Saat duduk di samping Reiki, Junia mengintip wajah bingung Daniel sambil menahan tawa. Daniel dan Stefan tidak jauh beda.Reiki sangat pandai bicara. Dia sudah seperti konsultan profesional saat bersama Daniel dan Stefan. Amelia dan Jonas sepertinya sedang berbincang sangat seru. Jika tidak sedang mengobrol dengan Amelia, Jonas pasti sudah cepat-cepat pergi dari situ. Dia sangat tidak suka situasi seperti ini. Melihat Neneknya seperti itu seolah-olah melihat kakeknya. Ibunya juga selalu khawatir tentang urusan pernikahan mereka bertiga.Untungnya, neneknya tidak seaktif Nenek Sarah. Nenek Yuna sudah menyerahkan mereka bertiga pada istri kakaknya.Siapa suruh Mulan punya potensi menjadi mak comblang?Reiki menyeringai pada Daniel sejenak dan berkata, "Orang kasar sepertimu nggak akan bisa pakai pensil ukuran 0.25.”"Aku nggak suka pensil 0,25, terlalu kecil. Paling nggak aku biasa pakai pensil 0,5," jawab Daniel polos.Reiki langsung ke Junia, tidak mau lagi bicara dengan Daniel.Dani
"Den Jonas, senyuman mereka berdua aneh nggak, sih?” tanya Amelia saat sesekali menoleh ke arah dua teman baiknya itu.Saat melihat Stefan dan Olivia saling berbisik mesra, tak bisa dipungkiri Amelia merasa iri. Dia sungguh iri pada Olivia karena pasangan Olivia adalah Stefan, pria yang dia cintai selama bertahun-tahun. Stefan pernah bersikap dingin dan acuh padanya. Hal itu membuat Amelia berpikir mungkin Stefan memang tidak bisa bersikap lembut pada wanita. Tetapi, setelah melihat bagaimana Stefan memperlakukan Olivia, Amelia sadar bahwa Stefan ternyata bisa bersikap lembut. Dan sikap itu, tidak pernah untuk dirinya.Tentu saja, meskipun iri, Amelia sudah benar-benar merelakan Stefan. Terutama ketika Stefan memanggilnya "sepupu" demi Olivia. Amelia tahu bahwa pria ini tidak akan pernah menjadi miliknya. Banyak pria baik lain di luar sana, Amelia tidak perlu terus-terusan mencintai Stefan. Menggantung dirinya pada sebatang pohon.Asalkan Stefan memperlakukan Olivia dengan baik, dia ak
"Oke," jawab Jonas.“Den Jonas, rumah kalian juga di pegunungan, ya?”"Mbak Amelia, panggil saja aku Jonas. Kita mau jadi tetangga, nggak perlu se-asing itu satu sama lain, ‘kan? Bukannya kata orang tetangga adalah keluarga terdekat kita juga,” lanjut Jonas."Oke, dan kamu juga jangan panggil aku Mbak Amelia, dong. Seperti kamu bilang, nggak usah terlalu formal. Panggil Amelia saja.” jawab Amelia dengan senyuman.Jonas kemudian berkata, "Rumah kami, sama kayak punyanya keluarga Adhitama. Di daerah pegunungan juga, namanya Vila Ferda.”Jonas melihat pemandangan sekitarnya sejenak, kemudian berkomentar, "Sepertinya Bu Sarah dan nenekku seleranya mirip. Mereka itu kan dari generasi yang sama, punya pemikiran estetika yang sama juga. Vila Ferdan sama Vila Permai hampir sama vibes-nya. Kalaupun mau dicari perbedaannya, ya mungkin Vila Ferdan sedikit lebih besar.”Amelia juga melihat-lihat pemandangan di sekitarnya, “Aku pernah mimpi tinggal di sini. Enaknya tempat ini itu tenang, jauh dari
“Kemudian Dewa Jodoh terpaksa turun ke dunia untuk membantu muridnya membereskan kekacauan, menghubungkan kembali ikatan antara pria dan perempuan yang seharusnya berjodoh menjadi suami istri. Waktu itu aku sendiri masih kecil nggak mengerti apa-apa tentang cinta, tapi ketika melihat dia menghubungkan tali merah ke kaki orang lain, aku merasa sangat seru dan juga sangat ajaib.”Stefan, “Memangnya ada film seperti ini? Aku sudah nggak ingat lagi, aku sangat jarang mempunyai waktu untuk menonton film.”Dirinya adalah penerus perusahaan, sehingga dari kecil Stefan harus belajar lebih banyak dari pada anak-anak seusianya, mengikuti berbagai jenis pelatihan dan keterampilan, mana ada waktu untuk menonton.“Dulu ketika Papa Mama masih ada, aku sering menonton serial drama sama Papa dan Mama. Dulu televisinya masih hitam putih, serial yang paling aku suka yaitu Journey To The West.”“Setelah Papa Mama tiada, aku dan kakakku saling bergantung satu sama lain, setiap hari sibuk belajar sehingga
Olivia merasa iri melihat adik iparnya yang sedang bertengkar, keponakan dan kakak beradik dari keluarga Adhitama ini benar-benar sangat harmonis. Berbeda sekali dengan saudara-saudaranya dari keluarga Hermanus yang hanya bisa saling menjebak satu sama lain.“Amel, tadi kamu bilang ingin investasi di proyek yang mana?” tanya Olivia sambil memakan sepiring sate hidangan laut yang khusus dibuat oleh suaminya.Junia langsung menajamkan telinganya.Sedikit banyak perempuan itu juga memiliki tekanan tersendiri, karena Reiki telah melihat teman baiknya ini bekerja begitu keras untuk dapat memperpendek jarak antara dia dengan Stefan. Sehingga mau tidak mau Junia juga harus mulai bangkit.“Sekarang semua jenis industri dan bisnis sudah mulai berada di titik jenuh, kalau kita ingin mengambil makanan dari ladang orang juga sangat susah. Kemarin aku menemani kamu pulang kampung, aku melihat ladang-ladang di desa kamu masih sangat kosong.”Olivia menganggukkan kepalanya, “Benar, ladang-ladang itu
Odelina berpikir sejenak, “Benar juga! Amel jalan pikir kamu jauh lebih bagus daripada kita semua. Olivia, mulai sekarang kamu harus banyak belajar dari Amel.”Kedua kakak beradik ini memang mempunyai niat belajar dan ambisius yang tinggi, tapi dalam hal berinvestasi Amelia jauh lebih cerdas. Bagaimanapun Amelia berasal dari keluarga Sanjaya, mereka lebih banyak melihat, mendengar dan mengerti tentang berbisnis jauh daripada orang biasa mulai mempelajarinya.Amelia tersipu, sambil tersenyum perempuan itu berkata, “Kak Odelina, ini semua juga berkat aku ikut pulang bersama Kakak ke kampung, baru melihat lahan-lahan kosong yang terbengkalai itu dan tebersit untuk menanam sayur dan juga rumput.”“Aku sudah menyampaikan hal ini kepada Kakak, Kakak bilang hal ini boleh dijalankan. Dia juga sangat mendukung kita untuk mencobanya, nggak peduli kita berinvestasi di proyek apa pun, yang terpenting kita bisa menghasilkan uang dari proyek tersebut.”Amelia menepuk pundak Olivia sambil berkata den
“Makanan yang aku kasih ke Om Daniel masih belum aku makan, ‘kok.” Bocah kecil itu juga mengerti untuk menjelaskan kepada mereka semua.Semua orang langsung berpikir tidak ada hal yang salah dalam hal ini.“Apakah ini sudah waktunya istirahat?” tanya Stefan kepada mereka semua.Pria itu ingin membawa istrinya yang tercinta, jalan-jalan berdua saja mengelilingi rumah.Semua orang yang mengerti langsung tertawa.Setelah istirahat beberapa saat, Stefan pun membawa Olivia meninggalkan tempat barbeku itu.“Yuk kita ke taman belakang, kebetulan sekarang lagi musim bunga bersemi.”Olivia tidak menolak ajakan pria itu, dirinya juga tidak terlalu mengenal tempat tersebut, sehingga tidak tahu tempat mana yang bagus mana yang tidak. Pria itu mengajaknya ke mana, maka Olivia akan setia mengikuti.Angin malam berhembus, Olivia langsung menutup sepasang matanya, membiarkan angin malam menerpa wajahnya.“Udara di sini jauh lebih baik daripada di kota.”Stefan tersenyum menjawab perempuan itu, “Tentu
“Kenapa?” tanya Stefan lembut ketika mendapati istrinya sedang menatapi tanaman-tanaman tersebut.“Kalau kamu suka, kita bisa bawa beberapa dan tanam di balkon rumah kita.”“Stefan.”Olivia menolehkan kepala ke arah pria itu dan bertanya, “Waktu itu ketika aku minta tolong kamu untuk membeli bunga, kamu sendiri yang pergi membelinya atau kamu meminta mereka untuk mengantarkannya?”Sekarang sudah tidak ada lagi hal yang ditutupi, Stefan pun langsung berkata terus terang, “Aku waktu itu menelepon Pak Joni dan meminta dia untuk mengatur orang mengantar bunga ke sana. Aku tahu kamu menyukai bunga-bunga dengan kelopak yang besar ketika mekar, aku pun meminta mereka mengantarkan bunga dengan kelopak yang besar.”“Pantas saja aku selalu merasa kalau kamu yang membeli bunga di toko, lebih cantik daripada aku sendiri yang membeli bunga tersebut. Ternyata bunga-bunga tersebut berasal dari halaman belakang rumah kamu yang sudah dirawat secara khusus oleh ahli bunga.”Jauh lebih cantik daripada bu