membawa Russel.Adi juga menyuruh Bobby datang. Dia berusaha sekuat tenaga untuk memperjuangkan rumah itu, karena dia ingin memberikannya pada Bobby. Dia paling mementingkan cucu keduanya itu. Dia selalu mendiskusikan segalanya dengan Bobby.Ketika mengetahui Olivia memperalat Hendra untuk mengambil rambut kakeknya, lalu melakukan tes darah DNA, Bobby juga tahu mereka hanya akan terlihat seperti badut kalau mereka terus berdebat seperti ini.Operasi Samatha juga gagal. Jelas-jelas mintanya agar Samantha dioperasi agar menjadi mirip dengan Olivia, tetapi hasilnya malah mirip kakak sepupu
Semua anggota keluarga Hermanus terdiam.Setelah mereka saling memandang satu sama lain, Yoga bertanya, “Olivia, kamu dan Odelina diskusi saja dulu, sebut harganya dan jual rumah dan tanah itu pada kami.”“Kalau kami buka harga, yang bayar kalian atau Kakek dan Nenek?”Yoga berkata, “Belinya untuk ditinggali Kakek dan Nenek, jadi tentu saja pakai uang mereka. Tapi, setelah Nenek sakit, tabungan mereka sudah nggak banyak sekarang. Kami semua bersama-sama membayar biaya pengobatan di akhir, jadi mereka semua mungkin nggak bisa mengeluarkan uang untuk membayar uang rumah.“Kamu bisa meminta Kakek dan Nenek untuk membuat surat utang, lalu memberikan berapa banyak uang yang mereka punya dulu. Kalau nggak cukup, utang dulu ….”“Utangnya kalian yang bayar?” Odelina tidak bisa menahan diri dan bertanya, “Mereka sudah tua dan nggak punya penghasilan. Mereka mau beli rumahnya pakai uang apa?”Yoga terdiam.Mendengar kata-kata cucunya, Adi berkata pada kedua putranya dengan marah, “Kalian semua m
“Sepertinya 10-12 juta per meter persegi.”Olivia memandangi kedua paman dan dua sepupunya itu, lalu bertanya kepada mereka, “Apa kalian keberatan? Kalau kalian nggak keberatan, lakukan saja apa yang dikatakan Kakek. Aku akan meminta seseorang untuk membuatkan kontrak, mengajak notaris datang untuk bertemu dengan Kakek dan Nenek, kemudian melakukan negosiasi ulang. Mulai sekarang, Kakek dan Nenek nggak akan memiliki bagian dari rumah yang ditinggalkan oleh orang tuaku lagi.”“Kalau mereka nggak keluar dari rumah itu, kalian yang akan membayar uang sewa, listrik dan air setiap bulannya. Uang yang seharusnya keluarga kami berikan pada mereka sudah lama diberikan dulu. Kami nggak akan memanfaatkan kalian, jadi kalian juga jangan berpikir bisa memanfaatkan kami.”Stefan mencondongkan tubuh mendekati telinga Olivia dan berbisik, “Pindahkan nama mereka dari kartu keluarga dulu. Meskipun sertifikat rumahnya masih pakai nama papaku, tapi Kakek dan Nenek masih hidup. Mereka harus menandatangani
Orang yang mengemudi adalah Cherly.Mobil yang dikendarainya adalah milik Yanti, yang dipinjamkan untuk Cherly untuk digunakan selama berada di Mambera.Yanti sangat menyukai Cherly dan berusaha sekeras mungkin untuk menjodohkan Cherly dan Daniel. Cherly sih tidak ingin terburu-buru untuk mengejar Daniel, malahan menghabiskan waktu bersama Yanti saat dia ada waktu luang. Hal ini membuat Yanti semakin menyukainya.Dia memilih untuk menaklukkan mertua terlebih dahulu.Setelah mendengar perkataan Cherly, Yanti menoleh dan melihat ke luar jendela. Mobil masih melaju, dan ada banyak kendaraan di sekitar, sehingga dia tidak bisa mengerem atau melambat secara tiba-tiba.Namun, seorang ibu tentu bisa dengan mudah mengenali anak laki-lakinya.“Memang Daniel,” ujar Yanti dengan yakin.“Siapa wanita yang berbicara dengan Kak Daniel itu?”Yanti tidak melihat Odelina dengan jelas. Dia berkata, “Cherly, di depan sana ada persimpangan lampu lalu lintas. Kamu bisa putar di sana. Kita balik lagi saja k
“Oke, terima kasih, Pak.”Odelina mengucapkan terima kasih dengan sopan, lalu berkata kepada Daniel, “Pak, kami pergi dulu, ya. Bye.”Daniel berpesan, “Pelan-pelan. Russel, dadah!”Russel melambaikan tangan kecilnya kepada Daniel, “Dadah, Om Daniel.”Odelina mengendarai motor dan membonceng putranya pergi.Daniel berdiri diam di tempat, melihat punggung kedua orang yang pergi itu, sampai mereka sudah jauh tak terlihat lagi, dia baru kembali ke mobil, menyalakan mesinnya dan kembali ke kantor.Setelah mobil Daniel melaju pergi, Cherly juga menghidupkan mesin BMW yang diparkir lima puluh meter jauhnya di belakang. “Cherly, bawa mobilnya cepat sedikit. Salip mobil Daniel, lalu kejar wanita itu. Kita lihat siapa sebenarnya wanita itu?”Karena takut ketahuan oleh Daniel, mereka memutar dan melalui jalan yang tadi lagi, lalu berhenti di tempat yang tidak jauh dari tempat Daniel memarkir mobilnya. Namun, mereka tetap tidak bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas.Yanti pernah melihat Odel
Menurut Jordan, orang tua mereka sebenarnya paling menyayangi Giselle. Namun, mereka memindahkan semua harta keluarga atas namanya setelah dia menceritakan kebiasaan boros perempuan itu dan bagaimana kedua bibi mereka mengincar Giselle untuk dimanfaatkan. Orang tua mereka hanya ingin melindungi harta keluarga agar tidak habis sia-sia. “Kak Giselle sekarang hanya masih mau berhubungan denganmu sebagai adik. Kalau kamu terus menyebut-nyebut mereka di depanku, terus-menerus menguliahi aku, atau selalu bertengkar denganku, aku mungkin bahkan nggak akan mau berhubungan lagi denganmu. Aku sudah berada di posisi terburuk saat ini,” kata Giselle. Dia sekarang sudah menjalin hubungan dengan Lota dan punya banyak uang untuk dihabiskan. Selama dia melakukan pekerjaannya dengan baik untuk lelaki tua itu, meski suatu saat nanti Lota tidak lagi mendukungnya, dia sudah menyimpan cukup banyak uang. Keluarga seperti ini, kalau pun tidak ada hubungan lagi, dia tidak peduli. Jordan merasa Kakak
"Aku sudah kirim uang ke kamu, Kakak harus gunakan uang itu untuk beli makanan bergizi dan memulihkan tubuh," ujar Jordan, yang masih merasa kasihan pada Kakak Keduanya. Namun, dia tidak bisa memberikan terlalu banyak uang. Kakaknya ini terlalu boros, dan kurang bijak serta mudah dipengaruhi oleh kedua bibinya. Dia hanya bisa mengontrol pengeluaran kakaknya dengan tidak memberikan uang terlalu banyak, meskipun kakaknya memarahinya, dia tetap tidak akan memberikan lebih. Orang tua mereka juga sudah berpesan agar tidak memberikan terlalu banyak uang pada Kakak Kedua. Mereka lebih memahami sifat Kakak Kedua dibandingkan dirinya. "Aku tahu, aku ini juga sayang pada tubuhku sendiri," jawab Giselle dengan nada tidak sabar. "Kalau begitu, traktir aku makan enak." "Kakak mau makan di mana?" tanya Jordan. "Kamu ini adik ipar dari keluarga Adhitama. Ajak aku makan di Mambera Hotel, apa mereka akan membebaskan biaya untukmu?" Jordan menjawab, "Aku nggaj nay minta sama Kak Calvin. Ka
Mengatakan bahwa dia bukan orang baik, apakah mereka adalah orang baik? Kalau Rosalina orang baik, dia seharusnya berbesar hati, tidak mempermasalahkan masa lalu, dan memberikan semua warisan orang tua kepada dia. Barulah itu disebut orang baik. "Kak Giselle, aku nggak bermaksud seperti itu, aku nggak pernah berpikir begitu. Dalam hatiku, Kakak dan Kak Rosalina sama-sama saudaraku. Aku hanya merasa Kak Giselle sekarang harus belajar mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri, memahami situasi dan bertindak sesuai kondisi." "Kita nggak bisa terus hidup di bawah perlindungan orang tua. Sekarang Papa dan Mama nggak bisa membantu kita lagi, kita harus bergantung pada diri sendiri." "Kak Rosalina juga nggak seburuk yang Kakak pikirkan. Kalau dia benar-benar kejam, Kakak nggak akan bisa duduk di sini memakinya." "Kak Rosalina juga nggak merebut harta kita. Dia hanya mengambil kembali warisan yang ditinggalkan oleh Paman untuknya. Menurut hukum, harta yang atas nama Ibu juga harus dib
Giselle menepuk-nepuk wajahnya dan berkata, "Aku bahkan nggak pakai riasan, oh, sekarang aku bahkan nggak punya uang untuk beli kosmetik." Dia masih dalam masa pemulihan setelah melahirkan dan meskipun pengasuh bulanan membuatkan makanan bergizi setiap hari, tubuhnya belum sepenuhnya pulih dalam waktu beberapa hari ini. Jordan memandangi kakaknya beberapa saat, lalu berkata, "Kak Giselle masih muda, baru berusia dua puluhan. Meski tanpa kosmetik, Kakak sudah cantik alami." Adiknya ini sepertinya memang tipikal laki-laki polos. Sebagus apa pun dia masih muda, dia tetap butuh kosmetik dan produk perawatan kulit. Dulu, saat orang tua mereka masih ada, semua produk perawatan kulit yang dia gunakan adalah merek paling mahal. Jika sehari saja tidak memakainya, dia merasa tidak nyaman. "Kak Giselle, sudah makan belum?" tanya Jordan. "Belum. Aku mana punya uang untuk makan? Lebih baik aku mati kelaparan saja, aku sudah nggak lagi dimanjakan oleh Papa dan Mama, dan adikku juga lebih m
Ketika liburan musim panas tahun depan tiba, Jordan berencana mengikuti ujian SIM. Saat ini, setiap kali dia keluar rumah, dia hanya bisa naik taksi atau meminta sopir keluarga untuk mengantarnya. Rosalina mengatur agar sopir keluarga mengantar adiknya menemui Giselle. Setelah sopir membawa Jordan pergi, Rosalina juga diam-diam mengirim orang untuk mengikuti adiknya. Tujuannya adalah untuk mencari tahu di mana sebenarnya Giselle tinggal sekarang.Dia tidak percaya begitu saja saat Giselle mengatakan bahwa dia tidak memiliki tempat tinggal tetap. Jika keadaannya benar-benar separah itu, Giselle pasti sudah datang untuk membuat keributan. Bahkan jika Giselle tidak berada di Mambera, dengan temperamennya, dia pasti sudah datang ke Vila Permai untuk membuat masalah. Tidak mungkin dia diam saja seperti sekarang. Sekitar setengah jam kemudian, Jordan sudah tiba di kafe tempat Jordan dan Giselle berjanjian. Saat turun dari mobil, Jordan berkata kepada sopir, "Nanti aku akan pulang send
Rosalina tersenyum dan berkata, "Kamu mau makan apa? Aku minta dia buatkan untukmu." "Asalkan masakan Kak Calvin, aku pasti suka," jawab Jordan dengan cepat. "Kalau begitu sudah beres. Selama dia ada di rumah, dia yang selalu memasak. Koki di rumah kita setiap hari khawatir pekerjaannya akan direbut oleh kakak iparmu," kata Rosalina sambil tertawa. Jordan tertawa terbahak-bahak. "Kak, kamu benar-benar beruntung." Kalau bukan karena kakaknya menikah dengan putra keluarga Adhitama, Jordan tidak akan tahu bahwa Calvin begitu pandai memasak. "Aku juga merasa sangat beruntung," jawab Rosalina. Seandainya bisa punya anak lebih awal, itu akan lebih sempurna. Dokter Dharma juga bilang, dua tahun lagi dia bisa hamil secara normal. Selama dia masih memiliki kesempatan untuk menjadi seorang ibu, dia tidak khawatir. Selama ada takdir, bayi pasti akan datang mencarinya dan Calvin."Istriku, sudah bangun? Cuci tangan, ayo makan!" seru Calvin dari dapur. "Datang!" sahut Rosalina. Jor
Semua ini disebabkan oleh kedua orang tua Rosalina. Biar mereka menyalahkan saja diri mereka sendiri.Rosalina tersenyum dan berkata, "Makin buruk suasana hati mereka, makin bahagia hatiku. Baiklah, besok aku akan menemani Jordan menjenguk mereka di penjara. Bagaimanapun juga, salah satu dari mereka adalah om dan ibu kandungku sendiri. Secara emosional dan moral, aku harus melihat mereka." "Mereka makin nggak mau melihatku, aku justru makin ingin melihat mereka." Calvin berkata, "Kalau begitu, besok aku akan meminta izin sama Kak Stefan, lalu mengantar kalian ke sana. Aku juga mau ikut melihat." Mungkin Sinta akan marah besar. Putri yang paling dia sayangi tidak menikah dengan Calvin, tetapi putri yang paling dia benci justru menjadi permata hati lelaki itu. Mengingat bagaimana Rosalina pernah disakiti, Calvin tertawa dingin. Bahkan jika kedua orang itu sudah menerima hukuman mereka, dia tidak ingin mereka hidup nyaman. Biarkan saja kedua orang itu marah dan merasa tertekan sep
Rosalina berhenti sejenak, menoleh ke sekitar untuk memastikan tidak ada orang di dekatnya. Setelah yakin, dia merangkul leher Calvin dan langsung mencium bibirnya. Sejak pulang tadi, dia memang sudah ingin memberikan suaminya sebuah ciuman dalam. Namun, karena baru saja masuk rumah dan adiknya juga langsung ikut masuk, dia merasa tidak enak melakukannya. Calvin, yang lebih merindukan istrinya, langsung memeluknya kembali dan memperdalam ciuman itu. Setelah ciuman selesai, Calvin mendekatkan bibirnya ke telinga istrinya dan berbisik, “Sayang, aku belum puas. Ini baru seperti hidangan pembuka saja.” “Jordan ada di rumah... nanti malam saja,” Rosalina menjawab dengan suara pelan. “Dia memang ada di rumah, tapi dia nggak akan masuk ke kamar kita. Setelah kita kembali nanti, kalau dia ada di lantai bawah, kita langsung naik ke atas. Kalau dia di atas, kita kunci pintu kamar. Dia cukup tahu diri untuk nggak sembarangan mengetuk pintu.” “Aku tidak bisa menunggu sampai malam, aku su
“Setelah bertemu dengan dia dan memastikan dia baik-baik saja, aku akan mulai bekerja. Nanti saat liburan tahun baru, aku akan pulang. Kakak nggak perlu mengirim seseorang untuk menjemputku. Aku bisa pesan tiket lebih awal sendiri,” kata JordanPemuda itu merasa dirinya sudah dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri saat berada di luar rumah. Rosalina mengangguk. “Selain para eksekutif perusahaan yang tahu siapa kamu, para karyawan biasa nggak akan mengenalimu. Selama kamu nggak mengungkapkan identitasmu, nggak ada yang akan tahu. Bekerjalah dengan baik, bicara seperlunya, kerjakan tugasmu, dan perhatikan bagaimana orang lain bekerja. Belajar dan amati.” “Baik,” jawab Jordan. Dia pernah bertemu dengan para eksekutif perusahaan sebelumnya. Bagaimanapun, dia adalah satu-satunya putra orang tua mereka, dan semua sisa aset keluarga setelah mereka dihukum telah dialihkan atas namanya. Namun, karena dia masih bersekolah dan tidak terlibat langsung dalam urusan perusahaan, para karyawa